D I A K E M B A L I

6.7K 446 5
                                    

Fariz POV

Aku menatap gadis yang berada dihadapanku ini, jujur saja aku merindukannya namun jika mengingat kejadian dulu. Aku semakin membencinya. Dia masih sama seperti dulu. Namun sepertinya rasa benciku mengalahkan semuanya.

Aku dengar ia satu kampus denganku. Itu tidak menjadikan alasan aku akan jatuh cinta kembali kepadanya. Mama juga sudah merencanakan sesuatu yang membuatku bingung. Apalagi jika bukan masalah pertunangan dengannya.

Aku memperhatikannya dari jauh. Ia tengah kebingungan mencari seseorang. Kurasa ia tidak memiliki teman di kampus ini. Aku memperhatikan sikapnya yang sangat tidak aku sukai. Untuk apa aku harus berbaik hati kepada dirinya.

Aku memainkan bola ini dengan kakikku rasanya sakit itu belum juga hilang. Apakah aku akan selamanya membenci dia, dia yanh pernah mengisi hari-hariku?

Tidak semudah itu,

Kulihat dia dekat dengan sepupuku. Putra . Lagipula apa yang diharapkan dengan gadis itu. Jelas-jelas gadis itu sudah berbohong dan pergi meninggalkanku begitu saja. Tanpa ada kabar sedikit pun tentang dia.

Hari ini kudengar ia akan diundang keacara ulang tahun putra . Untuk apa gadis itu hadir kembali dihadapanku. Aku tidak mau ia didekatku, aku ingin dia pergi sejauh mungkin. Bahkan hingga aku dan ia tidak berjumpa lagi.

Ia berjalan menghampiriku, aku tersenyum sinis kepadanya. Untuk gadis seperti ia. Untuk apa aku harus berbaik hati?

***

Aku menatap ia yang ada dihadapanku saat ini. Ia baru saja tidak sadarkan diri. Sejak dulu ia memang seperti itu. Ia selalu saja merepotkan aku! Namun mengapa dulu aku sangat sabar ketika ia pingsan seperti tadi.

'Cinta yang sudah membuatmu buta fariz!' sahut suara dalam diriku. Ya memang, dulu aku mencintainya. Bukan saat ini, aku yang membencinya.

Aku terpaksa menunggunya sadar. Aku tidak mau disalahkan oleh semua orang. Karena akulah yang terakhir kali bersamanya. Terpaksa aku menunggunya terbangun.

Kudengar ia mulai bersuara serta tangannya mulai bergerak seakan pertanda kalau ia sadar dari pingsannya. Ia bangun dan mencari sesuatu. Aku hanya diam saja. Aku tidak mau berurusan kembali dengannya. Sungguh, ia sangat menyusahkanku.

"Lo cari apa?!"bentakku dengan sengaja.

"Ini-apa - anu- eh itu.. Aku nyari tasku. Kau melihatnya?"tanya nya dengan gugup,

Aku mengambilkan tasnya yang sengaja aku simpan. "Makanya kalo punya mataa itu dilihat! Dipake! Jangan nyusain gue doangan"

"Maaf riz . Aku tidak sengaja. Lagipula aku tidak tau jika kau sengaja menyimpannya."katanya dengan lembut.

"Gue mau balik! Lo disini aja. Bodo deh mau sama siapa! Gue capek"kataku yang berusaha untuk pergi.

Ia menarik tanganku sejenak."fariz. Terima kasih karena kamu sudah mau membantuku dan karena kau sudah mau menolongku. Aku tidak bisa membayangkan jika tidak ada kamu."katanya dengan singkat.

"Jangan kebanyakan bawel deh! Berisik tau ga! Asal lo tau aja ya. Semua ini kepaksa."singkatku yang langsung pergi begitu saja.

Aku memeprhatikan nya dari jauh. Kulihat putra sangat begitu perhatian terhadapnya. Wajar saja. Karena putra tidak tau bagaimana sikap asli tyas . Ia tidak sebaik yang dipikirkan.

Gadis itu memang sangat hebat dalam bersandiwara.

Aku kembali kelapangan untuk latihan bersama temanku. Namun kudengar handphoneku berbunyi dengan kencang. Mama. Untuk apa mama menelponku. Apa ada hal penting yang akan dibicarakan.

"Pertunanganmu dan tyas dibatalkan oleh kakaknya. Kau tidak akan bertunangan dengan tyas. Mama tidak tau mengapa kakaknya menolak begitu saja."kata mama singkat.

Aku terdiam sejenak. Entah senang atau sedih yang jelas aku tidak tau bagaimana perasaanku saat ini.

Apakah aku harus senang?

Namun diisisi lain aku bersikap sebaliknya.

The Beating Of Love   [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang