Disinilah mereka berdua sekarang berada. Didalam sebuah bangunan dimana di dalamnya terdengar alunan musik yang keras dengan orang-orang yang tengah menggerakkan badannya mengikuti alunan musik itu.
Mereka berdua hanya terus minum tanpa niat mengeluarkan beban pikiran yang membuat dirinya menyentuh alkohol. Kadar alkohol antara Violan dan Parshav berbeda. Dimana Parshav sanggup menghabiskan hingga 7 botol namun Violan hanya satu sampai dua botol. Namun kini terlihat 3 botol telah kosong yang menandakan Violan telah kehilangan atas kendalinya.
Parshav melirik Violan yang sudah tidak sadarkan diri. Dia tau bahwa gadis ini sedang memiliki masalah yang membuatnya harus menyentuh minuman yang dia benci. Sebagai mahasiswa kedokteran, tentu saja Violan akan menentang semua hal yang tidak baik untuk kesehatan. Namun seperti yang terlihat, hari ini gadis itu menyentuh minuman yang dibencinya yang menandakan dia sedang tidak baik-baik saja.
Parshav tentu saja ingin menanyakan berbagai hal pada Violan namun sayang, karena baik dalam keadaan mabuk ataupun tidak gadis itu tak akan mengucapkan hal yang sedang membebaninya. Selain itu, Parshav tentu saja sangat ingin ikut bergabung, mabuk bersama Violan. Namun, jika dirinya melakukan hal tersebut maka siapa yang akan menjaga mereka jika keduanya dalam keadaan tidak sadar. Terlebih sebentar lagi dia ada janji bersama Ify.
Waktu janji temu Parshav dan Ify kian mendekat. Membuat dirinya segera membopong tubuh Violan dan bersiap untuk mengantarnya pulang. Namun sepertinya gadis itu benar-benar kehilangan kewarasannya. Dia membuat ulah dengan pengunjung lainnya, dimana Violan menjambak rambut gadis lain sehingga terjadi perseteruan yang untungnya dapat Parshav tangani.
Waktu yang kian menipis membuat Parshav memutar otak. Dengan segera tangannya terulur menggenggam telepon genggamnya dan mengetik pesan yang ditujukan kepada salah satu kontaknya. Setelahnya, Parshav menitipkan Violan kepada bartender karena dia tau sosok yang dihubunginya akan segera tiba kurang dari lima menit.
Seperti pemikiran Parshav, sosok yang dihubunginya benar-benar tiba kurang dari 5 menit, lebih tepatnya 3 menit. Kaki jenjangnya ia gunakan untuk melangkah masuk ke dalam bar itu dan menemukan Violan yang sudah tidak sadarkan diri di salah satu meja.
Dia mendudukkan dirinya di sebelah Violan. Jemarinya bergerak mengelus permukaan kulit wajah Violan dan menyampirkan anak rambut Violan yang menutupi wajahnya. Sangat cantik, itulah definisi Violan di mata pemuda itu.
"Hey bangun yuk, kita pulang" ucap pemuda itu lembut sembari menepuk pelan pipi Violan.
Akibat pergerakan itu Violan pun mengerjapkan matanya dan mendapati sosok yang sangat dikenalnya. Senyumnya mengembang walau matanya setengah terpejam dengan wajah yang sudah memerah karena pengaruh alkohol.
Tangan mungil itu terulur menyentuh pipi pemuda itu. Menangkap wajahnya dan terus mengeluarkan ocehan yang sangat abstrak. "Dicky, Dicky datang heheh..." wajahnya pun ia jatuhkan di dada bidang Dicky dengan mulut yang masih terus mengoceh "Dicky tau Dicky yang besar. Terbang Dicky di pohon. Pohon terbang melayang bersama Dicky. Dicky sayang Violan. Bukan besar tapi Dicky tenggelam. Dicky diam dan hilang dimakan monster. Heheh Dicky terus burung bunga" seperti itulah kira-kira ocehan yang terus dikeluarkan oleh Violan.
Sosok Violan yang hilang kendali benar-benar beban bagi Dicky. Bagaimana tidak, gadis itu dengan beraninya melepas kancing kemeja Dicky satu persatu dengan posisi kepalanya masih bersandar pada dada bidang Dicky. Tak hanya itu, tangan Violan telah berkelana menerobos masuk kedalam kemejanya menyentuh dada dan perut six pack itu secara langsung tanpa ada penghalang sedikitpun.
![](https://img.wattpad.com/cover/333976798-288-k45076.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Biarkan Waktu Bermain
Romance"Aku mencintaimu" Kalimat yang aku ucapkan dengan harapan membuahkan hasil yang aku mau. Namun, semua ternyata hanya tipuan, nyatanya kau tak mencintai diriku. Hingga semuanya berubah. Seakan waktu merestui, memutar balikkan keadaan. Kini kau mendam...