Bab 14. Kenari Berkicau

406 82 2
                                    

Hallo2 ... tak update dulu soalnya masih belum beres kebutannya. T-T

Happy reading! ^^

.

.

.

Saat memasuki Kota Nahui, Wang Wei demam parah hingga membuat panik kedua saudaranya juga Leo. Mereka mencari air sungai untuk mendinginkan tubuh Wang Wei yang semakin panas. Zan Xhiao menunggu di sisi sungai, sementara tubuh Wang Wei direndam di aliran sungai dingin, sementara Lan Zhi dan Leo pergi ke desa setempat untuk mencari obat dan makanan.

Mereka cukup beruntung karena Shen Qiu meminjamkan sejumlah uang. Walau Lan Zhi berjanji akan mengganti uang miliknya, Shen Qiu tidak terlalu ambil pusing. Uang yang dipinjamkannya kepada Lan Zhi tidak akan membuat pria itu jatuh miskin.

Lan Zhi mencari balai pengobatan terdekat untuk membeli obat penurun demam sementara Leo membeli bubur dan minuman yang terbuat dari madu untuk Wang wei.

"Kau harus membawa saudaramu ke sini untuk diperiksa." Seorang pria paruh baya bicara dengan sikap angkuh. Pria itu mengamati penampilan Lan Zhi dari ujung kaki hingga ujung kepala. "Aku tidak bisa memberimu resep obat tanpa memeriksa pasien terlebih dahulu," ucapnya beralasan.

Lan Zhi menoleh, menatap sebuah papan kayu yang diletakkan di atas meja kasir. Biaya pemeriksaan di balai pengobatan ini dipatok dua puluh tail perak, sementara obat-obatannya dipatok mulai dari sepuluh tail perak. Lan Zhi mengembalikan tatapannya ke sang tabib. "Adikku berada di bukit. Aku tidak bisa membawanya ke sini karena kondisinya tidak memungkinkan untuk dipindahkan."

Ada jeda pendek sebelum ia lanjut bicara. "Adikku demam tinggi, yang kuperlukan hanya obat penurun demam. Itu saja. Aku akan membayar obat yang kubeli."

Tabib itu mengangguk-anggukkan kepala. "Beri aku tiga puluh tail perak terlebih dahulu. Kau harus membayar biaya konsultasi kepadaku!" Telapak tangan kanannya bergerak-gerak di atas meja kasir. Tabib itu memasang senyum licik.

"Obatnya apa sudah kau beli?" Leo masuk ke dalam balai pengobatan dengan kening dipenuhi keringat. Udara di luar sangat panas. Ia mengelap keringat di keningnya dengan ujung kain tangan lalu berdiri tepat di samping kiri yang lebih tua.

Pandangan tabib licik itu beralih ke Leo. "Kakakmu ini tidak mau membayar tiga puluh tail untuk biaya konsultasi dan obat."

"Tiga puluh tail?" beo Leo. Jumlah uang itu cukup banyak. Para tabib biasanya hanya mematok lima tail untuk pemeriksaan dan harga obat tergantung dari kelangkaannya. "Apa kau berusaha merampok kami?" Leo menggertakkan gigi. Kedua tangannya penuh oleh bungkusan makanan.

Menegakkan punggung, tabib paruh baya itu menunjuk Leo, marah. "Berani sekali kau memfitnahku!" teriaknya membuat pandangan semua orang di dalam ruangan itu tertuju kepadanya. "Jangan datang ke balai pengobatanku jika kalian miskin!" Ia masih berteriak lalu memaki Lan Zhi dan Leo terus menerus. "Pergi, dasar pecundang!"

Lan Zhi berusaha untuk tetap bersabar. Seharusnya tadi ia segera membayar agar tidak menimbulkan keributan seperti ini. "Aku akan membayarnya."

"Aku tidak mau menerima uangmu!" Tabib itu balas berteriak. Dia keluar dari balik meja kasir, berkacak pinggang lalu memerintahkan dua orang pelayan untuk mengusir Lan Zhi dan Leo dari balai pengobatannya. "Pengemis sialan! Jangan menginjakkan kaki ke tempatku lagi!"

Leo menggertakkan gigi. Ia berdiri di hadapan Lan Zhi dan ikut balas berteriak. "Dasar tabib sialan! Hidupmu akan menderita di tujuh kehidupan. Puih ... hatimu sejelek wajahmu!"

Lan Zhi segera maju, menjadi tameng Leo ketika serangan datang kepada mereka dengan cepat. Empat orang pria menyerang keduanya secara membabi-buta. Tabib licik itu berdiri di depan teras dengan ekspresi puas, senyum liciknya terkembang saat memerintahkan lebih banyak orang untuk menyerang Lan Zhi dan Leo.

TAMAT - Our Love Story 18+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang