17

23.9K 993 5
                                    


"Bunda mana Yah?" tanya Dean cemberut, dari tadi shubuh dirinya benar-benar tidak melihat Bundanya itu.

"Bunda lagi capek sayang, kenapa?" Danu berusaha sabar, memakaikan baju seragam sekolah Dean.

"Kok Ayah gak bilang? Mana, Ean mau lihat Bunda Yah!" Serunya khawatir, melepaskan seragam yang mau dia pakai.

"Dean, nurut sama Ayah dulu, pakai seragam sekolah baru ketemu Bunda, paham?" Ucap Danu tegas, membuat mata Dean berkaca-kaca.

"Ean gak mau sekolah! Ean mau sama Bunda, huaaa," Dean teriak, menangis dan ingin berlari kearah tangga menuju kamar Danu dan Keyla.

"Dean! Ayah gak pernah ajarin kamu cengeng kayak gitu! Heh, jangan lari!" Danu panik, ikut berlari gesit menangkap tubuh mungil Dean dan segera menggendongnya.

"Bunda!" Teriaknya, menangis sesenggukan.

"Bunda malah tambah capek lihat kamu kayak gini Dean! Kamu ini udah besar, kenapa masih kayak bayi? Udah Ayah bilang, pakai seragam dulu, baru Ayah antar ke Bunda. Paham?" Ucap Danu berusaha pelan, mendudukkan Dean di sofa ruang tamu dan memakaikan seragam lagi.

Dean tampak menurut, tangisnya juga sudah reda. Memang benar ternyata, kata Keyla kalau Dean gak nurut dia harus menjelaskan dengan pelan dan sabar, gak malah marah-marah. Anak seusia itu hatinya masih sangat lembut sekali.

"Sekarang pakai kaos kaki dan sepatu baru ke kamar Bunda, ayo sini kakinya kasih ke Ayah," Danu menunduk, mengambil kaos kaki mungil milik Dean dan memakaikannya.

"Udah? Ean mau ketemu Bunda!" Danu tersenyum lembut, menghapus sisa-sisa air mata di mata Dean.

"Gak boleh berisik ya? Bundanya lagi capek, kalau Bunda mau tidur ya udah biarin, Dean kan juga harus sekolah," peringat Danu, mengangkat Dean kedalam gendongannya. Dean juga tampak mengangguk dalam pelukannya.

Danu membuka pelan pintu kamarnya, melihat Keyla yang masih tampak meringkuk didalam selimut.

"Tuh lihat, Bunda masih tidur, Dean mau ganggu Bunda? Gak kasihan?" Tanya Danu menatap putranya.

"Ean gak mau sekolah Ayah! Ean mau temenin Bunda!" Tangisnya pecah lagi, dia gak tau harus bagaimana sampai Keyla terbangun sendiri.

"Loh Mas? Dean? Kenapa?" Keyla terduduk, mengamati anaknya yang menangis sesenggukan.

"Bunda!!!" Dean berseru merentangkan dua tangannya, ingin di peluk oleh Keyla.

"Sini Mas, Dean butuh aku," kata Keyla membuat Danu akhirnya mengangguk memberikan Dean ke pangkuan Keyla.

"Kenapa anak ganteng? Kok nangis?" Tanya Keyla, menghapus sisa-sisa air mata Dean dengan sayang.

"Ean khawatir sama Bunda, gak dibolehin Ayah kesini, malah disuruh sekolah," adunya, mendusel leher Keyla.

"Uh anak Bunda, sayang banget ya sama Bunda? Tapi Ean gak boleh loh marah-marah sama Ayah, dari pagi tadi yang urusin Dean siapa kalau bukan Ayah? Maksud Ayah itu baik sebenarnya, biar Dean gak telat masuk sekolah, nanti kalau telat kan malu sama temannya?" Jelas Keyla sambil mengelus-elus rambut putranya, mengecupi puncak kepala Dean.

"Iya Bunda? Tapi Ean khawatir sama Bunda!" Ucapnya, memeluk erat Keyla. Danu hanya geleng-geleng kepala melihatnya.

"Bunda tau, tapi lain kali gak boleh gitu ya? Bicaranya yang pelan kalau sama Ayah dan Bunda. Gak boleh bantah, ya sayang? Sekarang minta maaf dulu sama Ayah terus berangkat sekolah ya? Nanti habis sekolah main sama Bunda, oke? Anak ganteng gak boleh nangis dong," ucap Keyla mengecup kembali wajah Dean dengan gemas.

"Iya Bunda! Maafin Ean ya Ayah?" Danu berdehem, mengambil kembali Dean kedalam pelukannya. Lalu berbisik pelan ke arah Keyla. "Pinter banget istriku? Gak pengen buat adik buat Dean?" Serunya mengedipkan mata, membuat Keyla mendengus.

"Salim dulu sama Bunda," suruh Danu mendekatkan Dean kearah Keyla. Keyla langsung menyodorkan tangannya, yang langsung dicium Dean.

"Yang pintar ya anak Bunda," Dean mengangguk semangat, lalu Danu keluar kamar segera mengantarkan Dean sekolah.

*******

"Serius lo? Gimana? Gue kira kemarin bercanda ya anjing!" Teriak Mela dari sebrang sana membuat Keyla terkekeh pelan.

"Gak gimana-gimana sih, tapi demi apapun laki gue gentle banget pas lagi di ranjang!" ceritanya, sambil mesam-mesem membayangkan tadi malam.

"Si anjing malah tebar cerita romantis di depan orang yang baru putus! Sialan lo!"

"Gue udah bilang makanya, tobat, cari laki yang serius sama lo Mel, yang sayangnya itu dari hati bukan dari tubuh lo bitch, gue jamin hidup lo bakal enak," nasehatnya, meskipun Mela perempuan nakal, sahabatnya itu benar-benar definisi perempuan baik hati sedunia menurut Keyla. Mela itu emang kelihatannya aja galak, padahal hatinya kayak hello kitty lembut sekali.

"Iya iya, nanti gue cari, terus ya ini lo gimana? Udah better banget dong hubungan lo sama Paksu?" Tanya Mela penasaran.

"Ya gitu, malah tadi pagi dibilangin kayak mau gak bikin adik buat Dean? Lo tau gak sih? Hati gue langsung kek meleleh banget anjing! Duh, salting gue Mel," balasnya, dengan suara riang, karena memang moodnya hari ini benar-benar di puncak.

"Tai banget lo, gimana rasanya enak kan? Duh, si anjing lah gue lagi gak punya pacar lagi."

"Gue takut sih awalnya, lo tau kan gue dianggap murahan sama dia? Ya meskipun mantan gue banyak, gak ada dari mereka yang bisa sentuh gue tuh. Jadi ya gitu, tapi jujur dia tuh perhatian banget tau ga lo? Kayak nyaman kan? Saya gini ya, saya gitu ya, pokoknya ijin dulu, baper gue!"

"Dih? Tiang listrik bisa romantis juga ya? Dah ah lo bikin gue iri sialan," Keyla tertawa mengejek mendengarnya. Keduanya lalu tampak asik mengobrol, bercerita ini itu seperti biasa.

Village and You [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang