Part 27 : Ujian Kesabaran

1.6K 201 11
                                    

Setelah mengatakan pada kedua orang tua mereka tentang keinginan mereka yang ingin memiliki anak, akhirnya disinilah Lin dan Kath berada mereka sedang berhadapan dengan seorang dokter kandungan terbaik di rumah sakit terbaik dan terbesar di kota Bangkok, keduanya ditemani langsung oleh Nyonya Chankimah ibu dari Lin.

"Dok, apa saya boleh bertanya?", tanya Lin

"__"

"Bisakah saya mengetahui siapa pendonor sperma ini?, maksud saya, anak saya nanti harus jelas bukan, saya tidak mau nanti anak saya malah lebih dominan ke ayahnya, lalu pria itu ternyata kulitnya hitam, hidungnya pesek, giginya seperti jarak antara bumi dan uranus, tentu saya tidak mau yang modelan begitu untuk donor sperma nanti", ucap Lin.

"__"

Semua orang terdiam, Kath, nyonya Chankimah bahkan dokter pun terdiam seribu bahasa, jika ada orang yang bisa membawa Lin pergi tolong bawa dia keluar dari ruangan itu, nyonya Chankimah dan Kath rasanya ingin menyutik Lin dengan obat bius agar bisa diam.

"Apa kau bisa diam?, kenapa kau bertanya hal tidak penting seperti itu?", bisik Kath pada Lin.

Wanita itu malah menatap Kath dengan heran, "apa maksudmu tidak penting, aku cantik, kau juga cantik dan bayi kita lahir dengan hidung pesek bagaimana?", jawab Lin.

Bugh....

"Auuu...kau?!", Lin meringis kesakitan saat Kath menginjak kakinya, "awas yah kalau kita sudah di rumah", ucap Kath pada Lin.

Dokter kemudian menjelaskan pada Lin dan Kath tentang prosedur bayi tabung yang akan mereka jalani nanti, hasilnya adalah Kath akan melakukan program bayi tabung setelah dia mencapai masa suburnya nanti, setelah melakukan pemeriksaan akhirnya mereka kembali ke rumah.

Skip...

"Kau sudah mendengar penjelasan dokter kan?, Kath tidak boleh stres, lelah bahkan moodnya harus tetap stabil itu semua untuk kesuksesan program bayi tabung kalian nanti", ucap nyonya Chankimah.

Lin menatap ibunya, "apa peringatan itu untukku?, heii kalian juga harus menjagaku, disini sel telurku yang akan dipakai, kalau aku stres bisa berpengaruh pada sel telurku nanti", jawab Lin, mencari perhatian.

Tidak ada yang menggubrisnya, nyonya Chankimah langsung menarik tangan Kath dan mengajak menantunya itu makan siang.

"Fine, biar aku saja yang mengurus diriku sendiri", ucap Lin, dia lalu berbalik menuju ke kantor, selera makannya sudah hilang.

Setibanya di kantor, Lin langsung disambut oleh Nam dengan beberapa berkas di tangan sekertarisnya itu.

Lin duduk di kursi kebesarannya, "Nam, bisakah kau memesankan makanan untukku, aku sangat lapar", ucap Sam.

"Bukannya kau dari rumah?, kenapa tidak makan disana saja?",

"__"

"Baiklah aku akan memesankan makanan untukmu", ucap Nam saat melihat Lin tidak merespon pertanyaannyan.

Nam lalu meletakkan beberapa berkas di meja Lin, "itu sisa berkas yang kemarin, kau tinggal menanda tangani saja", ucap Nam.

"__"

"apa kau baik-baik saja Lin?",

Lin menghembuskan nafasnya dengan kasar, "apa stres juga dapat mempengaruhi kesuburan Nam?", tanya Lin.

"Kesuburan apa?",

"Kandungan".

Wanita itu diam sejenak, "iya, stres dapat membuat kesuburan berkurang, memang siapa yang stres?", tanya Nam.

"__"

"Baiklah, aku permisi dulu nanti aku akan mengantarkan makananmu jika sudah ada", ucap Nam saat mendapatkan tatapan tajam dari Lin.

Lin mencoba mencari referensi di internet tentang  cara menjaga kesuburan, sebagai wanita yang akan menerima donor sperma membuat Lin harus benar-benar sehat, agar pembuahan nanti bisa berhasil sampai benih itu dipindahkan di rahim Kath. Tapi dia agak kecewa dengan ibunya dan Kath yang seolah menganggap dirinya tidak penting untuk duperhatikan, wanita itu terus mencari-cari referensi di internet.

Skip...

Pukul delapan malam Lin baru tiba di rumah, rasanya semua persendiannya terasa sakit dan ngilu, dia berjalan dengan malas memasuki rumahnya.

"Kenapa baru pulang?", tanya tuan Chankimah.

Lin yang melihat ayahnya sedang duduk membaca koren di ruang keluarga ikut bergabung dengan ayahnya, "ada meeting dadakan sore ini, anak cabang perusahaan yang ada di Phuket sedang bermasalah dan aku harus menyelesaikannya", jawab Lin.

Tuan Chankimah menepuk bahu putrinya itu, dia tidak menyangka putrinya yang hanya bisa mengadakan pesta, keliling di berbagai negara dan menghabiskan uang itu ternyata bisa sangat bertanggung jawab, "Daddy bangga padamu sayang", ucap tuan Chankimah.

"ternyata kau disini, ayo bawakan sup rumput laut ini untuk Kath, dia harus memakan banyak makanan sehat untuk kesuburannya", ucap nyonya Chankimah pada Lin.

"__"

"Kenapa masih diam disitu, ayo bawakan ini untuknya", ucap nyonya Chankimah.

Lin menatap ibunya, "Aku memang menginginkan program kehamilan ini, tapi disini bukan cuma Kath saja yang terlibat tapi aku juga, apa mommy lupa kalau aku yang akan menerima donor sperma terlebih dahulu sebelum itu dipindahkan di rahim Kath?, kenapa hanya Kath yang diperhatikan dan aku tidak?", ucap Lin, wanita itu lalu mengambil tasnya dan pergi dari rumah.

"Lin...Lin...sayang?", tuan Chankimah mengejar putrinya tapi Lin sudah terlanjur pergi dengan mobilnya.

Sementara nyonya Chankimah hanya terdiam di tempatnya, dia melupakan hal ini, seharusnya dia juga memperhatikan Lin dan menjaga putrinya.

"Seharusnya mommy tidak bersikap begitu pada Lin, dia putrimu", ucap tuan Chankimah sambil meninggalkan nyonya Chankimah sendirian di ruang keluarga sambil memegang nampan berisi sup rumput laut.

Dari atas, Kath melihat dan mendengar semua perkataan Lin pada ibunya, dia merasa hatinya seperti diremas saat melihat Lin mengungkapkan isi hatinya, seharusnya dia juga tahu bahwa disini dia dan Lin harus bekerja sama dan saling menjaga, Kath kemudian masuk ke dalam kamar dan menangis, mereka belum memiliki anak tapi sudah muncul pertengkaran begini.

Kath lalu mengambil handphone dan mencoba menghubungi Lin, sekali sampai lima kali dihubungi tapi nomor wanita itu tidak aktif, Kath semakin menangis dia sangat merindukan Lin saat ini.

Di tempat lain, Lin mendatangi sebuah pet shop, akhir-akhir ini dia sering mengunjungi tempat itu sekedar melihat hewan peliharaan ditempat itu, melihat anjing yang lucu-lucu membuatnya tenang dan melupakan beban di pikirannya.

"Nanti aku kembali lagi melihat kalian", ucapnya pada hewan lucu dan menggemaskan itu. Merasa sudah tenang, Lin lalu masuk ke mobilnya, dia melihat beberapa panggilan masuk dari Kath, dia tidak menghubungi Kath kembali, tapi dia melajukan mobilnya menuju ke rumah.

Saat tiba di rumah, Lin langsung masuk ke kamar, dia mendapati Kath tidur sambil memeluk dirinya sendiri, ada genangan air mata di sudut mata wanita itu, Lin kemudian memperbaiki posisi tidur Kath dan memakaikan selimut pada gadis itu.

"Lin?!", panggil Kath

"__"

"Maafkan aku yah...hiks...hikss", ucap Kath sambil menangis.

Lin menarik wanita itu kedalam pelukannya, "Ssssttt...jangan minta maaf karena kau tidak salah, akulah yang terlalu egois, tidurlah lagi", jawab Lin.

Kath masih menangis, "lebih baik, kita jangan punya anak dulu, aku masih ingin mengurusmu tanpa ada hal lain yang membuatku berpaling darimu", ucap Kath.

Lin mencium kening wanita itu dengan lembut, air matanya juga luruh mendengar ucapan Kath, "tidak sayangku, niatku sudah bulat aku ingin memiliki anak bersama denganmu, tidak apa-apa kita bisa melewati ini semua, aku mencintaimu", jawab Lin sambil memeluk Kath dengan erat.

My Sweet NieceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang