Four

436 39 1
                                    

Happy Reading!

***


Tiga cowo berperawakan tinggi dan tampan, terlihat menghampiri dua orang yang terlibat pertengkaran. Mereka bertiga melihat jika sahabat mereka mendapat kekerasan dari seorang perempuan yang memakai baju biasa dan bukan seragam sekolah, namun saat melihat lebih dekat mereka baru mengenali perempuan tersebut.

"Hai kak Vaby" sapa cowo yang dengan tampangnya yang playboy, dilihat sekilas saja kita sudah tau jika cowo tersebut demikian.

Lihatlah wajah tengilnya serta mata genitnya itu saat menatap Vaby, halal untuk di bantai.

Saat mendengar panggilan tersebut, Vaby menoleh dan memperhatikan keduanya. Namun ia merasa salah satu dari mereka tidak asing di penglihatanya.

Cowok tampan berwajah datar, sedatar tembok itu memang nampak tak asing. Seperti pernah melihatnya di suatu tempat, jadi Vaby memperhatikan cowo tersebut dengan alis dan kening yang mengerut.

Ketiganya memang seperti pernah ia lihat, bahkan Reiner yang memang sudah tidak asing saat ia melihatnya untuk pertama kali. Namun yang lebih familiar yaitu cowo dengan tampang datar tersebut.

"Kenapa kak? Sampe segitunya ngelihatin Vernon" dengan cepat Vaby menoleh ke arah Reiner yang tiba-tiba menyebut nama Vernon, kemudian dia kembali menatap cowo tersebut, menggulirkan mata menatap name tagnya.

Vernon Kalingga T.

"Jadi lo Vernon, pacar Eleena?" Euforia yang ada dalam tubuh Vaby seketika ingin meledak sekarang juga jika tebakannya memang benar.

Sementara yang di tanya masih menampilkan wajah datar, namun sebuah pertanyaan muncul dalam benak Vernon.

Bagaimana kakak Reiner bisa tau perihal hubungannya yang baru dimulai kemarin?

"Kan apa aku bilang, kakak tuh emang aneh hari ini. Dari bahasa, gerak tubuh, sampai-sampai tau kalo Vernon pacaran sama Eleena. Padahal mereka baru jadian kemarin"

Vernon mengangguk samar mendengar perkataan Reiner, itu sudah mampu menjawab pertanyaannya.

Sedangkan Vaby masih terdiam diri di tempat, ia bahkan masih belum mempercayai jika dirinya sungguh berada di dunia mimpinya.

Dengan satu bukti yaitu Vernon sendiri, sudah bisa membuktikan jika dirinya sungguh masuk ke dalam mimpinya.

"J-jadi gue masuk ke dalam mimpi gue sendiri? Serius?"

"AAHHHH" Suara yang sempat ia tahan di tenggorokan kini ia tumpahkan, sudah tidak bisa menahan kebahagiaan yang tiba-tiba ia rasakan.

Pun dengan teriakannya yang tiba-tiba membuat Vernon yang minim ekspresi terkejut dengan mimik wajah yang tidak biasa, merasa aneh dan bingung mengenai sifat Vaby yang berubah drastis.

Karena Vernon tau, Vaby adalah perempuan yang tegas dan tenang. Tidak mungkin bisa bertingkah seperti sekarang. Sosok kakak dari Reiner tidak mungkin bersifat demikian.

Sementara si empu yang di peluk dengan begitu kuatnya bahkan organ dalam tubuhnya terasa ingin keluar akibat goncangan dahsyat dari kakaknya yang agak lain itu, ia sudah engap dan pusing namun kakaknya tidak mengerti penderitaannya.

Pun dirinya menempuk pundak kakaknya cukup keras agar pelukan yang menghimpit tubuhnya ini segera terlepas.

"K-kaak" entah setan apa yang merasuki kakaknya hari ini, bahkan tepukan dan suaranya tidak di dengarnya.

"Lepas woii, engap nih" dengan hempasan sedikit keras namun tidak sampai melukai kakaknya, akhirnya pelukan itu terlepas.

Reiner agaknya bersyukur karena di koridor menuju ruang kepsek tidak banyak orang, jika tidak ia sudah malu dengan kakaknya yang tidak seperti biasanya.

Beautiful Dream Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang