Sebuah cafe tampak begitu tenang namun tidak bagi kedua insan yang tengah duduk saling berhadapan itu. Faktanya, salah satu dari mereka terlihat menunduk gelisah sementara yang satunya terlihat sangat marah. Pemicu kejadian tersebut tidak lain berasal dari sebuah pesan yang diterima salah satu dari mereka.
'Kamu sekarang tidur dimana sayang? Aku sudah jarang melihatmu di kamar kita'
'ahh aku lupa, kamu sudah menghancurkan kameranya'
'Satu lagi, jangan terlalu dekat dengan pria-pria disana. Mereka tidak baik, hanya aku yang mencintaimu'
'I love you Violan'
Sederet pesan itu membuat tubuh gadis yang bernama Violan itu kini menegang. Melihat hal itu tentu saja menimbulkan rasa keingintahuan bagi gadis lainnya. Dia langsung merampas telepon genggam Violan dan terlihat sangat marah ketika mengetahui bahwa sahabatnya mendapat teror dari pria yang entah siapa itu.
"Sis, balikin hp gue" sentak Violan.
"Lo udah gila? Kenapa lo gak bilang kalau lo sering dapat pesan teror bahkan ini apa maksudnya?! Jarang melihat? Hancurin kamera? Dia diam-diam taroh kamera di kamar kamu?" Violan pun mengangguk. "Ini udah di luar batas Vi, harus ditindak"
"Kak Varrel udah selidiki pelakunya tapi dia sangat cerdik, jadi susah buat ngelacak dia. Kamu tau kan bagaimana koneksi kak Varrel? Kak Varrel aja kesusahan apalagi kita"
Mendengarnya Sisca hanya mampu memijat pangkal hidungnya. "Kamu benar. Terus bagaimana dengan Dicky? Dia sudah tau?"
"Nggak"
"Why? Kalian berdua kenapa sih?"
"Aku sama dia baik"
"Bohong! Jujur sama aku Vi, kita ini udah kenal lama"
Sebelum memulai bercerita, Violan mengambil nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya. "Aku sama Dicky gak saling kenal sekarang"
"Hmm? Yang jelas kalau ngomong"
"Aku nembak Dicky tapi aku ditolak makanya aku marah dan gak mau berhubungan dengan dia lagi"
"What?!! Gue gak salah dengar kan? Dicky nolak lo? Seorang Violan?"
"Nyatanya gue beneran ditolak Sis"
"Udah gila apa dia? Padahal jelas banget kalau dia suka sama lo" emosi Sisca kini meledak.
"Tapi faktanya dia gak cinta sama gue. Selama ini dia nganggap gue cuma sebatas sahabat dan gak lebih. Padahal gue juga udah percaya kalau dia beneran cinta sama gue melihat dari perlakuan dia ke gue. Tapi kenyataan berkata lain" lirih Violan di akhir kalimat. Dia benar-benar Ingin menangis jika mengingat kejadian itu lagi.
"Jadi Lo sekarang beneran udah end sebagai apapun itu? Baik sebagai teman atau perasaan lo?" Tanya Sisca.
"Gue harus move on secepatnya"
"Enteng banget ngomongnya. Lo pikir move on segampang nyari upil di hidung? Gak segampang itu"
"Makanya kasih gue saran supaya bisa lupain dia secepatnya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Biarkan Waktu Bermain
Romance"Aku mencintaimu" Kalimat yang aku ucapkan dengan harapan membuahkan hasil yang aku mau. Namun, semua ternyata hanya tipuan, nyatanya kau tak mencintai diriku. Hingga semuanya berubah. Seakan waktu merestui, memutar balikkan keadaan. Kini kau mendam...