FIVETEEN

264 21 0
                                    

Happy Reading!

***

Pandangan matanya menyorot tenang ke arah lapangan yang tengah di isi oleh siswa-siswi yang sedang berolahraga, tapi bukan mereka yang tengah ia perhatikan. Hanya saja matanya terus terarah ke depan lapangan tersebut, dimana letak parkiran Dalton Senior High School.

Sudah setengah jam sejak di mulainya pelajaran, namun orang yang ada di pikirannya kini belum menampakkan diri.

Dirinya juga tidak mengerti kenapa ia memikirkan sosok itu, ia benar-benar tidak mengerti dengan dirinya sendiri. Hati dan pikirannya sangat tidak sinkron, seharusnya ia mendengarkan penjelasan guru dengan baik namun kali ini pikirannya terbagi. Bahkan pikirannya tidak ke pelajaran lagi, melainkan memikirkan hal lainnya.

"Daksa!" panggilan dengan nada tegas itu berhasil membuat Daksa memalingkan wajahnya ke depan, menatap si empu suara yang memanggilnya.

"Perhatikan apa yang saya jelaskan. Bukan berarti kamu berprestasi, kamu bisa seenaknya"  ucap seorang guru perempuan dengan dandanan mewah serta tampang datarnya.

"Maaf Bu" sesal Daksa, baru kali ini dirinya tidak fokus karena sedang memikirkan hal lain.

"Sudahlah. Jangan di ulangi lagi, jika yah silahkan keluar dari kelas saya" setelahnya guru itu pun kembali menjelaskan.

Daksa menghela nafas, padahal dirinya tidak ingin mendapat perhatian. Tapi karena satu orang membuat perhatiannya teralihkan sejenak.

Sementara orang yang di pikirkan tengah markirkan mobilnya dengan sembarangan, buru-buru keluar dari mobil dan berlari masuk ke gedung sekolah. Untung saja satpamnya baik hati dan tidak sombong karena membukakan pintu untuknya. Jika tidak, mungkin dirinya harus memarkirkan mobil di luar dan memanjat tembok.

Yah walaupun satpamnya baik hati karena dapat uang sogokan.

"Anjir, engap banget gue" butuh waktu untuk sampai ke lift menuju kelasnya yang berada di lantai 3. Vaby yang berada di dalam lift sedikit merapikan tampilannya, memeriksa riasannya agar tidak awur-awuran sehabis berlari.

Pintu lift terbuka, dirinya kembali berlari untuk sampai di kelasnya. Tanpa mengetuk pintu, gadis itu langsung membuka pintu kelas dengan keras.

"Hehe maaf Bu, lambat dikit nggak ngaruh kan?" Cengir Vaby saat sudah melangkah dari depan pintu, menatap teman-teman kelasnya yang tengah mengerjakan tugas. Namun karena dirinya, semua orang yang berada di kelas menatap Vaby, tak terkecuali Daksa.

Melihat kedatangan Vaby membuat ia merasa lega, namun ia segera  menghilangkan pikiran tersebut.

"Kamu anak baru kan? Terlambat di hari pertama kelas saya, silahkan keluar" tegas guru tersebut. Ia tidak menyukai sikap siswa yang seenaknya dan tidak di siplin waktu, apalagi keterlambatannya tidak manusiawi.

"Baru juga nyampe di suruh keluar aja" batin Vaby sedikit kesal, walaupun ini memang salahnya.

"Iya Bu. Sekali lagi saya minta maaf" Vaby menunduk, sebelum keluar ia melirik ke arah Daksa yang sedang melihatnya.

"Kerjakan tugasnya kembali!" Seru Bu guru yang memang terkenal tegas bin disiplin tersebut.

Sementara Vaby berjalan sedikit ke arah jendela kelas, mengangkat tangannya ke atas. Menatap Daksa dengan senyuman disertai lambaian tangan. Daksa yang kebetulan melihat ke arah luar jendela melihat apa yang di lakukan Vaby, ia hanya menatapnya datar kemudian kembali menunduk untuk menulis.

Beautiful Dream Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang