"Selamat pagi, kami beritakan untuk anda hari ini perkiraan cuaca untuk seluruh wilayah Thailand khusunya kota Bangkok, prakiraan cuaca hari ini menunjukan suhu yang panas, untuk itu dihimbau kepada seluruh masyarakat untuk mengurangi aktifitas di luar rumah", Suara seorang pembawa berita menggema di rumah besar itu, sepertinya TV itu sudah dihidupkan sejak semalam, tidak ada yang mematikan TV tersebut rumah itu tampak hening tapi di lantai ruangan beberapa sampah bekas makanan ringan dan botol minuman beserta gelas berhamburan di meja-meja. Dari keadaan yang terlihat dapat disimpulkan semalam si tuan rumah baru saja melangsungkan party.
Dreettt...dreett...dreeett....
Sebuah iphone 14 terus bergetar sejak dua jam yang lalu, sekarang waktu sudah menunjukan pukul sepuluh pagi yang itu berarti handphone itu mulai berdering dari pukul delapan pagi, tidak ada yang perduli dengan getaran telpon itu, bahkan pemilik handphone entah ada di mana.
Dari arah sofa ruang tamu, beberapa meter ke arah dapur seorang wanita tertidur dengan pulas sambil memeluk botol minuman di bawah meja makan, dia menggunakan kostum kelinci dengan pipi berwarna merah karena lipstik, wanita itu tidak sadarkan diri hingga kemudian seekor anjing peliharaannya datang menjilati pipi wanita itu.
"Hemmm....bon, aku masih mengantuk", ucap wanita itu, anjing berwarna hitam dengan lidah yang menjulur keluar itu menjilati wajahnya, seolah sang anjing ingin majikannya cepat bangun.
"Ishhh...heii, kenapa kau terus menjilatiku, apa kau lapar?", wanita itu mencoba bicara pada anjingnya. "Beri aku waktu lima menit lagi yah", ucapnya lagi, tapi anjing itu terus menjilati wajahnya hingga membuat wanita tersebut kesal.
"Fine..aku bangun sekarang", ucapnya dengan kesal, wanita itu lalu bangun dan.....
Bugh....
"Auuuu....kepalaku", tanpa dia sadari dia berada di bawah meja, sehingga begitu dia bangun kepalanya langsung membentur kolong meja makan itu.
"Ini semua gara-gara mu bon, kepalaku jadi benjol begini", ucapnya pada anjing itu.
Wanita itu lalu mencuci wajahnya di wastafel, dia lalu membuka kulkas dan meminum air dingin di dalam kulkas itu, pandangannya menyapu ke seluruh ruangan, hal paling tidak dia sukai dari berpesta adalah tidak ada teman-temannya yang perduli dengan kebersihan, "ujung-ujungnya aku juga yang harus membersihkan semua ini", ucapnya, wanita itu kemudian memunguti semua sampah bekas acara semalam, dia tidak memiliki pembantu di rumah sebesar itu.
Skip...
"Apa masih belum tersambung juga?", seorang wanita berusia lima puluhan namun masih berpenampilan modis tiba-tiba bertanya pada seorang pria berambut putih yang terlihat lebih tua sedikit dari wanita itu.
Pria itu menggeleng, "dia pasti masih tidur jam begini", jawab pria itu.
"Daddy sih terlalu memanjakan Carolina, lihatlah di usianya sekarang dia bahkan tidak memiliki progres apa-apa, minimal dia mau bekerja di perusahaan dad", ucap wanita itu dengan kesal, putri satu-satunya yang baru menyelesaikan kuliahnya lima bulan lalu itu, hanya terus menghabiskan waktunya intuk berjalan-jalan atau sekedar berpesta dengan teman-temannya, bahkan putrinya itu memilih tinggal di rumahnya sendirian.
"Biarkan saja dulu, nanti juga dia akan bosan dengan aktifitasnya ini", jawab pria tua itu, "Dimana Ken dan istrinya?", tanya pria itu.
"Mereka sudah dekat", jawab istrinya.
Satu jam kemudian semua orang sudah berkumpul, Ken dan Nitta istrinya juga sudah berada di kediaman Chankimah, masih ada satu orang lagi yang mereka tunggu sejak tadi tapi belum menampakan diri di rumah itu, tidak berapa lama sebuah Ferrari putih berhenti di depan rumah mewah itu, seorang wanita dengan dress merah tanpa lengan di atas lutut masuk ke dalam rumah tersebut.
"Selamat siang semuanya", sapa wanita berambut panjang berwarna blonde itu, dia juga memakai kacamata hitam, walau pun di luar sedang panas tapi dia tetap terlihat modis.
Tuan Chankimah dan Ken tersenyum melihat wanita itu, "Selamat siang juga princess", jawab mereka bersamaan.
Beda lagi dengan Nyonya Chankimah, dia melirik putrinya itu dari ujung rambut sampai ujung kaki, "Kau seperti artis Hollywood saja, di luar cuaca sangat panas tapi kau memakai dress tanpa lengan dan warnanya pun merah", ucap Nyonya Chankimah.
Wanita itu tidak menggubris ucapan ibunya, dia kemudian duduk di samping kakak iparnya, "Bilang saja kalau mommy iri padaku", jawab wanita itu.
Nyonya Chankimah tida terima dibilang iri pada putrinya, "Ih..enak saja, gini-gini mommy ini mantan model loh", jawabnya.
Semua orang saling menatap dan tersenyum melihat tingkah ibu dan anak gadisnya yang tidak pernah aku itu, "Buka dulu dong kacamatanya, ini di dalam rumah bukan di luar", lagi-lagi nyonya Chankimah menggoda putrinya.
Wanita itu lalu membuka kacamatanya, "Sudah puas?", ucapnya sambil menatap ibunya, Sang ibu hanya memiringkan bibirnya pada anak gadisnya itu.
"Jadi ada apa Daddy dan Mommy meminta kami berkumpul begini?, tanya Wanita itu.
Tuan Chankimah menatap putrinya, "Bukan daddy sayang, tapi Ken. Dia yang meminta mu datang kemari", jawab tuan Chankimah.
Wanita itu menatap kakaknya, "Ada sesuatu?", tanyanya.
Ken menatap Nitta dan adiknya, "Lin, kakak punya permintaan padamu", ucap Ken.
Wanita bernama Lin itu menatap heran Ken, kenapa perasaannya jadi tidak enak begini, "Ok, kalau aku boleh tahu kakak mau minta apa?", tanya Lin kembali.
Ken belum menjawab, dia menatap Nitta dan kemudian Nitta berjalan ke kamar yang ada di lantai satu tak jauh dari ruang keluarga tempat mereka berkumpul, di belakang Nitta ada seorang gadis cantik, putih, berwajah bule, rambutnya pendek sebahu dan berwarna blonde, "siapa gadis ini?", tanya Lin dalam hati.
Gadis itu lalu duduk di kursi yang berada tepat di depan Lin, wanita itu terus menatap gadis itu.
"Lin kenalkan ini Kathrine, kau bisa memanggilnya Kath, dia adalah putri Nitta, anak tiriku", ucap Ken.
Lin menatap Ken, ",Siapa namanya tadi?, Cat?, Maksudmu kucing?, wah namanya unik sekali yah", jawab Lin dengan tawa.
Gadis itu tiba-tiba berdiri, "i'm Kath not cat, it's K not C...nice to meet you aunt", ucap Kath sambil menjulurkan tangannya pada Lin.
Lin mematung dengan perkataan Kath itu, lalu apa dia bilang tadi aunt?, dia memanggil Lin dengan panggilan bibi?, "heii kenapa dia memanggilku dengan bibi, astaga apa aku setua itu?", protes Lin pada semua orang disitu.
"Call me Lin, bukan bibi, apaan sih", jawab Lin sambil menjabat tangan gadis bernama Kath itu.
Kath tersenyum menatap Lin, "Is it fine to call you by just your name?, but if that's what you want then fine, I'll call you Lin however you want", ucap Kath.
Ngik...ngik...ngik...
Lin menganga, Kath baru saja berbicara menggunakan bahasa inggris dengan Lin, kenapa dia tidak menggunakan bahasa Thailand saja, seseorang tolong terjemahkan perkataan bocah ini,
"Apa yang dia katakan?, apa dia tidak bisa berbahasa Thailand?", tanya Lin pada Nitta.
Nitta menatap Lin, "Aku dan Ken sudah berencana akan mengikutkan Kath pada kursus bahasa Thailand, tapi dia sudah sedikit mengerti bahasa Thailand walau penyebutannya belum fasih", jawab Nitta.
"Mulai hari ini Kath akan tinggal di Thailand dan dia akan tinggal bersamamu, dia akan melanjutkan sekolahnya disini, kakak harap kau bisa menjaga Lin dengan baik, soal bahasa Lin bisa menyesuaikan denganmu", Jawab Ken
"Astaga, kenapa kalian sudah mengirimnya kemari disaat dia belum terlalu fasih berbahasa Thailand?, lalu bagaimana denganku?, apa aku harus selalu membawa kamus bahasa Inggris saat bersamanya?, Tanya Lin lagi.
"Kath anak yang cerdas dia akan cepat mengerti, kakak hanya mau kau menjaganya, dia sengaja kami izinkan tinggal denganmu agar ada yang akan menemanimu di rumah", jawab Ken.
Lin menggeleng, dia tidak percaya dengan ini, padahal tujuannya tinggal sendirian karena dia ingin bebas, lalu apa lagi ini?, Ken malah memintanya menjaga keponakan tirinya itu. "Lalu, kapan dia akan tinggal bersama denganku?", tanya Lin lagi.
"Mulai hari ini",
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweet Niece
Roman d'amour-Lin Bagiku dia seperti permen rasa stroberi, meski pun terasa asam tapi aku suka memakannya lagi dan lagi. -Kath Aku tidak suka bunga, tapi tulip menjadi pengecualian untukku, karena orang yang aku sukai menyukai bunga itu.