Chapter 17

86 20 13
                                    


Hari ini Violan memutuskan untuk berangkat ke kampus. Dia harus konsultasi dengan pembimbingnya. Kakinya pun melangkah keluar dimana Varrel telah menunggu untuk mengantarkannya ke kampus. Varrel dengan senantiasa terus menemani Violan yang tengah dilanda masalah ini. Tidak pernah bahkan sedetikpun dia meninggalkan Violan, dia terlalu takut jika terjadi suatu hal pada adiknya itu.

Selama perjalanan menuju kampus Varrel terus mengkhawatirkan Violan. Bahkan dia membujuk Violan untuk tidak menginjakkan kaki ke kampusnya. Dia hanya merasa takut jika sang peneror kembali berulah dan membahayakan adiknya.

"Kamu yakin beneran gakpapa jika ditinggal?" tanya Varrel memastikan lagi setelah mereka berdua tiba di kampus Violan.

"Aku yakin. Mending kakak berangkat deh, ntar telat"

Varrel hanya menghela nafasnya. Dia tidak ingin berdebat dengan adiknya untuk saat ini. Karenanya dia segera keluar dari mobil dan menghampiri Violan. Direngkuhnya tubuh sang adik lalu mengecup keningnya lama. 

"Nanti kalau habis kelas kabarin aku biar aku jemput, oke?"

"Iya, bawel banget sih"

Varrel tertawa gemas. Dia mengelus surai hitam Violan lalu kembali memasuki mobilnya. Mengendarai mobilnya menuju ke kantornya meninggalkan Violan yang masih memandang jejak kepergian sang kakak. 

Violan kemudian mengotak-atik telepon genggamnya kemudian dengan cepat mengirim pesan ke salah satu kontaknya. Setelahnya barulah ia melangkah pergi keruangan dosen tempat temu janjinya bersama sang dosen. 

Cukup lama Violan berada dalam sana. Setelah selesai dia berpamitan dan menuju ke suatu tempat. Disana dia melihat sosok pemuda tengah tersenyum sembari melambaikan tangannya kepada Violan. Violan pun melangkah mendekat, tak ingin membuang waktu lebih  banyak lagi.

"Udah lama nunggunya?" tanya Violan kemudian mendudukkan dirinya di samping pemuda itu.

"Nggak kok"

"Baguslah"

"Kamu mau ngomongin apa? Tadi kamu ngechat katanya ada sesuatu yang mau kamu bicarakan"

"langsung aja ya, gue pengen putus" Ujar Violan yang tentu saja mendapat respon buruk dari pemuda yang duduk disampingnya.

"Maksud kamu apa sih? Kamu bercanda kan?"

"Gue serius, gue beneran udah capek"

"Kamu kenapa gini sih? Aku ada salah apa sama kamu? Atau ada sesuatu yang gak kamu suka dari aku? Kalau ada bilang sama aku biar aku ubah hal yang gak kamu suka itu"

"Kamu gak ada salah apapun, aku yang salah disini"

"Kamu juga gak salah apapun Vi" Pemuda itu lantas memposisikan dirinya berlutut di hadapan Violan. Dia mengapit jemari-jemarinya dengan Violan. "kita gak boleh putus hmm?" Dengan tatapan memohon dia memandang langsung kedua netra Violan.

"Gue capek. Dari awal emang gue gak punya perasaan sama lo. Gue nerima lo karna kasihan doang" Ujarnya lalu menghempas tangan lelaki tersebut. Dia melangkah pergi meninggalkan sosok pemuda yang baru saja berstatus sebagai mantan kekasihnya itu. Pemuda itu, Yogaswara Rahardiansyah.

Biarkan Waktu BermainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang