Keyla benar-benar takut, aura Danu sekarang ini seperti senggol bacok. Dia belum bicara sama sekali, tadi Danu hanya diam, menggandengnya keluar gedung lalu segera melajukan mobilnya.Sebenarnya tadi, Keyla merasa berdebar, takut Danu meninju dan bertengkar dengan Raffan di acara pernikahan itu. Untung saja, suaminya bersikap dewasa, masalahnya satu, dia yang jadi kena imbas!
"Mas? Kamu marah?" tanya Keyla, berhati-hati, takut Danu semakin marah.
Danu tidak menjawab, oh ayolah Keyla, suamimu itu kalau marah memang diam kan?! Kenapa juga dia bertanya begitu! Jelas saja Danu marah!
"Mas, kayaknya aku harus jujur sama kamu, takut kalau kita lagi ada di acara gini dan ada kejadian kayak tadi lagi," ucap Keyla, menghela nafas pelan.
Danu tidak menanggapi, masih serius menyetir. Tapi Keyla yakin, Danu tetap mendengarkan penjelasannya.
"Aku di Jakarta lama Mas, udah dari aku lulus SMA. Enam tahun lebih disana dan baru pulang tahun ini, aku bukan perempuan baik-baik, kamu tau Jakarta, apa-apa disana mahal. Sedangkan uang yang dikasih Ibu gak sebegitu banyak buat aku. Jujur aku malu cerita gini, tapi ya aku gak mau nutupin ini sama kamu," Keyla menatap Danu, suaminya tampak datar sekali, tak menoleh kearahnya.
"Dari kuliah aku selalu jadi incaran para kating, dari situ awal mulanya. Teman-teman ku pada suruh memanfaatkan kecantikan yang aku punya buat menggaet mereka. Aku tau ini salah, tapi karena aku butuh aku tetap melakukannya. Aku deket sama cowok-cowok yang emang punya banyak duit, dari mereka yang anak pejabat, anak ceo, anak dpr, semua dari mereka selalu kasih aku uang, baju, dan makan yang enak. Maaf Mas, aku memang se-matre itu. Saat lulus, targetku udah makin tinggi."
"Tapi Mas, dari mereka semua, mantanku cuma dua. Salah satunya tadi Mas Raffan, aku sama dia satu tahun, kita putus karena orang tuanya tidak merestui hubungan kami. Kedua, Mas Cakra, aku sama dia dua tahun, kita udah cocok banget dan mau melanjutkan ke jenjang yang serius, tapi di saat Mas Cakra ingin memperkenalkan aku ke-keluarganya secara bersamaan orang tuanya menjodohkan dia dengan wanita lain. Saat itu aku langsung sadar diri, dan mundur. Tapi, dia selalu menawarkan ke aku untuk jadi simpanannya, sampai sebelum aku balik ke desa, dia masih menawarkan. Tapi aku gak semurah itu."
Keyla tahu, ini keterlaluan, tapi dia harus jujur, entah kenapa dia ingin menceritakan semua masalalu nya.
"Aku juga gak pernah aneh-aneh sama mereka berdua. Meskipun mereka pengen banget, aku selalu bisa nahan mereka. Paling banter aku cuma pelukan, itu pun jarang banget. Aku cuma butuh uang mereka Mas. Gak lebih, ya meskipun saat itu aku udah berharap sama Mas Cakra. Lucu banget emang, berharap kisahku seperti Cinderella. Kalau sampai nanti kita bertemu sama salah satu mantanku, tolong jangan cemburu lagi Mas. Karena aku sama mereka memang udah benar-benar selesai. Kamu juga gak perlu mikir aneh-aneh karena aku juga ngerti batasan setiap pacaran. Kalau aku udah nerima masalalu kamu, seharusnya kamu juga begitu kan Mas? Kita udah janji kemarin untuk mulai semuanya dari nol," jelasnya panjang lebar, menghela nafas lega karena sudah berhasil menceritakan semua cerita masa lalunya.
"Masih suka sama Cakra?" Keyla langsung menoleh ketika ditanya begitu oleh Danu. Dia langsung menggeleng cepat. "Gak! Kamu ini aneh banget Mas pertanyaannya. Udah jelas kalau aku cuma sayang sama kamu!" jawabnya cepat.
"Udah gak marah kan? Aku punya koleksi lingerie baru loh," demi apapun Keyla sedikit malu saat mengatakannya. Tapi gimana lagi, kata Mela, lelaki bakal luluh kalau diajak ngamar!
"Keyla," desis Danu tajam, Keyla cuma cengar-cengir melihatnya.
*****
"Kok udah pulang? Kirain Ibu bakal malam, kan jauh tempatnya," kata Nur, mempersilahkan Keyla dan Danu masuk.
"Iya Bu, gak malam-malam kasihan Dean, takutnya cariin kita," balas Danu duduk di sofa ruang tamu. Jam masih menunjukkan pukul delapan malam.
"Kalian kan bisa jalan-jalan dulu berdua. Dean-nya masih diajak Ayah ke warung. Nemenin beli obat nyamuk. Habis ini paling udah datang," kata Nur, ikut duduk di sofa.
"Mas Danu tuh Bu, khawatir Dean. Padahal ya Dean kalau sama Ibu anteng ya," ucap Keyla, menyindir Danu yang hanya meliriknya sekilas.
"Betul, Dean kalau sama Ibu anteng kok Dan, kamu gak perlu khawatir gitu. Oh kalian juga belum pernah kan liburan berdua? Liburan sana, nanti biar Ibu yang jaga Dean," usul Nur, senyam-senyum.
Keyla mengangguk setuju. "Ide bagus Bu! Ayo Mas, kita perlu liburan. Tapi kayaknya Dean ikut aja gak apa. Kita perlu liburan keluarga."
Belum sempat Danu menjawab, Dean datang di gendong Ayahnya, memanggilnya berulangkali dengan riang.
"Bunda! Yay, udah datang?" teriaknya, turun dari gendongan.
"Anak Bunda, main apa aja sama nenek-kakek?" tanya Keyla, membawa Dean kedalam pangkuannya, mencium kening putranya itu.
"Main banyak Bun, seru!" Jawabnya mengeratkan pelukannya.
"Pinter anak Bunda," Dean mengangguk semangat.
"Tuh mumpung anaknya ada, Dean mau liburan sama Bunda Ayah?" Tanya Nur memancing.
"Liburan? Mau Nek!" jawabnya.
"Minta ke Ayah, coba. Bilang Dean mau liburan Yah."
Dean melirik Danu, berujar pelan. "Ayo Yah, liburan!" pintanya.
"Kalau Dean nurut, pintar, Ayah pasti ajak Dean. Janji dulu sama Ayah jadi anak nurut, oke?"
"Oke!"
Keyla berseru dalam hati, kalau begini Keyla bisa semakin dekat dengan Danu. Kalau dipikir-pikir, dia jadi ingin punya anak lagi.
*******
Maaf banget ya teman-teman, baru bisa update soalnya emang lagi sibuk banget. Terimakasih banyak untuk antusiasnya. Jangan lupa komen ya, aku suka banget.
Aku juga kepikiran buat POV Danu, pemikiran Danu tentang Keyla. Pada mau gak ya? Nanti bakal ada di karyakarsa dengan harga murah dua ribu.
Beribu cinta untuk kalian 💗
KAMU SEDANG MEMBACA
Village and You [on going]
Chick-LitKehidupan di kota memang menyenangkan, Keyla suka sekali. Bertahun-tahun berada disini karena tuntutan pendidikan membuatnya merasa nyaman dan enggan pulang ke desa. Berbagai alasan dia gunakan untuk tetap berada di kota, sampai akhirnya sang Ibu n...