L E B I H I N D A H

6.2K 408 1
                                    

Perlahan aku mengetuk pintu kamarnya itu. Namun tidak ada sahutan sama sekali. Aku sudah mencoba memanggilnya beberapa kali, namun hasilnya hanya sia-sia. Fariz juga tidak mau membukakan pintu,

"Fariz --kamu keluar dong"teriakku dengan keras.

"Mau sampai kapan kamu didalam? Kasian mama kamu. Apalagi kampus kan sering ada pertandingan. Kampus kita selalu kalah gaada kamu riz. Kamu keluar kamar ya?"sambungku kembali. Namun hasilnya sama saja, tidak ada jawaban.

Aku duduk dilantai sambil memikiran bagaimana caranya agar fariz keluar dari kamarnya. Gilang datang dan ia berada dihadapanku.

Gilang adalah adik kelasku dulu. Saat aku masih di bangku SMA ia menjadi muridku. Aku mengajarinya belajar setiap pulang sekolah. Aku tidak mengajarnya sendirian.

Dulu, Fariz ikut bersamaku.

Aku berusaha untuk menyapa nya namun kali ini aku sadari ia berbeda. Tidak seperti biasanya.

"Kak tyas kenapa ada disini!"sahut gilang dengan nada yang berbeda.

"Kau kenapa? Sepertinya kau berubah, ya?"jawabku dengan heran,

"Kakak mau apa? Mau bikin hati kak fariz sakit lagi? Iya?"bentaknya dengan kasar,

"Aku gatau apa maksud kamu? Ada apa sih?"tanyaku masih bingung dengan dirinya.

"Kaka udah sakitin hati kak fariz dan sekarang apa kakak ingin menyakiti hati Kak putra juga?! Hah! Aku kira kakak orang baik ternyata bukan"

"Gilang aku tidak seperti itu.. Kamu tidak tau apa-apa. Dan --"

Aku merasakan dadaku sesak. Mungkin aku terlalu emosi atau apapun. Yang jelas aku merasakan dadaku sesak. Aku berusaha untuk meminta bantuan gilang namun sepertinya ia tidak memperdulikannya.

Krekkk.

Kudengar pintu suara Fariz terbuka. Ia membantuku untuk mengambilkan air dan obatku. Perlahan aku merasakan rasa sakit ini hilang. Dadaku kembali seperti semula. Aku menarik nafas berusaha mengatur udara paru-paruku.

Aku bersyukur, semua baik-baik saja.
Fariz menatapku tajam seakan mengatakan sesuatu. Ia menarikku kearah taman. Sepertinya ia akan membicarakan sesuatu yang sangat penting

"Lo kenapa sih!?"tanya fariz heran

"Aku? Aku gakpapa"jawabku dengan berdusta.

"Kenapa lo selalu bergantung sama obat itu? Ada yang lo sembunyiin dari gue?"

"Enggak kok riz. aku baik-baik aja. Itu obat sakit kepala aku. Jadi aku selalu membawanya kemanapun aku akan pergi!"kataku lagi dengan berbohong.

Ia mengulurkan tangannya kehadapanku. "Gue mau minta maaf sama lo. Karena gue udah jahat dan benci lo. Sekali lagi gue minta maaf"katanya dengan lirih.

"Emangnya kita pernah punya masalah ya?"tanyaku dengan tertawa.

"Tyas , gue udah--"

"Kalau pun kamu salah. Itu semua karena aku, aku yang sudah membuatmu benci kepadaku. Karena aku juga sudah meninggalkanmu begitu saja tanpa alasan. Itu kan mengapa kamu membenciku"lirihku sejenak.

"Tapi gue kan udah--"

"Aku berhasil buat kamu keluar kamar. Jadi kamu harus makan ya!"perintahku dengan mencubit pipinya dengan gemas.

Semoga saja ini adalah awal yang baik hubungan ku dan fariz. Meskipun sangat mustahil diantara kita masih ada rasa cinta.

***

Aku memperhatikan fariz yang sedari tadi melahap makanan buatanku sampai habis. Apakah ia tidak tau jika aku yang memasaknya? Aku hanya senyum-senyum sendiri memperhatikan dia. Dia terlihat sangat menggemaskan.

Tanpa sengaja ia melihatku sedang tertawa. Aku berusaha memalingkan tatapannya.

"Lo dari tadi liatin gue kan?"suara fariz menyadarkanku,

Aku berusaha mencari alasan untuk berbohong, "emgga kok. Kata siapa? Aku-aku lagi lihat itu tuh awannya bagus"ucapku dusta.

"Modus. Gue kan ganteng masa iya lo gak liatin gue"sahutnya kembali.

"Apaan sih kamu, riz . Jangan ngarep deh"balasku sewot kepadanya.

Ku dengar ia tertawa singkat."buktinya lo kan jatuh cinta sama gue dulu"ledeknya kembali. Aku masih tidak mengerti dengan ucapannya.

"Kan kata kamu lupain aja semua. Kenapa masih kamu ungkit lagi?"tanyaku lemah.

"Lo boleh coba untuk melupakan semua nya, namun melupakan itu tidak semudah mengingat. Karena bagaimanapun semakin lo lupain semuanya. Lo akan semakin mengingatnya. Dan bagi gue itu hal tersulit"kata fariz dengan jelas.

Apakah fariz belum juga melupakanku? Jika itu benar, jangan biarkan ia melupakanku.

The Beating Of Love   [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang