Tidak terasa, sudah satu bulan semenjak pertemuan keluarga dan kini keduanya sudah resmi menikah. Ya, begitu cepat memang prosesnya, karena kebetulan terdapat bulan baik menurut kedua orang tua mereka."Nanti malam, siap-siap lo," ejek Mela, memukul lengan Keyla pelan.
Keyla mendengus tak suka. "Gue jujur takut, meskipun gue sering goda-goda cowok tapi kalau di bawa ke kamar gak pernah berani gue," ucapnya jujur.
"Enak kok, tenang aja. Lo pokoknya nurut aja sih, jangan lupa bilang pelan-pelan," Keyla mendengus lagi, ganti memukul lengan Mela.
"Diam lo, udah sana bantu-bantu cuci piring atau apa gitu, daripada ganggy gue," ketus Keyla, mendorong pelan Mela.
"Hah! Enak aja, ya udah sih gue mau makan dulu. Laper gue, eh tuh suami lo muncul. Mau diajak ngamar tuh pasti. Gue ke belakang dulu bitch!" Keyla langsung menatap Danu membiarkan Mela lari ke belakang, tempat orang-orang masak.
"Capek? Kata Ibu udah boleh kedalam. Saya disini dulu, sama bapak-bapak yang lain. Kamu bisa tidur, gak usah nunggu saya," katanya saat sampai di depan Keyla.
"Oh? Ya sudah, tolongin Mas, gaunku berat," Keyla berdiri, memegangi gaunnya yang terseret di lantai.
"Belum ganti sandal kamu? Bentar, tunggu sini, saya ambilin sandal dulu."
Astaga! Kenapa suaminya itu tiba-tiba jadi perhatian sekali? Keyla kan jadi baper.
Beberapa menit menunggu Danu, Keyla berdiri saja, mengamati para kumpulan bapak-bapak yang masih asik berbincang di depan padahal sudah jam sebelas malam.
"Pakai ini, habis mandi langsung tidur. Saya masih lama," ingat Danu lagi, membuat Keyla mengangguk. Mengganti healsnya dengan sandal japit, gaunnya juga sudah dipegangi oleh danu dari belakang.
"Beneran aku tidur?" Tanya Keyla memastikan, saat keduanya sudah sampai di depan kamar.
"Mau apa?" ucapnya seolah tidak paham.
Keyla berdecih pelan, masuk tanpa kata, Danu yang melihatnya hanya geleng-geleng kepala.
"Saya turun dulu, kalau butuh sesuatu bisa telepon saya," pesannya, lalu terdengar langkah kaki menjauh.
"Dia tuh emang gak tau apa pura-pura gak tau sih! Dih, gue udah kode padahal! Janitra Danurdara sialan!" Dumelnya, mencopot beberapa jepit di rambutnya.
"Gue mandi aja deh, pakai gaun yang tipis terus tidur, siapa tau nanti di bangunin deh sama tuh tiang listrik," gumamnya, berjalan ke arah kamar mandi.
******
"Gak bahaya ta Dan? Dapat kembang desa cuy, gak main-main dia. Lo dapat pelet dari mana sih?" tanya Reza, Reza ini termasuk kedalam teman Fadli, yang notabenenya dulu pernah naksir juga ke Keyla.
Danu hanya terkekeh mendengarnya, padahal dia menikahi Keyla hanya karena wanita itu yang bisa dekat dengan anak dan ibunya, tidak ada yang Danu lihat dari Keyla. Sungguh, hatinya masih benar-benar hambar, tidak ada menggebu-gebu atau apa.
"Biasa bro, punya kuasa," jawab yang lain.
Danu terkekeh lagi,membenarkan itu dalam hati, kalau saja dia tidak punya harta mana mungkin sosok seperti Keyla akan mau dengannya? Apalagi statusnya yang berlabel Duda anak satu, dia tau, Keyla membutuhkannya karena uang. Wanita mana sih yang tidak butuh uang? Perawatan itu mahal, cantik butuh biaya. Jadi Danu pikir keduanya memang sedang menikah karena butuh satu sama lain.
"Gak ke kamar Dan? Adikku pasti nunggu sih," kata Fadli menyela obrolan.
"Oh iya? Udah jam satu, saya ke kamar dulu ya. Makan aja yang banyak," kata Danu tersenyum, sebenarnya sudah dari tadi dia ingin istirahat, tapi bagaimana lagi. Tidak mungkin kan ada tamu terus ditinggal begitu saja, jadi Danu menemani, tapi tamunya memang sepertinya tidak perhatian. Untung saja Fadli, yang sekarang sudah menjadi kakak iparnya cukup perhatian.
"Dah, sana. Biar arek-arek mbek aku," jawab Fadli, Danu mengangguk saja, berpamitan lalu segera keatas.
Danu membuka pintu kamar perlahan, menutupnya kembali, lalu geleng-geleng kepala melihat istrinya yang tampak sudah terlelap. Mana baju yang dipakainya benar-benar tidak tertutup dengan benar, apa-apaan baju itu?
"Shit, sengaja banget dia," kata Danu pelan, masuk kedalam kamar mandi untuk segera membersihkan diri. Beberapa menit mandi, lalu dirinya mengambil boxer dan kaos, mematikan sakelar lampu dan ikut bergabung dengan Keyla di ranjang.
"Kalau gelap gini, pikiran saya jadi gak kemana-mana, nakal banget kamu," monolog Danu, tidur membelakangi Keyla.
Pernikahan mereka memang berjalan lancar, kedua orangtuanya sudah kompak. Mengatur segala hal, dan ya pernikahan sudah siap hanya dengan waktu satu bulan. Danu dan Keyla bahkan tidak ikut andil, mereka hanya tinggal beres saja. Satu bulan itu juga, keduanya sering tidak bertemu, Danu yang sibuk dengan rencana pembukaan kandang bebek di sebelah, dan Keyla yang sibuk membenahi tokonya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Village and You [on going]
ChickLitKehidupan di kota memang menyenangkan, Keyla suka sekali. Bertahun-tahun berada disini karena tuntutan pendidikan membuatnya merasa nyaman dan enggan pulang ke desa. Berbagai alasan dia gunakan untuk tetap berada di kota, sampai akhirnya sang Ibu n...