21

21.9K 1.1K 5
                                    


Pagi-pagi sekali Keyla sudah bangun, menggunakan daster dan cardigan untuk segera berbelanja di depan rumahnya. Kebetulan memang tukang sayur sering mangkal disana.

"Bu Keyla, tumben kok belanja sendiri Bu?" tanya Ibu berbaju merah menatap Keyla sambil senyum-senyum.

Sebenarnya Keyla memang tidak pernah belanja disini, alasannya satu, dia gak mau jadi bahan omongan tetangga. Keyla lebih suka berbelanja di supermarket besar, lalu memasukkan di kulkas untuk persediaan satu Minggu. Tapi, berhubung kemarin Keyla lupa tidak belanja apapun, mau tak mau akhirnya dia memutuskan belanja disini.

"Eh? Iya Bu," jawab Keyla sekenanya, segera memilih sayur dan ikan untuk hari ini.

"Anak muda jaman sak iki Bu, gengsi nek belanja lesehan ngene," sindir ibu berbaju kuning, menatapnya dengan sinis.

"Loh nek gengsi Bu Keyla gak belanja nak kene loh. Iki Bu Keyla belanja kok," bela Ibu berbaju merah tadi, Keyla tersenyum menanggapi. Hah, perdebatan beginilah yang buat dia sangat malas berbaur.

"Wes to, enak yo Bu dadi bojone Pak Danu? Ganteng tenan, gemati ya Bu? Seng diomongno wong-wong hoaks to Bu?" kali ini yang berbicara ibu berbaju bunga-bunga. Terlihat kepo menatapnya.

Sebenarnya Keyla tidak paham maksud dari apa yang dibicarakan orang-orang. Karena sampai saat ini pun Danu memang belum memberitahu dirinya apapun. Untuk sikapnya, lelaki itu memang terlampau kaku, meski saat diranjang sikapnya bisa berubah seratus persen jadi romantis! Keyla menggeleng pelan, menghapuskan pikiran kotornya.

"Iya Bu," jawabnya singkat takut malah ditanya lebih lengkap, dirinya juga buru-buru memasukan belanjanya di kantong plastik agar segera dihitung.

"Mbak Keyla cantik, pantes to bersanding mbek Pak Danu," seru ibu baju merah, Keyla menatapnya sekilas mengingat wajah itu, dari tadi ibu baju merah selalu membela dan memujinya Keyla jadi ingin memberikan sesuatu padanya nanti.

"Terimakasih Bu," balas Keyla tulus membayar total belanjaannya. "Saya duluan ya ibu-ibu," Keyla pamit, buru-buru mengambil langkah lebar memasuki rumahnya.

"Kalau Mas Danu hari ini gak pulang mana mungkin aku mau belanja disana, kenapa juga aku lupa gak beli persediaan sih kemarin," monolog Keyla, menata seluruh belanjaannya dan segera memasak. Karena Danu kemarin malam sudah bilang akan pulang subuh, mungkin sampai rumah pagi.

*****

"Dean, gantengnya Bunda? Yuk bangun," Keyla memasuki kamar Dean, mengecupi kening anaknya dengan gemas.

"Uh? Udah pagi Bun?" tanyanya, mengerjap-ngerjapkan mata.

"Udah sayang, hari ini Dean kan sekolah, ayo mandi dulu udah jam enam loh," Dean manggut-manggut, duduk lalu memeluk leher Bundanya dengan erat.

"Ngantuk Bun," manjanya tidak mau melepaskan leher Keyla.

"Hari ini kan Dean belajar hal baru lagi loh? Kata Ibu guru nanti bakal buat komik, Dean kan suka gambar? Nanti ibu guru pasti kaget lihat gambarannya Dean," ujar Keyla membuat Dean menatapnya berbinar-binar.

"Oh ya? Ayo Bun, Dean mau mandi cepet-cepet ke sekolah!" serunya riang, meloncat ke gendongan Keyla.

"Ganteng banget sih anak Bunda, sini cium, duh udah bau asem ya?" Keyla menggoda mengangkat tangan Dean menciumnya sambil berakting menyumpat hidung.

"Wangi kok Bun, masih wangi Ean!" ujarnya tidak terima mencium tubuhnya sendiri.

Keyla terkekeh mendengarnya, memasukan Dean ke dalam kamar mandi. "Bercanda sayang, udah mandi sendiri ya? Nanti panggil Bunda, belajar mandiri oke?" Dean mengangguk, mengacungkan kedua jempolnya. Keyla memang sudah mengajarkan Dean mandiri, pelan-pelan, mulai dari mandi sendiri, handukan, sama kemarin sudah belajar memakai baju sendiri meskipun masih belum rapi. Keyla jadi bangga, melihat perkembangan anaknya.

*****

"Mas?" Keyla berlarian, ingin memeluk tapi gengsi jadi hanya mencium tangan Danu.

"Jangan lari-lari Keyla," serunya, geleng-geleng kepala.

"Kangen," katanya malu-malu, Danu mengangkat sedikit bibirnya tersenyum. Mengecup kening Keyla singkat. Demi apapun Keyla langsung salting.

"Dean udah berangkat?" tanya Danu, memberikan beberapa oleh-oleh yang sudah dipersiapkan ibunya.

"Belum, masih sarapan itu, sana kamu juga, sarapan," suruh Keyla menerima paperbagnya.

"Oleh-oleh buat kamu dari Ibu sama Ayah, ada jajan kesukaan Dean juga," beritahunya, melangkah ke meja makan.

"Ayah? Udah pulang?" Seru Dean merentangkan kedua tangannya.

Danu tersenyum tipis, memeluk Dean sambil mengecup kedua pipi gembul anaknya. "Loh rambutnya? Pinter banget anak Ayah udah berani potong rambut!" Puji Danu, padahal Keyla sudah memberitahunya kemarin, tapi dirinya memang ingin memuji Dean atas keberaniannya itu.

"Ganteng kan Yah?" ucapnya narcis, astaga sepertinya Dean jadi meniru sikapnya yang sering narcis ke Danu.

"Ganteng banget anak Ayah, kok bisa sih mulet gini. Bunda mu itu ya ada aja idenya," kata Danu menatapnya, Keyla hanya cengar-cengir.

"Kemarin Dean di foto Bunda, di pamerin ke Tante Mela, katanya aku kayak anak artis Yah! Yang sering muncul di sosmed," kata Dean bangga. Keyla jadi agak malu, sikap Dean jadi benar-benar sama dengannya yang sering narcis begitu duh.

"Emang anak Ayah paling ganteng," pujinya lagi. "Udah makannya sayang? Berangkat sekolah yuk Bunda antar? Udah siang nih, nanti ngobrol lagi," ucap Keyla menyela, menggendong Dean untuk turun dari kursi meja makan.

"Ayah, Dean berangkat dulu ya?" Dean mencium tangan Danu. "Belajar yang pintar oke?" Dean mengangguk semangat, membuat Danu mengelus-elus rambut Dean dengan gemas.

"Hati-hati Key, pakai jaket dulu sana," peringat Danu, menatap istrinya.

"Iya Mas, ini mau pakai kok di depan ada cardiganku, ya udah berangkat dulu. Kamu sarapan yang banyak," kata Keyla menggandeng tangan Dean keluar rumah.

Ngomong-ngomong Keyla sekarang punya motor baru, gara-gara iseng minta, suaminya itu langsung memberikannya, mana vespa lagi. Harganya gak main-main kemarin Keyla lihat sekitar seratus juta, padahal Keyla cuma minta yang lima puluh jutaan.

Saat sampai, seperti biasa, banyak Ibu-ibu yang melihatnya. Entah apa yang dibicarakan, pasti mereka sering ngomong-ngomong aneh tentang dirinya. Tapi Keyla mana perduli, dia hanya niat untuk mengantar Dean, itu saja.





Village and You [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang