Part 7 : LDR Empat Hari

2.1K 256 10
                                    

Hari ini entah ada angin apa, Lin tiba-tiba datang ke perusahaan daddy nya, gadis itu akhirnya menyerah dengan keadaan, hidup sesuka hati tanpa aktivitas yang bermanfaat memang tidak ada gunanya, Lin meminta pekerjaan pada ayahnya, terserah jadi apa saja asal bekerja dan menghasilkan uang itu yang dia katakan.

"Apa kau serius ingin bekerja?, daddy tidak mau saat kau sudah bosan dan kau memutuskan untuk berhenti bekerja", ucap tuan Chankimah.

Lin menarik nafas dengan pelan, "Dad, aku sedang ingin berproses menjadi manusia yang berguna, tolong jangan meragukan aku", jawab Lin.

"Baiklah, kalau bagitu daddy ingin kau mewakili daddy pergi ke China besok, ada pertemuan dengan klien di sana sekaligus peresmian proyek baru, bagaiman?", tanya tuan Chankimah.

"Uhukk..uhukk..uhuk...Lin terbatuk saat sedang meminum orange jus miliknya, "Ke China?, besok?, dad kenapa bisa secepat ini?, aku bahkan belum mempersiapkan apa-apa", jawab Lin dengan manja.

Tuan Chankkmah hanya tersenyum, putrinya itu memang selalu membuat moodnya menjadi bahagia, "kau mau atau tidak?, daddy butuh jawabannya sekarang", tanya tuan Chankimah lagi.

Lin terdiam sejenak hingga akhirnya wanita itu mengangguk, "baiklah aku mau", jawabnya.

Skip...

Kath baru saja menyelesaikan tugas matematikanya di perpustakaan, dia menatap Irin yang tertidur di sampingnya, "Ck...padahal ini di perpus tapi dia malah tidur", ucap Kath.

Gadis itu kemudian berjalan menuju rak buku, dia mengembalikan buku paket matematika pada tempatnya. "Heii..", seseorang tiba-tiba muncul dan menyapa Kath.

Kath melihat ke kanan dan kiri, "kau menyapaku?", tanya Kath pada seorang pria di hadapannya.

Pria itu mengangguk, "iya, aku menyapamu, kau anak baru bukan?", tanya pria itu lagi.

Kath belum menjawab, dia masih memperhatikan pria tersebut, "kau ketua OSIS?", tanya Kath.

Pria itu tersenyum, dia kemudian berjalan mendekati Kath, "Brigh", ucap Pria itu. Kath lalu membalas uluran tangan Brigh, "Kathrine", jawabnya.

"Kau mau mengambil buku?", tanya Brigh

Kath menggeleng, "aku baru saja mengembalikan buku", jawabnya. tiba-tiba Kath teringat ucapan Irin tempo hari, wanita sombong yang pernah dia hajar adalah kekasih ketua OSIS yang itu berarti kekasih Brigh.

"Kath..boleh aku meminta nomormu?", tanya Brigh

Kath tersenyum, "tapi pacarmu sangat cemburuan, aku tidak ingin terlibat masalah dengannya lagi", jawab Kath sambil berlalu pergi meninggalkan Brigh. Dia juga membangunkan Irin yang tertidur, lalu mengajak sahabatnya itu pergi dari perpustakaan.

Sementara itu, Lin sedang sibuk mempersiapkan berkas yang akan ia bawa ke China, dia dibantu oleh Kade asisten pribadinya yang baru ditunjuk hari itu juga, waktu sudah menunjukan pukul empat sore dan dia baru saja selesai dengan berkas serta dokumen yang akan dibawahnya.

"Kade...jika semua sudah selesai kau boleh pulang, persiapkan diri untuk perjalanan besok", ucap Lin.

Kade tersenyum, "terima kasih bos, kalau begitu saya permisi duluan", jawab Kade.

Lin mengangguk, dia mengeluarkan handphone dari saku jas yang ia pakai, tiba-tiba dia teringat pada Kath, seharian ini baik Lin atau Kath tidak ada kabar satu sama lain, hingga kemudian Lin memutuskan pulang kantor, namun dia masih menyempatkan diri membeli makanan untuk di bawah pulang.

Skip...

Kath terus memandangi jam dinding, ini sudah hampir jam enam sore tapi Lin belum juga pulang, bahkan nomor wanita itu tidak aktif.

"Kenapa baru pulang?", tanya Kath saat melihat Lin masuk ke dalam rumah.

Kath yang melihat Lin membawa banyak barang di tangannya langsung bergegas mengambil barang-barang itu, "kenapa ada banyak sekali berkas?", tanya Kath lagi.

"Huuuufff....ya ampun capek sekali, rasanya seluruh tulangku remuk semua", ucap Kath sambil memijat bahu dan tangannya.

Kath memberikan segelas air pada Lin, "thanks", ucap Lin sambil memberikan gummy smile nya pada Kath.

"Berkas apa itu?", tanya Kath lagi.

Lin meminum habis air di gelas, "Ah...itu berkas yang akan aku bawa besok ke China", jawabnya dengan santai.

Mendengar itu Kath menatap Lin, "China?, kenapa tidak bilang kalau mau ke China?", tanya Kath.

Lin terdiam, sepertinya dia melupakan ini, "Kath, aku sudah memutuskan akan bekerja di perusahaan ayahku dan ini tugas pertama dari daddy", jawab Lin.

"berapa hari?",

"Empat, hanya empat hari", jawab Lin.

Lin mulai mengemasi barang-barangnya, dia hanya empat hari tapi ada dua koper yang sudah terisi baju semua. Wanita itu terus berpikir apa lagi yang harus ia bawa, sesekali dia membuka lemari bajunya, "itu sudah cukup Lin", ucap Kath.

Lin menatap Kath sambil tersenyum, "kau mau ole-ole apa?", tanya Lin.

Kath tidak menjawab, dia lalu naik ke ranjang dan membelakangi Lin, "cepat pulang", jawabnya.

"Hanya itu?, aku memang akan cepat kembali karena hanya empat hari disana", ucap Lin lagi.

Kath sudah tidak menjawab, dia memaksakan diri menutup matanya. Membayangkan empat hari tanpa melihat Lin akan membuatnya merindukan wanita itu.

Skip...

Lin sudah berangkat ke China, selama di dalam pesawat dia terus terdiam, jantungnya masih berdegup kencang, tadi pagi saat dia akan berangkat ke bandara sesuatu terjadi antara dia dan Kath.

Flash back on...

Lin sedang bersiap-siap, jam tujuh pagi pesawatnya akan berangkat, sehingga wanita itu sudah bersiap dari jam setengah lima pagi. Lin melirik ke ranjang, Kath masih tertidur pulas, Lin yang akan berganti pakaian melepas handuk yang melilit di tubuhnya, dia hanya memakai dalaman saja. Tiba-tiba sebuah tangan memeluknya dari belakang, "kau sengaja melakukannya?", tanya Kath.

Lin sempat kaget tapi semenit kemudian rasa kaget itu menjadi degupan dada yang begitu kencang, dia hanya menatap Kath dari cermin, gadis itu memeluknya dari belakang dan menyandarkan dagunya di bahu Lin, "aku mau berganti pakaian dulu, nanti aku terlambat", ucap Lin pelan.

Kath menatap Lin dari cermin yang ada di depan mereka sekarang, mata mereka saling menatap lewat cermin itu, "bagaimana aku saat kau pergi selama empat hari?", tanya Kath.

"Sekolah yang baik, jangan berkelahi dan jangan telat makan", jawab Lin.

Kath lalu mencium bahu Lin dengan lembut, Lin refleks menutup matanya, "hanya itu?", tanya Kath

"Hemmm".

Kath menggigit pelan bahu Lin, sehingga membuat wanita itu meringis pelan, "kau mau apa lagi?", tanya Lin pelan.

"Kau", jawab Kath, gadis itu lalu memiringkan kepalanya dan menarik dagu Lin kemudian mendaratkan sebuah ciuman pada bibir wanita itu.

Seketika dunia seperti berhenti berputar, ciuman itu sangat lembut namun mampu membuat darah mereka berdesir hebat.

"Aku akan sangat merindukanmu",

My Sweet NieceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang