SIXTEEN

275 24 1
                                        

Happy Reading!

***

Dengan sifat Daksa aku harus lebih bersabar untuk mendapatkan perhatiannya, setidaknya Daksa sudah mau berbicara beberapa kata denganku.

"Makasih"

Aku mendongakkan kepala mendengar suara Daksa yang berbicara terlebih dahulu denganku, biasanya selalu aku yang memulai percakapan. Jika tidak kami berdua akan sunyi seperti kuburan.

"Makasih buat apa?" Tanyaku heran, aku tidak tau kenapa Daksa mengatakan hal demikian.

"Buat yang kemarin"

Oh. Aku baru mengerti kemana arah pembicaraan itu, sejenak aku melupakan kejadian kemarin.

"Nggak papa kok santai aja, gue malah seneng bisa ada buat lo" aku menyunggingkan senyum tipis melihat Daksa, mata itu terkesan dapat berbicara saat kita menatap kedalamnya.

Sementara Daksa nampak terpaku mendengar perkataanku, tapi yang aku katakan memang benar dan tulus. Aku berharap selalu bisa menjadi tempat untuk Daksa mengeluarkan kesedihannya.

Setelah aku mengatakan hal tersebut kami kembali hening, Sementara Daksa beranjak untuk memesan makanannya sendiri.

Aku menunggu Daksa sambil melanjutkan makanku yang tinggal sedikit, rasanya aku makan sangat lelet sekali karena sedari tadi menundanya.

Brugh!

Hufft. Aku menghela nafas kasar saat mendengar suara seperti itu, rasanya aku sudah bosan mendengar dan membaca situasi seperti ini. Dimana di setiap cerita selalu muncul adegan memuakkan ini.

Dengan malas aku memutar kepalaku melihat ke sumber suara, dan lagi-lagi sebuah insiden gedubrak tengah terjadi dimana salah satu siswi terjatuh dengan makanan yang di bawanya, dan pandanganku beralih ke arah satu objek yang tak lain adalah Maureen yang tengah berdiri menatap siswi yang terjatuh tadi.

Karena aku tidak tau siapa yang salah di sini, aku hanya memperhatikan dulu. Ingin melihat sejauh mana perubahan Maureen yang di ceritakan anak-anak yang tadi sempat bergosip.

Pun diriku mengangguk pelan kala melihat Maureen membantu siswi yang terjatuh tersebut, dapat kulihat semua pasang mata menatap terkejut dan heran ke arah Maureen.

"S-sorry, gue nggak sengaja"

Melihat siswi itu yang nampak ketakutan membuatku meringis, pesona antagonis memang semenyeramkan itu untuk mereka.

"Nggak papa, gue juga yang salah karena ngelamun sambil jalan"

Aku memperhatikan sekitar, melihat bagaimana orang-orang yang tidak percaya akan tindakan Maureen, yah bagaimana tidak jika perangai buruk seorang Maureen Angelista sudah mendarah daging sampai ketulang, itu kata mereka.

Senggol dikit? Bantai!

Aku juga merasa bangga sekaligus senang dengan diriku sendiri karena bisa mengubah Maureen, tidak sia-sia petua panjang lebar yang kuberikan untuk Maureen saat di UKS kemarin.

Dan siswi yang tadi nampak syok mendengar perkataan Maureen, mungkin dirinya tidak percaya jika di depannya ini adalah Maureen, sosok yang paling di benci dan di takuti seantero sekolah Dalton Senior High School, dengan perangainya yang buruk.

Beautiful Dream Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang