🌟Chapter 14 : Gagal Ginjal? 🌟

69 2 3
                                    

Happy Reading📖
Sahabat Zora
🌠
🌠
🌠

🕊🕊🕊

Pagi ini gejala yang Nadira rasakan masih sama seperti kemarin. Bahkan semakin parah.

"Non, Den Alfi udah nunggu di bawah." terdengar suara bi Ika dari depan pintu.

Nadira mulai keluar dari kamarnya untuk menemui Alfi di lantai dasar.

"Fi!"

Alfi menoleh dan terkejut melihat Nadira yang masih menggunakan pakaian tidur dengan wajah yang sangat pucat.

"Tuh kan aku bilang juga kemarin ke rumah sakit. Batu sih!" Alfi sangat kesal jika Nadira tidak mendengarkan ucapannya seperti sekarang. "Kita ke rumah skit sekarang ya?"

"Enggak gak. Kamu harus sekolah!" Nadira langsung menolak mentah-mentah.

"Udahlah. Kita ke rumah sakit aja. Ayo."

"Iya ke rumah sakit. Tapi nanti siang aja. Kamu pulang jam 1 kan? Kita ke rumah sakit jam 1 aja ya. Oke?"

"Bener ya?"

"Iya. Udah sana berangkat." Nadira mendorong pelan tubuh Alfi keluar dari rumah.

"Nad!" Laskar memanggil dari dalam rumah. "Kamu kok masih pake piyama?"

"Dia sakit, Bang!" Alfi mengadu pada Laskar.

"Enggak, Kak, aku cuma sakit biasa aja. Gak usah khawatir ya." Nadira mencoba menenangkan sang kakak yang sudah nampak mulai khawatir.

"Gue udah ngajak ke rumah sakit, tapi dia gak mau."

"Iya nanti ke rumah sakit. Kamu sekolah dulu. Bentar lagi ujian Alfi! Sekolah yang bener!" Nadira menatap marah ke arah Alfi.

"Udah lo berangkat sekolah aja. Nadira biar gue yang anterin ke rumah sakit." Laskar menengahi pertengkaran Nadira dan Alfi sebelum terjadi lebih parah.

"Eitss... Lo juga harus pergi, Kak, panggilan atasan gak boleh lo abaikan. Siapa tau lo naik jabatan jadi mayor!" Nadira mencegah kakaknya untuk mengantarnya pergi ke rumah sakit.

"Lo lebih penting!" Laskar keukeuh pada pendiriannya.

"Gue bisa di anter kak Riany. Udah lo berdua cepetan pergi ih. Udah siang ini!" Nadira kesal sekali pada dua pria dihadapannya ini yang sama-sama keras kepala.

Setelah Alfi dan juga Laskar pergi dari rumah, Nadira segera bersiap untuk pergi ke rumah sakit sendiri.

Ia rasa ada yang tidak beres dengan tubuhnya. Ia tidak mau membuat Alfi dan kakaknya khawatir, jadi ia menolak untuk di antar dan akan pergi sendiri.

Setelah selesai Nadira segera keluar dari kamarnya dan menemui supirnya untuk mengantarnya ke rumah sakit.

Setelah menunggu antrian Nadira segera menemui dokter yang akan memeriksanya. Nadira mengatakan semua keluhannya.

"Jadi saya sakit apa, Dok?" Nadira teramat penasaran dengan apa yang terjadi padanya.

"Kita harus melakukan tes terlebih dahulu, Mbak. Tidak bisa hanya praduga saya. Praduga saya bisa saja salah."

"Memangmya apa praduga dokter?"

"Gagal ginjal, Mbak." Nadira sangat terkejut dengan perkataan dokter itu. "Mbak, jangan kaget dulu. Itu hanya praduga. Kita test saja ya agar semuanya jelas."

Setelah satu jam menunggu, Nadira kembali di panggil oleh dokter Indah.

"Ini hasil tesnya, Mbak." dokter Indah memberikan hasil tesnya pada Nadira. Nadira membukanya dengan perasaan cemas dan benar saja ia terkena gagal ginjal stadium lanjut. Air mata Nadira langsung luruh begitu saja. Mungkinkah hidupnya tidak akan lama lagi.

Nadira RacheliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang