14

21.8K 1.1K 11
                                    


"Udah mau dua Minggu tapi kalian belum tidur bareng? Yang bener aja Key!" Teriak Mela di telepon, membuat Keyla mendengus.

"Gak usah bacot, kalau lo mau bahas itu mending gue bersih-bersih rumah. Anak gue habis ini udah mau pulang sekolah," balas Keyla sebal.

"Sejak kapan lo jadi demen bersih-bersih rumah? Pakai bawa-bawa anak lagi, yakin lo sayang sama anak sambung?"

"Heh bitch! Dean itu anak gue. Gak ada kata anak sambung! Gue bener-bener udah sayang banget sama anak itu, gila aja lo anggap gue pura-pura?"

Mela terdengar tertawa di seberang sana. "Bapaknya disayang juga gak? Di sayang kok gak di kasih jatah? Gimana nih?"

"Bangsat banget lo Mel, gue sebenernya juga pengen. Tapi gengsi, lo tau sendiri gengsi gue setinggi apa. Apalagi Mas Danu tuh kayak gak mau sama gue, padahal gue juga sering banget pakai baju tipis kalau di rumah. Dia cuma geleng-geleng aja, sambil bilang istighfar. Gedeg gak lo?"

"Anjing! Ngakak banget gue! Kasih belaian makanya Key, lo kalau gini terus siapa yang mau mulai? Lo mau hubungan kalian sebatas itu doang? Gak kan? Lo pasti mau pernikahan normal, gue yakin. Udah lah, buang jauh-jauh gengsi lo. Hari ini ke salon sana, ajakin anak lo sekalian. Malamnya pakai lingerie yang seksi, goda duluan, gue jamin luluh tuh tembok,"

Keyla berpikir, kalau di dengar saran Mela memang ada benarnya juga. Ya kali dia mau hubungannya dengan Danu gak berjalan? Semenjak malam yang cukup menegangkan itu, sikap Danu memang sudah lumayan lunak, gak sering ngomong pedas atau apalah, meskipun masih tetap irit bicara.

"Ide lo oke juga? Ya udah gue jemput Dean dulu deh, terimakasih sahabat,"

"Semoga berhasil, gak sabar gue lihat ponakan dari lo," Keyla geleng-geleng kepala, tapi mengaminkan dalam hati.

*******

"Loh Mbak Key? Kok ke kandang sendiri? Cari Pak Danu ya?" tanya Edo, anak buah dari Danu.

"Iya, Mas Danu-nya ada gak ya?" tanya Keyla, melepas kacamata hitamnya.

"Di belakang tadi, bentar saya panggil dulu," Keyla mengangguk saja, menunggu di bawah pohon yang tampak sejuk.

Beberapa menit kemudian Danu tampak datang, melangkah lebar kearah dirinya.

"Kenapa?" Ucapnya to the point.

"Aku ijin jalan-jalan, sama Dean. Pakai mobilmu ya?" jawabnya langsung.

"Gak, pulang sana. Lihat, anak buah saya penasaran sama kamu, astaga Key, sudah saya bilang berapa kali, kalau keluar pakai baju yang sopan," kata Danu tegas, berpindah ke depan Keyla untuk menghalau pemandangan yang bisa dilihat para anak buahnya.

"Ini udah sopan, udah lebih dari selutut, lengangnya juga agak panjang. Ayo Mas, kasih ijin aku sama Dean jalan-jalan," bujuknya lagi, menarik dress-nya agar terlihat lebih panjang.

"Pulang, ganti baju yang sopan kirim ke saya. Baru saya kasih ijin," Keyla tersenyum puas, ganti baju tuh gampang, yang pentingkan bisa keluar untuk ke salon pikirannya.

"Terimakasih Mas! Oh iya btw kartunya limit berapa?" tanya Keyla pura-pura tidak tau, padahal jelas kartu yang diberikan oleh Danu memiliki limit sampai seratus juta perhari.

"Lihat aja sendiri, udah pulang sana. Lain kali telepon saya dulu, belum saya ijinkan pakai mobil udah dipakai kesini," sindir Danu, melihat mobil miliknya terparkir di depan halaman kandang.

"Harta suami harta istri, yaudah aku pulang ganti baju dulu. Salim," balas Keyla cengar-cengir, menyodorkan tangan.

Handaru tampak mendengus pelan, tak urung memberikan tangannya untuk di cium Keyla.

*****

"Enak banget Pak Danu, dapat istri muda cantik lagi kayak Mbak Keyla," ucap Arya.

"Iya! Mana mau pas aku nak ngarep, tak tanyain dijawab ualus tenan, uayu rek! Kinclong koyok bidadari," sahut Edo ikut nimbrung.

"Aku bayangno dadi bojone kok," sahut Farhan, menatap kearah atap kandang sambil mesam-mesem. Sampai suara bug membuatnya beraduh pelan, melirik kearah pelempar yang ternyata Danu sendiri.

"Berani sekali kalian bayangin istri saya?!" ucap Danu murka, menatap para anak buahnya yang tampak menunduk takut.

"Maaf Pak, kami gak bayangin kok, cuma memuji Mbak Keyla," jelas Edo hati-hati, takut menyinggung perasaan Danu.

"Panggil Bu! Keyla itu Bos kalian juga, kalau kalian panggil saya Pak panggil dia Bu, paham? Kalau ada lagi yang bayangin Keyla kalian langsung berurusan dengan saya. Lagian kenapa sih pada gosip? Kalian itu laki-laki, tugasnya bekerja, bukan bergosip!" semua tampak terdiam, takut menjawab.

"Ya sudah balik kerja, saya gak mau lihat kalian gosip lagi," peringat Danu membuat keempat dari mereka langsung buyar, berhamburan ke pekerjaannya masing-masing.

Danu memijat pelipisnya, kembali duduk di belakang sambil mengolah pakan yang sudah dia campur di mesin. Kenapa juga dia bisa semarah itu saat Keyla di omongkan oleh lelaki lain? Padahal dari dulu bukannya Keyla memang bunga desa yang selalu dibicarakan? Sial, emosinya benar-benar tidak stabil akhir-akhir ini.

******

"Dean tunggu Bunda disini ya, sambil makan es krim. Bunda disitu, Dean lihat kan?" Ucap Keyla memberikan eskrim yang baru saja dia beli tadi.

Rencananya dia akan spa sambil memotong sedikit rambutnya, mewarnainya juga. Dia butuh hal-hal yang baru.

"Baik Bun, Ean tunggu sini," balasnya nurut, Keyla tersenyum senang. Untung saja salon yang dia pilih mengijinkan membawa anak-anak masuk kedalam. Kalau tidak mana mungkin Keyla mau spa? Dean adalah prioritas utamanya.

Beberapa jam melakukan berbagai perawatan di salon akhirnya Keyla selesai juga, tubuhnya benar-benar berasa sangat fresh. Dia lalu langsung menuju Dean yang tampak sibuk sendiri menggambar, memang tadi sebelum ke salon Dean meminta eskrim dan buku gambar, jadi Keyla menurutinya saja. Anaknya itu tampak tidak rewel dan nurut sekali.

"Bunda? Tambah antik!" pujinya, meletakkan pensil.

"Uh iya dong, bundanya siapa ini?"

"Bundanya Ean!" Serunya, mengangkat kedua tangan, pingin di gendong.

Keyla tersenyum, mengangkat Dean kedalam gendongannya sambil mengecupi pipi gembul anak itu.

"Terimakasih udah mau nemenin Bunda, karena Dean udah jadi anak baik dan penurut, Bunda bakal kasih satu hadiah buat Dean, bisa pilih apapun di mall ini. Tapi cuma satu, gimana?"

Dean langsung berseru riang. "Yay! Hadiah! Ean mau mobil kecil Bunda!"

"Baik, mari kita cari hadiah buat anak Bunda yang paling ganteng."








Village and You [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang