27

20.1K 1K 25
                                    


"Kamu bangunin Dean dulu Mas, biar bisa ikut jama'ah sama kita. Aku mandi dulu," suruh Keyla mengambil daster yang tergeletak di bawah kasur miliknya.

Danu yang sudah rapi dengan sarung dan baju kokohnya pun mengangguk. "Mau saya bantu dulu gak?" katanya iseng, Keyla mendengus tak suka.

"Gak ya, kamu tuh bikin kesel aja, udah sana Mas. Kalau bangunin yang lembut, dicium dulu anaknya," peringat Keyla, takut Danu langsung memanggil Dean dengan suara keras miliknya.

"Cium kamu juga gimana?" Sepertinya memang Danu tidak bisa berhenti menggoda istrinya itu.

"Mas!" Danu terkekeh, keluar kamar sebelum istrinya akan ngambek beneran.

Dia berjalan kearah kamar Dean, membukanya pelan. Sebelum membangunkannya, dia mengelus-elus rambut putra sulungnya itu dengan lembut. Lalu mengecup sekali. "Sayangnya Ayah, bangun udah shubuh," ucapnya lembut, menirukan suara Keyla saat membangunkan Dean.

"Emm, Ayah?" Dean tampak masih mengerjapkan matanya. Berusaha mengenali suara siapa yang membangunkannya kali ini.

"Ya, Bunda lagi mandi, yuk sholat subuh bareng? Dean mau?" Danu masih mengelus-elus rambut putranya. Berbicara selembut mungkin.

"Ya Ayah, Ean Mau! Bareng Bunda sama Ayah?" katanya yang kini sudah bangun, matanya bahkan terlihat tidak mengantuk sama sekali.

"Cium Ayah," suruh Danu merentangkan tangannya. Dean berdiri, langsung masuk kedalam gendongan Danu dan mengecup pipi Ayahnya sekali.

"Pinter banget anak Ayah," puji Danu, membawa anaknya ke kamar mereka.

"Anak Bunda juga!" serunya tidak terima, astaga, anaknya memang sudah se-bucin itu sama Keyla.

"Iya dong anak Ayah Bunda, sarung Dean kemarin di kamar ya? Tapi Ayah lupa, nunggu Bunda dulu ya, masih mandi orangnya," kata Danu membuka pintu kamarnya. Meletakkan Dean di sofa pinggir jendela. Dia bahkan belum membersihkan sprey yang masih tercium aroma kegiatan mereka tadi malam.

Beberapa menit menunggu, sambil Danu mendengarkan cerita Dean saat masuk sekolah Keyla pun keluar kamar mandi, hanya menggunakan handuk kecil yang sialnya tidak bisa menutupi keseluruhan tubuh mulus itu. Danu beristigfar, mengalihkan pandanganya. Takut khilaf saat ada Dean disampingnya.

"Loh udah bangun anak Bunda?" Tanya Keyla, sambil mengambil daster di lemari.

"Udah Bunda! Ayo Bunda, kita subuh!" kata Dean menjawab, membuat Keyla tersenyum senang. Anaknya itu memang pintar sekali.

"Bentar ya, Bunda ganti baju dulu," balas Keyla, lalu tersadar kalau Danu dari tadi mengalihkan pandangannya. Sungguh, dia ingin jail melihat itu, tapi masih ingat kalau disini ada Dean. Jadi dia urungkan, tersenyum simpul, lalu masuk kembali ke kamar mandi.

Tidak lama, ketiganya pun melakukan jama'ah sholat subuh di rumah, sangat khusyuk sekali pagi ini. Dean juga bukan tipe anak nakal yang suka berjalan-jalan ketika melakukan ibadah begini. Dia seolah paham, mendengarkan setiap bacaan sang Ayah dan menirukan gerakannya dengan benar, meskipun kadang masih bingung.

Setelah melaksanakan ibadah, Keyla langsung mencium tangan Danu, begitupun Dean yang meniru Keyla.

"Udah Bunda?" tanyanya lugu, Keyla tersenyum. "Udah sayang, doa dulu ya?"

"Iya Bunda!" Serunya, kembali diam, mengikuti bacaan sang Ayah yang dia belum mengerti sama sekali. Lalu setelah beberapa saat berdzikir, ketiganya pun mengangkat tangan, berdoa dalam hati masing-masing.

******

"Mas, kamu beneran mau ambil pabrik di Banyuwangi itu?" tanya Keyla, saat keduanya bersantai di depan televisi. Danu memang sering pulang sekarang, katanya, anak buahnya banyak dan sudah terbiasa mengatur. Jadi dia lebih santai.

"Kita udah bicara kan? Saya gak mungkin ingkar janji. Tadi pagi saya sudah telepon Ayah. Beliau terlihat senang, Ibu juga gak sabar katanya nunggu kita pindahan," balas Danu, menikmati acara televisi yang sedang tayang.

"Alhamdulillah, mumpung Dean masih kecil jadi gampang pindah sekolahnya. Nanti kalau anaknya pulang coba aku bilangin. Menurut kamu kapan pindahan Mas?"

"Saya terserah kamu, masalah kandang udah saya kasih ke Fadli nanti dia yang mantau," balasnya santai, menatap Keyla yang sudah bersender di bahunya.

"Aku juga, biar nanti coba aku tanya Dean dulu. Kalau bisa secepatnya juga gak apa, nanti kita tinggal sama Ayah Ibu?"

"Gak, saya di Banyuwangi punya rumah, sudah beli lagi. Sebenarnya itu saya kontrakan tapi kemarin orangnya sudah saya hubungi, kebetulan waktunya pas. Kontrakannya udah selesai, jadi kita bisa huni rumah itu," katanya melingkarkan tangannya di pinggang Keyla. Merapatkan duduk mereka.

"Oh, iya kamu dulu punya rumah dong sama mantan kamu? Dimana rumahnya sekarang?" tanya Keyla sinis, jujur dia cemburu sebenarnya tapi dia juga penasaran.

"Sudah saya kasih ke dia, kata Ibu rumah itu sudah terjual dan di huni orang baru. Saya sudah tidak perduli, dia juga sudah pindah keluar kota. Jadi kamu gak perlu sinis begitu," balas Danu terkekeh, membuat Keyla mendengus.

Tidak tau saja suaminya itu, dia sudah mengetahui fakta tersebut sebenarnya. Dari Bu Jamilah tentu saja, kalau mantan istri Danu masih berkeliaran disana tentu Keyla akan menolak mentah-mentah untuk tinggal di Banyuwangi. Berhubung, mantan istrinya Danu itu sudah keluar dari Banyuwangi dan memang bukan asli orang situ, membuat Keyla lega. Dia tidak perlu cemas, kemungkinan-kemungkinan seperti itu memang harus diperhitungkan.

"Huh, kamu dulu juga semesra ini ya? Pegang-pegang gini? Cium-cium? Dah sana ah Mas! Aku ngambek sama kamu!" Katanya tiba-tiba berubah sebal. Jujur membayangkan itu hatinya tiba-tiba panas sendiri. Keyla memang suka cari gara-gara sendiri.

"Kok jadi saya yang disalahin, namanya suami istri ya pernah sayang. Tapi gak pernah semesra sama kamu, jujur," katanya menarik Keyla lagi.

"Jangan cemberut gitu dong? Kok kamu jadi cemburuan banget sekarang? Itu masa lalu saya Keyla. Sekarang masa depan saya ya kamu. Jadi gak usah mikir aneh-aneh," kata Danu, mencium puncak kepala Keyla, mengelus-elus rambutnya dengan lembut.

"Ya udah, makanya kamu jangan ingetin aku sama mantan kamu itu! Aku gak suka ya Mas! Sekarang aku ngambek, pengen makan mie ayam!" seru Keyla judes. Danu menghela nafas panjang. "Oh ternyata memang ada maunya ya? Ya udah ayo, cuacanya agak panas ini mau naik apa?"

"Mobil, sama sekalian nanti jemput Dean. Aku juga mau belanja bulanan nanti anterin juga oke?"

Danu hanya manggut-manggut pasrah. "Ya sudah, ganti baju dulu sana, yang sopan bajunya. Tertutup, paham?"

"Iya bapak-bapak bawel!"

******

Cie ada yang udah mesra nih ya!

Oh iya, aku ada POV Danu di karyakarsa seharga dua ribu. Isinya buanyakkk. Yang mau tau isi hatinya Danu bisa langsung meluncur di karyakarsa ya teman-teman.

Kalau gak ya gak apa kok, di karyakarsa tentu pov-nya sangat asgnkmggbmkffjl begitu. Coba langsung di lihat-lihat aja. Cuma dua ribu loh.

Bisa cari @xyxrtn
Atau bisa langsung klik link di bio aku ya!

Terimakasih 💗

Village and You [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang