B E R U B A H

7.9K 556 4
                                    

Aku masih saja terdiam dengan perlakuan lelaki itu. Apakah ini mimpi? Tentu saja tidak bahkan aku sedang tidak bermimpi saat ini. Ia memang telah berubah, dia bukan Fariz yang aku kenal.

Dia berubah karena ku.

Ku dengar tawa mereka semakin pecah. Aku merasa malu yang sangat besar. Bisakah aku menangis? Jika aku mau aku bisa saja menangis disini. Namun rasa kuatku menghalangi semuanya. Aku tidak bisa menangis.

Putra nampak khawatir dan ia menutupi semua pakaianku yang basah dengan jaket yang ia bawa. Aku merasakan sedih. Mengapa lelaki itu berubah seperti itu? Aku hanya menunduk saja. Beruntung Putra mau membantuku disaat seperti ini.

Putra mengambilkan aku minum dan ia menatapku dengan heran. Seakan ia bertanya apa yang aku lakukan sehingga Fariz menyiramnya begitu saja.

"Kau tak apa?"tanya putra

"Gue gakpapa kok. Cuman kayaknya gue harus pulang. Gue bolos mata kuliah terakhir kayaknya. Baju gue basah dan rambut gue juga lengket."jawabku dengan singkat.

"Mau gue anterin? Gue gakmau lo jadi bahan tertawaan mereka."ajak putra dengan ramah.

"Makasih tapi kayaknya--"tolakku dengan baik

"Lo gak usah nolak. Mendingan sekarang kita pulang. Lo nanti bisa sakit"katanya yang sangat perhatian kepadaku.

Sepanjang perjalanan aku hanya diam saja. Tidak ada perkataan yang keluar dari mulutku. Putra sangat baik kepadaku. Aku hanya takut jika nantinya ia akan seperti fariz yang membenciku. Bahkan sangat membenciku.

Sampailah aku didepan rumahku. Kulihat mobil Kak Sean terparkir di halaman. Apakah Kak Sean sudah pulang sekolah? Aku langsung mengajak Putra masuk kedalam rumah untuk bertemu dengan kak sean.

"Kak! Kak sean !"sahutku memanggil namanya.

"Ada apa sih adikku!"balasnya dengan menghampiriku. "Kamu kenapa basah gitu Tyas ? Kamu kehujanan?"tanya kak sean khawatir.

"Aku tidak apa-apa kok kakk. Ini tadi kesiram sama tukang kebun"jawabku dengan tertawa.

"Ini siapa? Pacar kamu?"ledek kak sean.

"Ini temen aku namanya Putra kak. "Kataku yang memperkenalkannya.

Aku segera membersihkan diriku. Setelah itu, aku segera mengambilkan minuman untuk keduanya. Kulihat mereka berdua sangatlah akrab. Aku tertawa saja mendengar pembicaraan mereka tentang sepak bola.

Aku ingin sekali seperti itu. Melihat Fariz bahagia dan dekat dengan ku seperti dulu. Namun sayangnya itu tidak akan mungkin terjadi.

***

Putra sudah kembali ke kampus. Aku heran dengan kak sean. Biasanya jam segini ia belum pulang namun kali ini malah sebaliknya. Aku ingin sekali menceritakan semuanya kepada Kak Sean namun itu tidak mungkin.

Aku merasakan dadaku sesak. Rasanya sangat sakit sekali. Aku berusaha mengambil obat di nakas namun rasa sakitku mengalahkan semuanya. Aku harus meminum obat itu dengan segera, aku tidak mau rasa sakit ini semakin dalam

"Kakk se----sean "lirihku menahan rasa sakitku.

"Kak Sean !"sahutku kembali..

Aku sudah tidak kuat lagi. Dadaku terasa begitu sakit. Bukankah ketika aku sudah mendapatkan donor jantung aku akan sembuh? Nyatanya tidak. Penyakitku masih ada dan bahkan semakin parah.

Kudengar kak sean memanggil namaku. Aku sudah tidak kuat lagi.

"Kakk aku butuh obat kak."lirhku singkat.

"Sebentar! Kamu minum ayo"sambung kak Sean .

Aku menghela nafas sejenak. Aku menitihkan air mataku. "Kakak lihat sendiri kan? Dua tahun aku berkutat dengan peralatan medis tapi apa? Tidak ada kemajuan sama sekali kak. Aku semakin sakit. Aku capek kak!"kataku dengan menangis.

"Kakak yakin kamu akan sembuh. Kakak akan membuatmu sembuh."katanya yang berusaha menenangkanku.

"Sampai kapan kak? Sampai aku tidak bisa bernafas lagi?"jawabku dengan singkat.

A/n

Heii dilanjut nih .. Vote and comment yakk. Jangan jadi pembaca gelap ;)) makasih

The Beating Of Love   [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang