Chapter 11

109 21 0
                                    


Seperti biasa, ketiga sekawan itu akan berkumpul di dalam salah satu bar untuk menenangkan pikiran katanya. Namun faktanya, mereka hanya datang untuk mencari kesenangan. 

Kini disalah satu meja bundar disudut bar itu, Parshav tengah menyesap rokok seorang diri, dia tengah menunggu kedua sahabatnya selesai bermain. Kenapa dia tidak ikut bermain, karena dia menjaga perasaan Ify, walau belum resmi namun sejak dia jatuh kedalam perasaan yang melibatkan hati dengan Ify, dia benar-benar tidak pernah menyewa wanita lagi.

Kini netranya menangkap sosok pria tengah menghampirinya, pria itu Dicky. Dicky langsung saja mendudukkan dirinya di samping Parshav. Membakar nikotinnya kemudian menyesapnya dalam-dalam.

"Raka mana?" Tanya Dicky.

"Main juga"

"Masih sempat main dia?"

"Tanya orangnya aja langsung" jawab Parshav dengan menunjuk sosok Raka yang menghampiri meja bereka berdua dengan dagunya.

"Masih ada waktu buat main lo?" Tanya Dicky pada Raka.

"Yah ada, Lo pikir Lo doang yg punya waktu?"

"Yah gak habis pikir aja gitu. Lo yang notabenenya sibuk nyusun skripsi dan bimbingan malah sempat-sempatnya masih main"

"Gue main itu karena gue capek. Setidaknya kalau gue main, gue bisa lupain bapak dosen tercinta gue dengan kemauan yang gilanya itu"

"Emang dia ngapain lagi?" Tanya Parshav.

"Coba lo bayangin, gue disuruh revisi tapi gak dikasih tau yang direvisi apa aja. Gila banget kan tuh dosen?"

"Dosen gue juga gitu njir, banyak maunya tapi gak ngasih tau apa aja yang mau direvisi dan dimasukin kedalam skripsi gue. Saraf bener tuh" timpal Dicky.

"Nyante dulu gak sih?! Lihat gue, gak pernah ngejar dosen" sombong Parshav.

"Karena target lulus lo 4,5 tahun" sindir Raka.

"Sok nyindir, lo aja target lulusnya yang kecepetan brengsek!" Protes Parshav.

"Emang udah paling bener tuh gue, 4 tahun" bangga Dicky menunjukkan cengiran khasnya.

"Pengen gue tampol muka lo! Jelek banget anak setan!" Sarkas Parshav. "Btw gue cabut duluan, mau ke kostan Ify nganterin senter"

"Ngapain bawa senter?" Tanya Dicky.

"Lo gak tau kalau jam 23.00 nanti bakal pemadaman listrik serentak?" 

"Sumpah?" Kaget Dicky.

"Cabut duluan" pamit Parshav menjauh dari mereka berdua.

Setelah kepergian Parshav, kini Dicky juga terlihat pamit meninggalkan Raka seorang diri.

"Gue pulangnya naik apa njir?!" Sungut Raka setelah menyadari kendaraan dibawah oleh kedua rekannya itu. Dicky yang membawa mobilnya, sementara Parshav yang membawa motor. Alhasil, dia tidak kebagian kendaraan dan kini jari-jarinya bergerak menelpon seseorang untuk menjemputnya.

Biarkan Waktu BermainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang