Brakkk!!!
Bunyi dentuman keras nyatanya mengusik tidur nyenyak Violan yang masih berada dalam kamar Raka. Ketika membuka matanya, dia menangkap sosok Raka yang tengah membereskan peralatan gambarnya. Dia pun mengubah posisinya menjadi duduk sembari memandangi Raka yang tengah memasukkan peralatan gambarnya kedalam lemari.
Terdengar suara gaduh dari seberang kamar yang Violan tau benar siapa pemilik kamar tersebut. Dirinya yang hendak menemui Dicky yang telah kembali namun dicekal oleh Raka. Cekalan yang mengisyaratkan untuk tidak menemui Dicky saat ini.
Dan seperti yang terduga, suara kecupan bibir saling bersahutan hingga terdengar ke kamar Raka. Akhirnya Violan paham akan situasi ini.
"Vega lagi sama Dicky?" Tanyanya yang dibalas anggukan oleh Raka.
"Lo lanjut tidur aja gih" saran Raka kemudian melirik ke arah jam dinding di kamarnya. "Sekarang sudah jam 2, nanti pagi gue antar" lanjutnya.
Violan pun mau tidak mau menurutinya. Tidak mungkin kan jika dia minta diantar pulang oleh Dicky disaat pria itu tengah bermesraan dengan kekasihnya?
Mungkin karena kecerobohannya sendiri, Violan tersandung. Saking terkejutnya, tangannya refleks menarik tubuh kekar Raka dengan harapan tubuh kekar itu dapat menahan tubuhnya. Tetapi seperti yang diduga, Raka yang dalam kondisi tidak siap akan gerakan tiba-tiba Violan membuatnya ikut kehilangan keseimbangan. Alhasil tubuh Violan kini terbaring diatas kasur dengan badan Raka yang menindihnya.
Suasana mereka benar-benar intim saat ini, ditambah dengan suara decakan ciuman dari kamar sebelah menambah suasana. Posisi mereka berdua benar-benar menggoda bagi Raka. Perlahan namun pasti, bibirnya mendekat ke bibir merah mudah Violan. Dia memulai ciuman dengan lembut hingga dirinya tersadar bahwa Violan tak membalas ciumannya dan kini memalingkan wajahnya agar tidak ada ruang bagi Raka untuk melanjutkan aktivitasnya.
"Maaf" cicitnya merasa bersalah pada Violan.
Raka pun menjauhkan dirinya. Namun, tangan Violan rupanya lebih cepat menarik tengkuknya hingga bibir mereka kini kembali menyatu. Dengan tergesa-gesa Violan melumat habis bibir Raka setelah Violan mendengar suara desahan dari kamar sebelah. Hal ini tentu saja memunculkan seringai pada bibir Raka. Tak butuh waktu lama, Raka turut membantu Violan mengabsen deretan giginya. Dia tak membiarkan sedikit pun ada celah diantara mereka.
Violan yang kehabisan oksigen menepuk pundak Raka sebentar. Raka pun melepaskan tautan bibir mereka dan terlihat benang saliva yang kian menipis dan terputus seiring jarak bibir mereka menjauh. Raka memulai kembali aktivitasnya untuk memporak-porandakan isi mulut Violan ketika dirinya sudah memastikan asupan oksigen Violan terpenuhi.
Kini bibir Raka telah menjajal hingga ke leher Violan. Bercak merah mudah pun mulai terlihat menghiasi leher Violan. Karya yang dibuat dengan tulus oleh Raka dengan bibirnya ternyata memunculkan kenikmatan bagi sang gadis. Mulut kecil itu terus saja mengeluarkan desahan akibat sentuhan yang diberikan oleh Raka. Tak hanya mulut, namun tangan Raka juga ikut memeriksa semua bagian tubuh Violan.
"Ra-Rakaaahhh" desah Violan menyebutkan nama Raka. Sentuhan Raka benar-benar membuat hasrat Violan muncul ke permukaan.
Mendengar Violan yang terus mendesah kenikmatan kembali memunculkan seringainya. Tangan kekarnya itu pun mulai melepas atasannya hingga terpampanglah tubuh kekar yang juga dihiasi oleh tato.
KAMU SEDANG MEMBACA
Biarkan Waktu Bermain
Romance"Aku mencintaimu" Kalimat yang aku ucapkan dengan harapan membuahkan hasil yang aku mau. Namun, semua ternyata hanya tipuan, nyatanya kau tak mencintai diriku. Hingga semuanya berubah. Seakan waktu merestui, memutar balikkan keadaan. Kini kau mendam...