"Kalian udah gila? Ngapain sih pakai bertamu tengah malem gini?" Kesal Violan melihat teman-temannya datang berkunjung diwaktu yang tidak tepat.
"Mang napa sih? Sensi banget lo" sindir Sisca.
"Lagi datang tamu tuh kayaknya" celetuk Parshav.
"Kalian gak ada acara gitu? Malam mingguan kok hobi banget gangguin gue. Gue ada janji deep talk sama kak Yoga asal lo pada tau ya"
"Udah satset satset aja kak Yoga, salut gue" sahut Ify.
"Lo mau di satset satset-in juga?" timpal Dicky.
"Tuh Shav dengerin, kode tuh" tukas Sisca.
"Apaan sih kalian? Gak ada yang ingin di satset satset-in ya asal kalian tau" terang Ify.
"Sok gak mau, sekalinya ditembak mau juga lo" cetus Violan yang berakhir mereka berlima beradu mulut, tidak ada yang ingin mengalah satupun.
Tiba-tiba suara dering ponsel datang dari suara ponsel Violan. Tertera nama 'mama' sebagai sang pemanggil. Mereka semua pun terdiam, memberi tempat bagi Violan untuk bercengkrama dengan sang ibu.
"Violan" panggil diseberang sana yang membuat Violan panik seketika. Bagaimana tidak? dia mendengar suara sang ibu terdengar pilu yang menandakan sang ibu sedang menangis saat ini.
"Mama kenapa" tanya Violan panik.
"Violan papa kamu nak"
"Papa kenapa ma?"
"....."
Violan pun terlihat panik dan matanya sudah mengeluarkan cairan bening. Genggaman pada ponselnya pun ikut terlepas, untungnya dengan sigap Parshav berhasil meraih telepon genggam itu agar tidak terjun bebas membentur lantai.
"Aku harus ke rumah"
"Hei, kamu kenapa hmm?" Tanya Dicky menangkup wajah Violan. Dia berusaha menenangkan Violan saat ini.
"Papa Dick. A-aku ha-harus pulang" Tangis Violan pecah. Hal ini membuat Dicky segera membawa Violan menaiki mobilnya dan mengantarkan Violan ke rumah orang tuanya. Sementara Parshav, Sisca, Ify dan Raka menyusul mereka berdua menggunakan mobil Sisca.
*****
Sesampainya di kediaman kedua orang tuanya, Violan berlari masuk ke dalam rumah tersebut. Saking paniknya, dia sampai tidak berhati-hati dan hampir terjatuh saat menaiki anak tangga kediaman itu. Untung saja Dicky berhasil meraih tubuh Violan, hingga gadis itu tak celaka.
Dengan isak tangis dan tangan yang bergetar, dia memberanikan diri untuk membuka pintu kamar orang tuanya. Maniknya menangkap sosok sang ayah tengah terbaring dengan sang ibu di sampingnya.
Melihat itu, kaki kecilnya terasa lemas. Kaki itu tak mampu lagi menopang tubuhnya hingga dia duduk terkulai ke atas lantai. Violan menangis histeris, tak ada kata yang mampu dia ucapkan saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Biarkan Waktu Bermain
Romance"Aku mencintaimu" Kalimat yang aku ucapkan dengan harapan membuahkan hasil yang aku mau. Namun, semua ternyata hanya tipuan, nyatanya kau tak mencintai diriku. Hingga semuanya berubah. Seakan waktu merestui, memutar balikkan keadaan. Kini kau mendam...