Bab 17. MENDAKI PADANG USANG

409 78 2
                                    

Hallo2 ... tak update dulu soalnya masih belum beres kebutannya. T-T

Happy reading! ^^

.

.

.

Nyonya Shao meminta putra sulungnya untuk bicara empat mata dengannya terlebih dahulu sebelum kembali ke kamar masing-masing. Seorang pelayan wanita muda membuka ruang baca milik nyonya rumah, lalu meminggalkan keduanya setelah menyalakan lilin di dalam ruangan itu.

"Hu Jung, ibu tidak akan berbasa-basi, di mana sebenarnya kau menemukan mereka?"

Yang ditanya tidak langsung menjawab. Sejak kecil. Hu Jung selalu suka berada di dalam ruang baca sang ibu yang beraroma mawar lembut. Ia berdiri di sepan salah satu rak, menarik sebuah buku tua dari dalamnya lalu membacanya singkat sebelum mengembalikannya lagi ke tempatnya.

Melepas napas panjang, pria itu menoleh. Ditatapnya sang ibu, lekat. "Mereka berkelahi dengan anak buah Tabib Ma saat kutemukan," terangnya memulai. "Adik mereka sakit demam tinggi dan berada di bukit karena itu mereka memerlukan obat, tapi—" Ia menggantung ucapannya.

"Biar ibu tebak," sambar Nyonya Shao. "Tabib tua itu mematok harga sangat tinggi."

Menganggukkan kepala, Hu Jung duduk di seberang kursi yang ditempati oleh ibunya. "Dia meminta tiga puluh tail perak untuk biaya konsultasi dan obat."

"Rentenir itu." Nyonya Shao menggertakkan gigi. "Lalu kau menangkap mereka?"

Hu Jung menggendikkan bahu. "Mereka merusak properti milik Tabib Ma, tentu saja aku harus menangkap dan mengadili keduanya."

"Lalu bagaimana dengan kondisi adik mereka yang sakit?" tanya Nyonya Shao.

"Kedua adik mereka masih ada di bukit—"

"Shao Hu Jung!" teriakan sang ibu membuat Hu Jung tersentak kaget. Ia tubuh besarnya terlihat menciut di kursi tempatnya duduk. "Apa kau tidak punya hati?" Ia bicara setengah berbisik kali ini, tepat di depan wajah putra sulungnya.

Hu Jung masih membisu. Beberapa kali ia menelan kering. Kemarahan sang ibu selalu berhasil membuatnya takut.

"Bagaimana bisa kau tega meninggalkan anak sakit di bukit? Di alam liar. Apa ibu mengajarkanmu untuk bersikap acuh tak acuh?"

"Bu, mereka sudah mengirim obat dan makanan. Aku yakin keduanya akan baik-baik saja." Hu Jung bicara dalam satu tarika napas. "Mereka tidak akan berkelana tanpa kemampuan bertahan di dunia luar."

Memutar kedua bola matanya, Nyonya Shao melipat tangan di depan dada. "Apa kau tidak merasa simpati saat melihat Mu Dan?" tanyanya. "Dia nyaris diperkosa. Menurutmu apa kakaknya akan diam saja jika kejadian buruk itu benar-benar terjadi terhadap Mu Dan?"

Kepala Hu Jung memutar kembali percakapannya dengan Mu Dan sore tadi. Wanita itu memberinya peringatan kepada Hu Jung untuk tidak gegabah dalam bertindak.

Mendengkus, Hu Jung melipat wajahnya. "Wanita gila itu memang sempat mengancamku."

"Wanita gila?" beo Nyonya Shao penuh penekanan. Tatapan tajamnya berhasil membuat nyali Hu Jung menciut. "Ibu tidak pernah mengajarimu bicara tidak sopan, terlebih terhadap wanita!"

Mengangkat kedua tanganya tinggi, Hu Jung meminta sang ibu untuk kembali duduk di kursinya. Jujur saja, ibunya membuatnya was-was sekaligus takut saat ini. "Ibu, tolong dengarkan aku dulu. Kenapa Ibu malah membela orang asing?" keluhnya.

Nyonya Shao kembali ke tempat duduknya. Berusaha tetap tenang, ia menyesap tehnya pelan.

"Wanita itu mengaku-ngaku sebagai cucu dari Ketua Aliansi Dagang Laohu." Hu Jung terkekeh kecil. "Dia juga mengaku-ngaku sebagai putri dari Jenderal Shu dari Kerajaan Xi."

TAMAT - Our Love Story 18+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang