CHERISH || Danger

79 5 0
                                    

Dukh!*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dukh!*

Jynkoo tidak sadar pergerakannya terlalu kasar, hingga gelas dan meja yang sama-sama berbahan kaca itu terbentur cukup keras. Bahkan isinya yang masih tiga perempat gelas berhambur sebagian.

"Akh, astaga.." Keluhnya.

Kemudian ia meraih tissu untuk membersihkan cairan putih kental yang bercecer di atas meja. Ia berlalu sesaat menuju dapur dan kembali dengan segelas air putih. Ia menumpahkan sedikit air putih di meja lalu kembali mengelapnya hingga bersih. Tujuannya—agar bekas tumpahan susunya tidak mengundang para semut untuk berkumpul.

Jika Zyra tahu mejanya dipenuhi semut—bisa mati Jynkoo. Yeah.. meski Zyra tidak akan benar-benar marah sebesar itu. Tetapi Jynkoo tidak ingin membuat gadis itu badmood karena dirinya.

Selesai, Jynkoo kembali menempatkan dirinya di sofa. Dan secara otomatis atensinya mengamati pintu apartemen—sebenarnya memang sejak tadi ia memperhatikan pintu bernuansa putih itu, dan berharap benda persegi itu lekas terbuka.

Ini sudah lebih dari satu jam sejak Zyra berpamit pergi keluar—katanya, sih, ingin membeli sesuatu di minimarket seberang apartemen. Tetapi benda penting apa, sih, yang dicari Zyra sampai menelan waktu sebegitu lama? Seharusnya lima belas menit saja sudah cukup disaat jarak minimarket dan apartemen sangat dekat.

Apakah Zyra berbohong dengan alasan itu untuk diam-diam bertemu dengan Jimmy?

Ah, sial sekali.

Entah kenapa Jynkoo merasa tidak nyaman. Perasaannya mendadak seperti tertekan beban tak terdefinisikan. Tapi membingungkannya ini bukan perihal Jimmy. Jynkoo merasakan hal yang lain.

Lantas Jynkoo menyahuti handphone-nya yang bertengger di sofa—sisi tubuhnya. Berniat menghubungi Zyra untuk memastikan keberadaan gadis itu, namun kemudian ia sontak memicing tajam tatkala suara dering panggilan samar terdengar.

Jynkoo berbalik ketika mencurigai suatu arah, lalu ia beranjak untuk memastikan. Langkahnya terhenti di depan pintu kamar Zyra, yang mana dering panggilan semakin jelas terdengar. Begitulah ia membuka pintu, dan mendapati handphone Zyra bertengger di atas nakas dengan begitu nyaman. Sementara Zyra sendiri —

— tidak ada di tempat.

Oh, sial! Zyra tidak membawa handphone-nya.

_ ° CHERISH ° _

Ketika pintu besar bernuansa coklat itu terbuka oleh seorang wanita paruh baya, mendadak Jimmy disergap ragu untuk masuk. Padahal ini rumahnya sendiri, pun bukan pula sedang bertamu. Sebaliknya, justru ia yang akan menyambut sang tamu—yang tak disangka-sangka.

Begitu atensinya menemukan eksistensi sang tamu, langkahnya sungguh tersendat. Lelaki itu duduk kaku dengan seraut terlampau datar, dan tatkala sepasang netra coklat itu bertumbuk padanya—rasanya keberanian Jimmy menciut di tempat.

CherishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang