Chapter 16

96 18 25
                                        


"Canggung ya?"

"Hmm" 

"Maaf karena kejadian itu kita seperti ini"

"Gak, gue yang harusnya minta maaf karena nyosor duluan Vi" sesal pria itu kepada Violan.

"Rak, lupain aja masalah itu karena itu gak sepenuhnya salah lo. Gue juga yang mancing lo buat lanjut sampai harus berselisih paham dengan Dicky"

"Gue cuma gak mau kita secanggung ini"

Tepat seperti perkataan Raka, mereka berdua terlibat kecanggungan. Semenjak peristiwa mereka hampir kebablasan tidak pernah sedetikpun mereka dipertemukan dalam keadaan hanya berdua seperti saat ini. Biasanya akan ada seseorang yang menjadi penengah mereka. Namun mereka berdua kini tengah duduk berhadapan.

Awalnya mereka bertiga bersama Parshav. Namun karena Parshav ada kelas sehingga mengharuskan dirinya meninggalkan Violan dan Raka berdua. Kecanggungan pun menggerogoti keduanya mengingat kesalahan dan kebodohan mereka waktu itu.

"Tapi lo beneran bajingan. Temen sendiri lo embat Rak"

Raka melirik Violan sekilas yang terlihat tengah mengaduk minumannya bersiap untuk meminumnya. "Gue gak asal nyosor, gue lakuin itu karena gue suka sama lo"

"Uhukk" Violan memukul kecil dadanya karena tersedak minumannya. "Maksud Lo apa? Bercanda juga ada batasnya"

"Siapa yang bercanda?"

"Hmm? Seriusan? Lo suka sama gue?" Tanya Violan memastikan.

"Hmm" 

"Telat"

"Telat?" Raka menautkan alisnya. Dia terlihat kebingungan akan tanggapan Violan.

"Lo terlalu lama ngungkapin perasaan lo. Andai aja dari dulu mungkin kita udah pacaran, dan mungkin aja sekarang kita berdua gak duduk disini tapi dikamar lo lagi ciuman"

"Jangan bilang–" ucap Raka terpotong.

"Hmm. Gue pernah suka sama lo. Lo inget gak waktu awal kita kenalan?" Raka mengangguk kemudian Violan melanjutkan ceritanya. "Yang pertama minta kenalan itu kan gue. Awalnya gue mau kenalan sama lo karena gue tertarik pas gak sengaja lihat lo jalan bareng Dicky sama Sisca. Tapi ya gitu, gue gak berani ngungkapin dan cuma jadi pengagum lo selama beberapa bulan"

"Cuma beberapa bulan?" 

"Yah mungkin? Tapi Lo inget waktu kita melakukannya? Gue balas ciuman lo karena gue inget pernah ngarepin hal itu dan jujur jantung gue sedikit berdebar"

"Kalau jantung lo sampai berdebar lo gak mau coba pacaran sama gue? Gue bisa manjain lo setiap hari, ngebuat jantung lo berdebar tiap harinya" Raka menampilkan senyum miringnya menatap langsung kedua netra Violan.

"Telat, ada seseorang yang jauh lebih membuat jantung gue berdebar dibanding saat bersama lo" 

Raka hanya mengangguk. Dia sudah tau pasti bahwa tidak ada harapan baginya untuk bisa bersama Violan. Gadis itu secara tidak langsung telah terikat walau gadis itu sendiri tidak menyadarinya. Bahkan orang sekitarnya sudah mengetahui bahwa hatinya telah berpenghuni.

Biarkan Waktu BermainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang