Pagi menjelang, rintik hujan membasahi bumi sepertinya cuaca sedang dalam masa peralihan dari musim panas ke musim hujan, pagi yang mendung ditambah hujan yang turun membuat rasa malas melanda siapa saja yang memiliki aktivitas di pagi hari.
Dua orang wanita yang sedang berpelukan di atas ranjang itu pun sepertinya enggan untuk bangun, Lin begitu nyenyak dalam pelukan Kath, dia bahkan menyembunyikan wajahnya di leher jenjang gadis itu, semakin deras hujan semakin erat pula pelukan mereka.
"Hemmmm....", Lenguh Lin, matanya mulai terbuka perlahan, matanya langsung bertatapan dengan wajah Kath yang tertidur seperti bayi, hembusan dan suara nafas yang teratur membuat gadis itu terlihat sangat polos sekali. Sejenak Lin terpaku menatap gadis itu, seuntai senyuman terukir di bibirnya apa lagi mengingat ciuman panas semalam, rasanya tidak mungkin dia bisa menyukai keponakannya yang baru SMA ini. "Orang mungkin akan menganggapku tidak normal, tapi menyukaimu adalah sebuah hal yang tidak bisa aku hindari", ucap Lin di dalam hati.
Dinginnya AC ditambah cuaca hujan membuat Lin kembali mencari kehangatan pada tubuh Kath, dia kembali memeluk tubuh wanita itu dengan erat, "Kau dingin", tanya Kath tiba-tiba, dengan suara khas orang baru bangun tidur.
Lin menatap gadis itu, matanya tertutup tapi kenapa dia bersuara, "Hemm...aku kedinginan", jawab Lin.
Dengan cepat Kath menarik wanita itu lebih dekat dengannya, dia juga menarik selimut agar menutupi tubuh mereka berdua, Kath membawa tangan Lin masuk ke dalam bajunya, "disitu lebih hangat", ucapnya.
Skip...
Waktu menunjukan pukul 11.00 waktu Bangkok, Lin sudah bangun sejak sepuluh menit yang lalu, di luar hujan semakin deras mengguyur kota Bangkok, wanita itu sedang asik di dapur membuat sarapan untuknya dan Kath, ah sebenarnya ini bukan waktunya untuk sarapan lagi tapi karena dia baru bangun anggaplah ini sarapan.
Di kamar Kath baru saja terbangun, tangannya terus meraba mencari keberadaan Lin tapi dia tidak menemukannya, "Hoooaaammm...", Kath menguap, disampingnya Lin sudah tidak ada, "Kemana dia?", tanya Kath, gadis itu lalu bangun dan masuk ke kamar mandi membersihkan dirinya.
Lin masih asik dengan masakannya, akhir-akhir ini dia sudah mengalami peningkatan dalam mengolah masakan, setidaknya lauk yang ia masak sudah tidak terlalu asin.
"Good morning honey", ucap Kath sambil memeluk Lin dari belakang.
Honey?, wait sepertinya ada perubahan dalam julukan mulai hari ini, "kenapa kau memanggilku honey?", tanya Lin.
Kath mengerutkan keningnya menatap wanita itu, "apa kau tidak mau aku panggil honey?", dia bertanya balik.
Lin tersenyum, "aku hanya merasa aneh saja, awalnya kau memanggilku bibi sekarang honey", jawabnya.
Kath melonggarkan pelukannya pada Lin, dia lalu memegang bahu Lin dan membuat wanita itu berhadapan dengannya, "tidak ada bibi dan keponakan yang berciuman seperti semalam, panggilan ini hanya ketika kita sedang bersama saja", ucap Kath dengan serius.
Lin merasa ini sangat lucu, dia lalu tertawa terbahak-bahak, puas tertawa dia lalu menatap Kath dengan intens, "apa sekarang hubungan kita pun sudah berubah?", tanya Lin.
"Yah...sekarang kau adalah milikku dan aku adalah milikmu, putuskan pria yang bernama Tawan itu dan jangan biarkan siapa pun mendekatimu", jawab Kath, dia lalu mencium bibir Lin dengan intens, "aku orang yang sangat cemburuan Lin", ucapnya lagi.
Skip...
Malamnya Lin dan Kath berkunjung ke rumah orang tua Lin, nyonya Chankimah ingin makan malam dengan mereka.
Sepanjang perjalanan kedua wanita itu terus saja saling melempar senyuman, kali ini Kath yang membawa mobil, Kath membawa kepala Lin bersandar pada bahunya, sesekali dia mengecup mesra puncak kepala dan kening Lin dengan mesra. Mereka memang sedang dimabuk cinta guys...😍😍.
Satu jam berkendara, akhirnya Lin dan Kath sampai juga di rumah orang tua Lin, seketika kemesraan mereka hilang begitu saja.
"Yaa", panggil Kath pada nyonya Chankimah, dia langsung berlari menghampiri nyonya Chankimah yang sedang menyiapkan makan malam,
Melihat Kath dan Lin sudah datang, nyonya Chankimah langsung menyambut mereka, "Waah kalian sudah datang, Kath Yaa sangat merindukanmu sayang", ucap nyonya Chankimah sambil memeluk Kath.
"Aku juga sangat merindukan Yaa dan Puu, ngomong-ngomong Puu dimana?", tanya Kath
Seorang pria berbadan tinggi besar tiba-tiba muncul, "Puu disini sayang", jawab tuan Chankimah, Kath pun langsung berlari dan memeluk tuan Chankimah.
Lin juga menyapa ayah dan ibunya, mereka lalu mulai duduk dan menikmati makan malam mereka, Lin mengambilkan nasi dan lauk untuk Kath, melihat itu tuan dan nyonya Chankimah merasa senang, "Kath, bibimu memperlakukan mu dengan baik kan?", tanya Yaa.
Ekspresi wajah Lin langsung berubah tegang, tapi beda dengan Kath, dia tampak biasa saja, gadis itu kemudian tersenyum, "bibi Lin sangat baik, dia memperhatikan dan menjagaku dengan saaaaangggaaaat baik", jawab Kath.
"Ekhmmm...", Lin berdehem, hampir saja di keselek tulang ayam mendengar jawaban Kath.
Tuan Chankimah mengangguk, "baguslah kalau Lin memperlakukanmu dengan baik, anggap saja dia sedang latihan punya anak, biar besok-besok kalau dia akan menikah dia sudah terbiasa merawat anak", jawab Puu.
"Uhukk...uhukk..uhukk", kali ini Lin terbatuk, dia merasakan hawa panas bercampur dingin disebelahnya, "Dad...bisa pembicaraannya kita ganti saja", ucap Lin.
Tuan Chankimah lalu tertawa, "baiklah, nanti saja kita bicaranya, tapi kalau sudah waktunya tiba kau tetap harus membahasnya dengan daddy", jawab tuan Chankimah.
Acara makan malam selesai, Kath dan Lin yang awalnya akan kembali ke rumah Lin memutuskan akan menginap di rumah orang tua Lin, mereka kemudian menuju ke kamar Lin yang ada di lantai dua, kamar itu tidak pernah berubah walau pun sudah jarang di tempati.
Kath masih terus diam sejak obrolan tentang pernikahan di meja makan tadi, dia bahkan tidak berbicara sama sekali pada Lin, wanita itu sampai heran bagaimana menenangkan Kath.
"Kau tahu daddy tidak bermaksud bicara begitu kan?", ucap Lin, dia dan Kath telah berbaring di atas ranjang tapi Kath malah membelakanginya.
Kath masih tidak bergeming, Lin lalu memeluk gadis itu dari belakang, "jangan marah, please?", ucapnya lagi.
"Aku tidak menyukai obrolan malam ini", jawab Kath, dia masih memunggungi Lin.
Lin mencium bahu gadis itu, "aku tahu sayang, tapi kau tahu sendirikan obrolan ini mengalir begitu saja, jangan marah yah", bujuk Lin lagi.
Kath lalu berbalik menatap Lin, "bagaimana ini Lin, bahkan hanya mendengar pembahasan malam ini saja membuat moodku seketika rusak apa lagi membayangkan kau menjadi milik orang lain", ucap Kath, dia menatap Lin dengan sendu.
Lin mengusap pipi tembem itu, "jangan membayangkan sesuatu yang membuatmu tidak nyaman, kita nikmati dan jalani saja dulu, soal bagaimana nanti biar cinta yang membuktikan semuanya", jawab Lin.
Kath menatap intens wanita itu, "mulai sekarang, aku yang memegang kendali atas dirimu, hanya aku", ucapnya sambil mencium bibir Lin dengan rakus, "kau hanya milikku saja", ucapnya lagi di sela ciuman mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweet Niece
Romance-Lin Bagiku dia seperti permen rasa stroberi, meski pun terasa asam tapi aku suka memakannya lagi dan lagi. -Kath Aku tidak suka bunga, tapi tulip menjadi pengecualian untukku, karena orang yang aku sukai menyukai bunga itu.