"Bangun nona-nona, sudah pagi. Kalian gak ada kelas?" Tanya Dicky yang bersedekap dada diambang pintu melihat kedua gadis itu belum membuka mata sama sekali.
"Gue gak ada kelas pagi hari ini" sahut Sisca yang masih betah membaringkan dirinya.
"Gue tau kalau lo, kita sejurusan"
"Lo nanya ya gue jawab"
Sementara Violan, gadis itu telah mengubah posisinya menjadi duduk. Tangannya bergerak memegangi kepalanya yang terasa berat dan pusing. Dia merasa sebentar lagi kepalanya akan pecah.
Dicky yang melihat Violan mengaduh kedakitan, segera mendekati Violan dan menyodorkan segelas air putih. Barulah dia menuntun Violan ke meja makan setelah memastikan gadis tersebut meneguk air itu. Disana, Dicky memberi obat pereda mabuk kepada Violan.
"Kamu ngapain mabuk sih? Kayak bukan kamu aja" cercahnya pada Violan yang masih meneguk obat tersebut. "Kamu dengar aku gak sih Vi?"
"Hmm"
"Hahh" Dicky hanya mampu menghela nafas berat mendengar respon Violan.
Dia bergerak dan berlutut di hadapan Violan yang duduk di kursi meja makan. Menggenggam tangan Violan hingga atensi gadis tersebut terusik oleh tindakan Dicky yang seperti ini.
"Kamu kenapa? Hmm?" Tanya Violan heran melihat tingkah sahabatnya ini. Dia mengulurkan satu tangannya untuk mengelus lembut wajah Dicky.
"Kamu percaya aku kan Vi?" Violan pun mengangguk dan tangan lainnya ikut menggenggam erat tangan Dicky.
"Kalau aku ngelarang kamu mabuk kamu akan ikutin kan?" Mata Dicky memancarkan binar memohon kepada Violan.
"Iya, aku gak akan mabuk lagi kalau gak ada kamu. Tapi kenapa aku gak boleh mabuk?"
"Kamu beneran gak ingat sama kejadian semalam pas kamu mabuk?"
Violan menggeleng sejenak sebelum menjawab pertanyaan Dicky. "Aku nggak ingat apapun. Emang apa yang aku lakuin?"
Dicky menghela nafas kemudian berujar "Kamu bisa ngancurin masa depan dan bahkan impian kamu menjadi seorang dokter"
"Separah itu?"
"Sangat parah. Bahkan aku gak bisa jamin masa depan kamu kalau kamu mabuk di depan aku. Jadi, walaupun sama aku kamu jangan pernah mabuk ya? Intinya jangan lagi kamu nyentuh minuman itu" tangan besarnya itu pun mengusap lembut pipi Violan.
Violan menggenggam tangan Dicky yang ada di wajahnya kemudian mengangguk menyetujui permintaan Dicky. Karena dia tau, bukan tanpa alasan Dicky melarangnya. Dia tau betul Dicky tidak akan melarang Violan melakukan sesuatu jika itu tidak membahayakan dirinya. Sebenarnya dia bertanya bagaimana dirinya ketika mabuk?
"Kamu kelas pagi kan?" Tanya Dicky memastikan dengan wajahnya yang sudah dirapatkan di perut Violan dan tangannya melingkar apik di pinggang gadis itu.
"Hmm"
Deheman dari sosok lain nyatanya mengusik kegiatan mereka berdua. Dengan cepat Dicky melepas rengkuhan tangannya pada Violan. Dia berbalik dan berdecak kesal pada sosok tersebut.
![](https://img.wattpad.com/cover/333976798-288-k45076.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Biarkan Waktu Bermain
Romance"Aku mencintaimu" Kalimat yang aku ucapkan dengan harapan membuahkan hasil yang aku mau. Namun, semua ternyata hanya tipuan, nyatanya kau tak mencintai diriku. Hingga semuanya berubah. Seakan waktu merestui, memutar balikkan keadaan. Kini kau mendam...