Bab 12. Merangkul Pinggang

547 89 11
                                    

Dilarang menjiplak, menyalin dan mempublikasikan karya-karya saya tanpa izin penulis.

.

.

.

PO Our Love Story masih dibuka. Diperkirakan ready akhir minggu ini Harga khusus PO 40 rb ya, harga asli 50rb. Yang minat, bisa isi form pemesanan di profile wattpad saya.

Untuk yang mau versi cetak Our Love Story bisa DM di wattpad atau ig ya. Harga 135 rb diluar ongkir dari Bandung. Saya cetak 10 pcs saja, slotsnya sisa 2 saja ya. Yg pesan buku, akan dapet bonus pdf juga, saya kirim dimuka sembari nunggu buku selesai cetak ya. Thank you. ^^

.

.

.

Bab 12. Merangkul Pinggang

.

.

Happy reading!

.

.

.

Wang Shudan memerhatikan ekspresi jenderal kepercayaannya dengan kening ditekuk dalam. Tangan pria itu mengusap surai kuda hitamnya, naik turun. "Apa terjadi sesuatu?"

Arena berkuda tempat mereka berdiri saat ini terlihat lebih ramai dari biasanya. Raja Kerajaan Haocun mengadakan festival berkuda untuk anggota militer kerajaannya. Pemenang akan mendapatkan hadiah besar, baik berupa uang, tanah dan kenaikan pangkat. Setiap batalion akan mengirim tiga penunggang kuda handal untuk bertanding setiap tahunnya.

Yaoshan menyerahkan surat yang baru selesai dibacanya ke tangan putra mahkota. Embusan napas pria itu terdengar berat. Yaoshan menatap langit biru di kejauhan, pikirannya menerawang jauh.

"Mu Dan melarikan diri?" Terselip nada tidak percaya dalam suara Shudan saat bicara. Mata tajam pria itu terus membaca seluruh isi surat hingga habis. "Empat orang adikmu pergi dari rumah?" Shudan tidak tahu harus memberikan reaksi seperti apa? Keterkejutannya tidak jauh lebih besar dari rasa takjub.

Ada jeda pendek sebelum Shudan lanjut bicara. Udara panas membuat putra mahkota berkeringat. "Ayahmu berpikir Mu Dan akan mencarimu ke sini."

Yaoshan menganggukkan kepala. "Aku tidak yakin jika Mu dan akan mencariku ke sini." Keduanya berjalan bersisian menuju podium yang sudah dipenuhi oleh tamu undangan. Beberapa gadis bangsawan berbisik, secara sembunyi-sembunyi melirik ke arah kedua pria itu. "Dia pergi bersama Lan Zhi, Zan Xhiao dan Wang Wei. Walau Mu Dan menjadi otak pelarian diri, aku yakin dia akan mendengarkan nasihat Lan Zhi."

"Apa kau mau mencari mereka?" Shudan membuka sarung tangan kulitnya lalu diserahkan ke tangan seorang kasim. Sikap diam Yaoshan membuatnya tersenyum. "Sebentar lagi pemilihan pemimpin aliansi bela diri di Kota Hanzou. Bagaimana jika kita menggunakan acara itu sebagai alasan untuk keluar istana?" usulnya. Pandangan Shudan tertuju lurus ke arah depan. Tidak mendapat jawaban, ia pun menoleh, mendapati Yaoshan menatapnya dengan ekspresi tidak terbaca. "Apa?"

"Mereka pasti pergi ke sana." Yaoshan bicara begitu yakin. "Mu Dan mungkin tidak tahu mengenai pertemuan itu. Namun, Wang Wei sangat berambisi ingin menghadirinya sejak kecil. Dewa, kenapa aku bisa melupakan detail kecil itu?" Yaoshan mengusap wajah. "Yang Mulia, hamba akan pergi seorang diri. Sebaiknya Anda tetap di istana—"

"Aku juga ingin keluar istana." Shudan memotong cepat. "Kenapa kau menghalangiku?" desisnya terdengar kesal. Suara tabuhan genderang membuat pembicaraan di sekeliling mereka berhenti seketika. Raja memasuki podium bersama permaisuri dan selir kesayangannya. Pria paruh baya itu terlihat masih tampan walau keriput terlihat dibeberapa bagian wajahnya.

TAMAT - Our Love Story 18+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang