Chapter 15

96 19 0
                                    


"Ada apa?"

"Sepertinya hari ini aku lembur, kamu tidak apa-apa kan kalau aku tinggal sendiri malam ini?"

"Hmm"

"Kamu marah?"

"Nggak, lagian aku juga sudah sering sendiri waktu kakak dinas keluar negeri"

"Kamu benar. Btw, kamu lagi apa? Udah makan kan?"

"Udah, kakak sendiri udah makan? Jangan sampai sakit. Nggak baik nyiksa diri dengan lembur kerja"

"Iya, ini sebentar lagi aku makan"

"Makan sekarang"

"Nanti Vi, nanggung" 

Hening...

"Vi? Masih ada kan?"

"Aku udah deliv makan kirim ke kantor kakak, jangan lupa makan"

"Astaga Violan" terdengar suara tawa renyah dari seberang sana. "Kamu tuh benar-benar ya"

"Itu tandanya aku sayang sama kakak"

"Aku tau. Apa kamu mau ditemenin telepon sampai kamu tidur biar gak takut?"

"Hahaha... gak usah kak, aku udah gede bukan anak kecil lagi"

"Oke kalau begitu, aku tutup teleponnya ya"

"Iyya, Violan sayang kak Varrel"

"Aku juga sayang Violan"

Sambungan telepon pun tertutup. Violan merebahkan tubuhnya diatas tempat tidurnya. Dia merasa sangat lelah hari ini setelah berkencan seharian dengan kekasihnya. Menggerakkan sedikit tubuhnya saja pun terasa sakit, dia benar-benar kelelahan. Untungnya saja, dia pulang cepat dari kencannya sehingga dapat membersihkan diri lalu mengistirahatkan tubuhnya.

Dia melirik jam dinding kemudian menghela nafas. Jam menunjukkan angka 19.30 yang rupanya masih terlalu dini untuk terjun menjemput mimpi. Dia menghela nafas berat. Moodnya seketika turun terlebih mengetahui fakta bahwa malam ini dia akan sendirian di apartemen yang besar ini tanpa sosok kakak yang seringkali menemaninya. Biasanya sang kakak akan menghibur dan memanjanya ketika dia sedang tidak mood, terutama seperti sekarang ketika dia masih berada dalam fase menstruasi.

Akibat menstruasi moodnya menjadi labil, namun untung saja dia masih bisa mengatur emosinya tadi ketika bersama kekasihnya, Yoga. Walaupun kerap beberapa kali dia bersikap menjengkelkan namun Yoga dapat memakluminya karena mengetahui bahwa kekasihnya sedang kedatangan tamu.

Tiba-tiba saja perutnya terasa sedikit nyeri. Kedua tangannya bergerak memegang perutnya yang ternyata semakin nyeri. Bahkan dia mengambil bantal untuk mengganjal perutnya yang terasa nyeri karena haid. Merasa itu tidak mempan dia mencoba membaringkan tubuhnya untuk tidur. Namun rupanya itu tidak berhasil mengurangi rasa nyerinya. Segala posisi dia coba untuk mengurangi rasa nyeri karena terlalu malas untuk mengambil kompres hangat.

Hingga dia pun meringkuk dan itu berhasil mengurangi nyeri haidnya. Dia memejamkan matanya berusaha tidur untuk mengurangi nyeri haid yang dia rasa. Dan setelah beberapa saat dia pun tertidur masih dengan posisi meringkuk.

Biarkan Waktu BermainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang