🌟Chapter 17 : Kebagiaan Yang Mulai Datang🌟

41 1 0
                                    

Happy Reading📖
Sahabat Zora
🌠
🌠
🌠

🕊🕊🕊

Hari ini Nadira baru saja pulang di jam lima sore bersama Alfi tentunya. Nadira dan Alfi turun dari dalam mobil memghampiri bi Sumi yang ada di teras rumah bersama Galaksi.

"Bi Sumi?! Kok gak masuk?"

"Bibi lagi bujukin den Gala buat pulang, Non, soalnya nyonya sakit dan gak mau di bawa ke rumah sakit kalo bukan sama den Gala." bi Sumi menjelaskan maksud kedatangannya kemari.

"Lo gila?! Denger bunda sakit lo masih gak mau pulang?!" Nadira menatap marah ke arah Galaksi.

"Nad, dia udah jahat sama lo tapi bisa-bisanya lo masih peduli sama dia?!"

"Denger ya, Galaksi! Seburuk apapun cara dia memperlakukan gue, gue gak berhak untuk memperlakukan dia secera buruk! Dia udah rela bertaruh nyawa buat lahirin gue ke dunia ini! Lo inget itu!"

Nadira beralih kepada bi Sumi dan membawanya pulang ke rumah keluarga Winata bersama Alfi untuk membawa Zera ke rumah sakit.

Nadira menaiki tangga menuju kamar Zera bersama bi Sumi dan Alfi. Dari kamar itu keluar Riany yang baru saja memeriksa keadaan Zera.

"Gimana keadaan bunda?" Nadira bertanya.

"Panasnya masih tinggi. Kita harus bawa tante Zera ke rumah sakit. Galaksi mana?"

"Den Galaksi gak mau pulang, Non, malah non Nadira yang mau bawa nyonya ke rumah sakit."

Riany sedikit berpikir takut zera memperlakukan Nadira dengan tidak baik padahal niat gadis itu sangat baik dan tulus.

"Udah, Kak, Nadira gak papa bunda maki-maki Nadira. Yang penting bunda bisa di bawa ke rumah sakit."

Mereka akhirnya masuk ke dalam kamar itu dan segera membawa Zera untuk pergi ke rumah sakit.

Tak ada cacian dan makian yang keluar dari mulut Zera untuk Nadira. Entah kehabisan tenaga atau bagaimana Nadira juga tidak tahu. Kini Zera sudah mendapatkan kamar inap.

Nadira menunggu ibunya di dalam ruangan sendirian karena Alfi sudah ia suruh pulang dan Riany yang pergi ke luar mencari makan.

Suster datang membawa makan malam untuk Zera. Nadira mendekat dan hendak membantu Zera untuk makan.

"Bunda, makan dulu ya. Biar cepet sembuh." Nadira tersenyum tulus dengan semangkuk bubur di tangannya.

Nadira menyuapi Zera dengan telaten. Tak ada penolakan dari Zera membuat air mata Nadira menetes begitu saja. Ia senang bundanya tak lagi mengeluarkan kalimat kebencian padanya.

Melihat air mata Nadira menetes Zera memalingkan wajahnya. Hatinya berdenyut nyeri melihat air mata itu turun. Padahal ia sudah bersikap sangat jahat pada putri bungsunya ini , tapi saat ia kesusahan seperti ini, malah gadis inilah yang ada di sampinganya.

Gadis yang selalu dia caci maki setiap harinya. Yang tak pernah ia berikan kasih sayang sejak kecil. Berdosa sekali rasamya membenci gadis setulus Nadira.

Melihat Zera yang ikut menangis Nadira panik. "Bunda, bunda kenapa nangis? Ada yang sakit? Bilang sama aku, bunda, mana yang sakit?"

Zera menatap putri bungsunya. Air matanya semakin deras melihat kekhawatiran Nadira pada dirinya. Zera memeluk Nadira erat.

"Maafin bunda, Nadira! Maafin bunda. Bunda udah jahat sama kamu, Nak. Tapi kamu masih mau merawat bunda saat bunda sakit."

Nadira tersenyum haru dan membalas pelukan bundanya tak kalah erat. Pelukan yang selama ini ia nantikan.

Nadira RacheliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang