Rumah mewah tengah berdiri dengan megahnya tepat dihadapan netra yang penuh akan marah itu. Setelah memberanikan diri, dia kembali menginjakkan kaki lagi di kediaman mewah itu. Dalam hati tidak pernah dirinya mengharapkan kebebasan setelah bertamu. Dia sangat tahu jika dia menginjakkan kakinya berarti kebebasan itu direnggut dan terganti dengan siksaan bertubi.
Walau tau akan mendapat banyak derita, dia tetap melangkah memasuki kediaman itu. Membuka pintu rumah itu yang langsung memamerkan segala kemewahannya. Dia melihat sosok pria tengah duduk di sofa dengan kaki yang disilangkan. Matanya fokus melihat berkas yang digenggam kemudian atensinya teralihkan begitu sadar akan sosok lain yang berada satu atap dengannya.
"Sepertinya kita kedatangan tamu" dia mengucapkan seakan sangat ramah namun siapapun yang mendengarnya, itu jelas sindiran dan hinaan.
"Ibu mana?"
"Masih ingat kamu dengan ibumu?"
"Aku bilang ibu mana?!!!" Bentaknya.
"Di kamarnya"
Setelah mendapat jawaban yang diinginkannya, pemuda itu melangkah menuju ke kamar sang ibu. Dan setibanya, air mata tidak dapat dibendung lagi. Sangat sakit ketika melihat sang ibu harus terbaring lemah dengan selang infus di pergelangan tangan dan luka memar di sekujur tubuh.
Amarah itu pun membuncah. Dia keluar ruangan itu lalu menuju ke tempat pria paruh baya yang tadi ditemuinya. Dia melempar guci ke hadapan pria itu yang seketika pecah ruah. Pria paruh baya itu tak berkutik, dia hanya menatap dengan ekspresi mengejek pada pemuda yang terlihat sangat marah itu.
"Apa yang kau lakukan pada ibuku?!! KAU MEMUKULNYA LAGI? HAH??!?!" Murkanya lagi dengan melempar vas bunga tepat di hadapan pria paruh baya itu. Secara otomatis perilakunya ini mengundang para bodyguard untuk menahannya. Dia kini terkunci dengan dan tidak dapat bergerak karena kuncian lima bodyguard di tubuhnya.
"Kau sendiri yang membuat ibumu seperti itu. Kalau saja kau tidak membangkang dan mengikuti kemauan ku kita bisa hidup dengan harmonis" Pria paruh baya itu akhirnya melangkah mendekat. Dia mengapit kedua pipi pemuda itu dengan satu tangannya. "Kalau kamu tidak ingin melihat ibumu seperti itu maka ikuti kemauan ku"
"Harmonis?! Itu cuma omong kosong. Cuihh" Pemuda itu meludahi pria paruh baya itu.
"Dasar anak kurang ajar" pria paruh baya itu dibuat murka akan sikap pemuda yang tengah dipegangi oleh bodyguardnya. Dia tidak dapat lagi menahan diri dan mendaratkan tamparan keras di pipi pemuda itu. Tidak cukup akan itu dia menendang bagian perut pemuda itu berkali-kali hingga membuat pemuda itu batuk darah.
Merasa puas, dia memerintahkan bodyguardnya untuk menyeret pemuda itu ke ruang bawah tanah. merantai kedua tangan serta kakinya. Hal seperti inilah yang ditakutkan jika dia kembali ke kediamannya. Jika telah memasuki ruangan ini, jangan berharap engkau akan keluar dengan kondisi bugar. Karena nyatanya setiap keluar dari ruangan ini, Dicky akan keluar dalam kondisi yang memprihatinkan karena luka disekujur tubuhnya yang diketahui berasal dari cambukan.
*****
"Dicky belum masuk juga?" tanya Ify.
"Kok lo bisa bareng Ify ngsat?" celah Parshav saat melihat Ify dan Raka datang bersamaan menghampiri mereka bertiga.
"Apa lo? Baru jalan bareng sama gue udah ketar-ketir, belum kalau gue bawa ke hotel" cecar Raka pada Parshav.
![](https://img.wattpad.com/cover/333976798-288-k45076.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Biarkan Waktu Bermain
Romance"Aku mencintaimu" Kalimat yang aku ucapkan dengan harapan membuahkan hasil yang aku mau. Namun, semua ternyata hanya tipuan, nyatanya kau tak mencintai diriku. Hingga semuanya berubah. Seakan waktu merestui, memutar balikkan keadaan. Kini kau mendam...