Chapter 6

103 22 0
                                    


"Lo gak minum?" tanya Parshav yang melihat keanehan pada temannya yang satu itu.

Hari ini Parshav dan Dicky tengah bersama didalam sebuah bar. Hanya mereka berdua karena Raka hari ini sedang sibuk mengejar dosen untuk bimbingan. Sebajingan apapun Raka, dia tetap menomorsatukan pendidikannya. Alasannya sepele, dia ingin cepat sukses dan keluar dari belenggu ayahnya.

Berbeda dengan Dicky yang hidupnya bebas, dia lebih memilih menikmati masa kuliahnya namun tetap memasang target lulus tepat waktu. Lain halnya dengan Parshav, sepertinya dia akan menjadi orang terakhir yang lulus diantara mereka bertiga.

Sebagai mahasiswa DKV, tentunya sangat sulit baginya terlebih diawal semester dia sempat down saat berhadapan dengan mata kuliahnya. Dia sering begadang demi mengerjakan nirmana hingga setelah dia melepaskan diri dari nirmana dia justru menikmati hidup sebebasnya. Hingga dia lupa dan jarang mengerjakan tugasnya. 'Tenang, masih ada tahun depan' inilah jawaban yang sering dilontarkannya tatkala ada yang menegurnya.

"Napa lo gak minum? Biasanya juga lo paling semangat" tanya Parshav untuk kedua kalinya.

"Gak dulu, hari ini gue gak boleh nyentuh alkohol" jawab Dicky.

"Gayaan lo! Biasanya juga mabok sampai gak ikut kelas"

"Hari ini gue ada urusan" Parshav pun hanya menganggukkan kepalanya mendengar jawaban Dicky.

Mereka berdua pun melanjutkan aktivitas mereka. Parshav yang minum namun masih dalam batas toleransinya sementara Dicky yang sibuk menghisap batang tembakaunya. Aktivitas tersebut terus berlanjut hingga suara dering telepon menyita atensi mereka berdua.

"Kenapa?" Tanya Dicky pada sosok diseberang sana. Rupanya, dering telepon tersebut berasal dari ponselnya.

"....."

"Gak bisa, gue ada urusan"

"....."

"Hmm, gue tutup" Dicky pun memutus sambungan telepon tersebut dan kembali menyesap batang rokoknya yang belum habis.

"Siapa?" tanya Parshav yang sedikit penasaran dengan sosok penelpon tersebut.

"Vega"

"Ngapain dia nelpon?"

"Minta dijemput"

"Terus lo gak jemput?"

"Gak, ada urusan penting"

"Dari tadi lo bilang ada urusan mulu. Urusan apa emang? Seberapa penting?" Parshav pun kembali melayangkan pertanyaan tatkala dirinya merasa penasaran dengan urusan yang dimaksud oleh rekannya itu.

"Gue harus jemput Violan" Tentunya jawaban Dicky ini memicu keheranan bagi Parshav.

"Gila lo ya Dick!" sindir Parshav sebelum melanjutkan kembali kalimatnya. "Lo aneh! Cewek lo minta jemput kagak lo jabanin. Lah ini? Temen doang tapi sampai rela gak nyentuh alkohol dan nolak jemput pacar sendiri. Ngelawak lo?!"

"Bacot lo upil biawak. Gue cabut duluan"

"Lah pergi? Dasar kakek-kakek lampir" cercah Parshav pada Dicky yang meninggalkannya sendiri di bar.


*****


Dicky saat ini tengah duduk di kursi depan salah satu laboratorium FK. Terlihat headset yang terpasang apik di telinganya dengan dirinya yang menebar senyuman kepada mahasiswi yang berlalu lalang sembari memperhatikannya. Hal ini dilakukannya untuk meminimalisir kebosanan saat menunggu Violan selesai praktikum.

Biarkan Waktu BermainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang