NINE

222 17 0
                                    

Happy Reading!

***

Sekarang waktunya istirahat, waktunya makan dan waktunya merilekskan otak setelah belajar di dalam kelas. Hanya tinggal beberapa orang yang berada di kelas, salah satunya adalah Daksa. Aku sengaja tidak istirahat terlebih dahulu karena aku menunggu Daksa yang masih merapikan bukunya.

Yah, aku ingin ke kantin dengan Daksa. Ingin memulai pendekatan agar dia bisa menerimaku lebih cepat. Bukannya sksd tapi aku harus melakukannya, karena aku sudah berada di dunia ini jadi aku harus segera memulai misi.

Aku berdoa semoga saja Daksa tidak risih denganku, dan makan bersama dengan cowo ganteng luar binasa itu.

Baru saja mengalihkan tatapanku dari Daksa tidak cukup semenit, dia sudah ngacir duluan keluar kelas. Aku bahkan hampir terjungkal melihat kecepatan langkahnya, pun dengan cepat aku menarik tangan Aerin untuk mengikuti Daksa ke kantin.

Saat aku menampakkan diirku di sepanjang koridor, banyak kepala dan pasang mata yang mengarah ke arah aku dan Aerin.

Pada akhirnya aku menjadi pusat perhatian juga, padahal aku sudah datang subuh-subuh agar tidak ada yang melihatku dan aku lupa jika aku tidak akan bisa menutup diri terus di sekolah. Aku tidak memiliki kekuatan transparan jika tidak ingin menjadi pusat perhatian, alhasil aku mencoba membiasakan diri dengan lingkungan baruku.

Rasanya semua tulisan yang mendeskripsikan cerita di dalam novel kini aku rasakan, seperti tatapan mata yang menatapku penasaran, mereka yang saling berbisik melihatku, tatapan mata mereka yang bergulir dari atas sampai bawah yang memindai tubuhku layaknya mesin serta bisikan-bisikan yang sering aku baca di dalam novel.

Jadi gini yah prend rasanya, aku hanya bisa tersenyum kikuk begitupun dengan Aerin yang mendapatkan hal yang sama. Kami bahkan berjalan berdampingan karena merasa asing, namun aku mencoba merilekskan diri dan menegakkan badan. Biasanya pemeran dalam cerita harus terlihat keren saat berjalan, begitupun dengan diriku yang ingin mencobanya.

Ku abaikan tatapan mereka dan berjalan menyusul Daksa yang sudah semakin jauh di depanku, namun langkahku dan Aerin berhenti saat melihat tiga orang siswa mencegat Daksa saat akan sampai ke kantin.

Aku dan anak-anak yang berada di sekitar koridor melihat apa yang akan di lakukan oleh tiga bekicot itu.

Awas saja jika dia menganggu Daksa.

"Pulang sekolah, kita tanding basket" ucap salah satu dari mereka yang berpenampilan bad boy parah, berdiri layaknya rentenir di depan Daksa.

"Gue sibuk" aku bisa mendengar suara Daksa yang pelan dan terkesan tak ingin di paksa.

Cowo urakan itu terlihat emosi, ia meraih kerah seragam Daksa, menariknya kuat smpe membuat Daksa tercekik.

Dengan rasa kesal pula yang muncul dalam diriku aku langsung menerobos ke tengah-tengah mereka dan mendorong cowo urakan itu.

"Lo apa-apaan sih? Kalo orang nggak mau yah jangan main tangan" semprotku langsung, aku bahkan sudah tidak mempedulikan tatapan orang yang melihatku.

Tidak akan kubiarkan orang-orang jahat menyakiti Daksa lagi barang sedikitpun.

"Lo siapa? Kenapa ikut campur urusan gue?"  Dapat kulihat tatapan marah dari cowo urakan yang ternyata lumayan tampan, namun Daksa lebih jauh darinya dan lagipun perangai cowo itu nol besar. Percuma tampan kalau sifat acak-acakan.

"Nggak usah nanya, intinya lo nggak boleh gangguin Daksa lagi" aku menunjuk cowo itu dengan tatapan senyalang mungkin, murni karena aku memang merasa kesal dengannya.

Beautiful Dream Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang