Bab 16. WAKTU MERAMBAT LAMBAT

399 71 0
                                    

Hallo2 ... tak update dulu soalnya masih belum beres kebutannya. T-T

Happy reading! ^^

.

.

.


Kondisi Lan Zhi masih belum sadar sepenuhnya saat Mu Dan dibawa ke dalam penjara. Mereka ditempatkan di sel berbeda, tapi berdampingan.

Udara dingin masuk lewat celah-celah jendela sempit. Leo bergelung, luka akibat pukulan tongkat di punggungnya membuat wanita itu demam tinggi. Memeluk dirinya sendiri, Leo bergelung di dalam jemari, tubuhnya mengigil hebat, gigi pria itu gemeretuk.

Malam sudah sangat larut saat Lan Zhi tersadar sepenuhnya. Pria itu merasa pusing dan mual. Memejamkan mata lekat, Lan Zhi menoleh, berusaha mencari sumber erangan kesakitan yang berasal dari sel di sampingnya. Seketika rasa kantuk pria itu menghilang mendapati Mu Dan mengigil di antara jerami. "Mu Dan?" Lan Zhi berteriak, panik. Kedua tangan pria itu menggenggam kayu sel yang memisahkan sel mereka.

"Mu Dan?" Lagi, ia berteriak. "Tolong!" Mengabaikan egonya, Lan Zhi berteriak untuk meminta tolong. Kedatangan seorang penjaga berekspresi masam membut Lan Zhi berdiri dan berkata, "Tolong adikku! Sepertinya dia demam." Lan Zhi semakin panik. Suara raungan kesakitan Mu Dan membuatnya gelisah. "Setidaknya tolong masukkan aku ke sel yang sama—"

"Kau banyak bicara!" Prajurit itu meludah ke sembarang arah. "Dengan berat hati, ia membuka pintu sel Lan Zhi lalu menggiring pria itu untuk masuk ke dalam sel Leo yang juga sudah dibuka sebelumnya. "Jangan berisik atau aku tidak akan memberi kalian makan!"

"Tolong beri adikku minum. Dia demam tinggi." Lan Zhi meratap. Dia tidak akan segan berlutut atau bersujud demi keselamatan adiknya. "Tolong!" pintanya lagi. Namun, permohonannya tidak digubris.

Memeluk tubuh Mu Dan yang menggigil hebat, Lan Zhi terus berteriak meminta tolong. Keributan yang dilakukan pria itu membuat beberapa prajurit yang berjaga menjadi geram. Mereka masuk ke dalam penjara, memukuli Lan Zhi yang menggunakan tubuhnya untuk melindungi Mu Dan.

"Sekali lagi kau ribut, aku tidak akan segan-segan memotong lidahmu!" ucap seorang prajurit, mengancam.

Lan Zhi tidak peduli. Tangannya yang terluka masih memeluk dan melindungi Mu Dan. "Tolong adikku. Aku akan membayar kalian untuk itu." Ada jeda pendek sebelum ia lanjut bicara. "Aku benar-benar akan membayar kalian. Tolong beri adikku minum dan obat pereda demam."

Kekehan ketiga prajurit itu membuat Lan Zhi tidak nyaman. Namun, untuk saat ini dia tidak memiliki pilihan lain. Lan Zhi memberontak saat tubuhnya diperiksa untuk diambil uangnya.

"Kau akan membayar kami dengan apa?" desis seorang prajurit. Pandangannya lalu tertuju kepada Mu Dan. "Adikmu perempuan?" tanyanya. Ada kilat aneh di kedua mata pria itu saat bicara.

Lan Zhi menggelengkan kepala. "Adikku laki-laki," ucapnya, cepat. Dia tidak akan segan membunuh ketiga prajurit ini jika mereka berani menyentuh adiknya. Jika dalam kondisi normal, bukan hal sulit bagi Lan Zhi untuk melawan ketiganya, tapi saat ini dia masih berada dalam pengaruh rumput hitam. Lan Zhi tidak bisa bergerak seperti biasa.

Tubuh Lan Zhi terjengkang ke belakang setelah wajahnya ditendang sangat kuat oleh seorang prajurit sementara prajurit lain menggusur tubuh Mu Dan keluar dari sel dan membawanya ke sel lain. Tawa jahat menggema di dalam ruangan itu. Lan Zhi berteriak, mengumpat, tangannya terus memukul sel kayu tempatnya di tahan.

"Jauhkan tangan sialan kalian dari adikku!" Lan Zhi berteriak dari dalam paru-parunya. Pria itu terus berteriak tanpa henti hingga menimbulkan keributan yang terdengar sampai keluar penjara.

Mendengar keributan dari dalam penjara, Hu Jung yang tidak sengaja melintas untuk pulang pun berbelok, melangkahkan kaki dengan cepat, masuk ke dalam penjara. Ia merasa heran karena tidak ada penjaga yang berjaga di depan pintu masuk penjara.

"Bajingan, berani sekali kalian melakukan ini di wilayahku!" Hu Jung menendang prajurit pertama yang terlihat tengah melucuti pakaian Mu Dan. Ia lalu memukul dan menendang prajurit kedua dan ketiga hingga tersungkur. "Bajingan sialan!"

"Tuan, dia menyerahkan adiknya kepada kami agar dibebaskan." Prajurit pertama bicara dalam satu tarikan napas. Yang ada di dalam pikirannya saat ini hanya cara untuk menyelamatkan diri. "Wanita ini pun bersedia melayani kami—" Mulutnya masih belum selesai bicara saat Hu Jung menedang wajahnya begitu keras. Ia membuka jubahnya, berlutut lalu membungkus tubuh Mu Dan sebelum mengangkatnya ke dalam gendongan.

"Aku akan memberi kalian perhitungan besok!" ucap Hu Jung. Ia meminta prajurit lain untuk mengunci sel dan membebaskan Lan Zhi dari penjara. "Ikut aku!" ucapnya kepada Lan Zhi. Keduanya meninggalkan pengadilan kota dalam diam menuju kediaman Lan Zhi.

.

.

.

Mengabaikan kebiasaannya, Hu Jung membawa kedua tersangka ke kediamannya. Mu Dan berada di dalam gendongan Lan Zhi saat mereka tiba. Nyonya rumah yang masih terjaga menyambut kedatangan putra sulungnya dengan ekspresi terkejut. Tidak biasanya Hu Jung membawa tamu ke kediaman mereka selarut ini.

"Bu, anak wanita itu terluka dan demam tinggi." Hu Jung membuka sarung tangan kulit dan topi militernya. "Kakaknya terluka karena anak buah sialanku." Terselip nada marah sekaligus jijik dalam suara Hu Jung saat bicara. "Apa mereka bisa menggunakan kamar tamu?"

Nyonya Shao mengganggukkan kepala. Ia memanggil beberapa orang pelayannya untuk membantu Lan Zhi membawa Mu Dan ke salah satu kamar tamu. Nyonya Shao berdiri di hadapan Lan Zhi yang terlihat cemas. "Kau pun terluka. Pelayanku akan menyiapkan air untukmu mandi serta salep untuk luka-lukamu itu. Apa kau sudah makan?"

Lan Zhi merasa tenggorokannya tercekat. Ia menggelengkan kepala lalu mengucapkan terima kasih karena sang nyonya bersedia menolong dirinya dan Mu Dan.

"Putraku membawa kalian ke sini, jadi keselamatan dan kesehatan kalian menjadi tanggung jawabku juga," ujar Nyonya Shao. "Jangan cemas, kami akan merawat adikmu. Jika kau ingin menjaganya, kusarankan agar kau membersihkan diri terlebih dahulu. Kau bisa menggunakan pakaian milik putraku. Aku akan meminta pelayan untuk membawakannya untukmu."

Nyonya Shao tersenyum. "Jangan terus mengucapkan terima kasih. Cepat bersihkan diri, aku akan meminta pelayan memanaskan makanan."

Saat tiba di kamar tamu, tubuh Lan Zhi rubuh. Ia mengusap air mata yang menganak sungai. Jika bukan karena bantuan Hu Jung, ia tidak tahu bagaimana nasib adiknya sata ini. Menarik napas dalam, Lan Zhi mengelap air matanya dan berdiri untuk membuka pintu. Ada sekitar tiga orang pelayan pria berdiri di sana. Satu membawa pakaian ganti, satu membawa salep sementara sisanya meminta Lan Zhi untuk mengikutinya.

"Hamba sudah menyiapkan air hangat untuk Anda mandi."

Tanpa kata, Lan Zhi mengikuti pria itu keluar dari kamar. Tempat mandi yang dimaksud berada di belakang paviliun, cukup besar dan sangat terang oleh cahaya obor.

Lan Zhi mandi dengan cepat, mengeringkan tubuh lalu berganti pakaian. Penampilannya sudah sangat rapi dan terlihat seperti seorang tuan muda. Ia membungkuk dalam saat bertemu dengan Nyonya Shao yang menunggu di depan pintu kamar Mu Dan.

"Adikmu sedang diobati luka-lukanya," terang Nyonya Shao. "Luka di punggungnya sangat parah karena itu dia mengalami demam tinggi."

Hu Jung yang baru saja bergabung tidak bisa melepaskan pandangannya dari Lan Zhi. Sepertinya ucapan wanita aneh itu bukan hanya sekedar omong kosong. Lan Zhi mengeluarkan aura bangsawan, begitu jelas hingga Hu Jung merasa terkejut. "Ayo makan bersama," ucap Hu Jung setelah terdiam beberapa saat. Pandangannya bersirobok dengan sang ibu. "Sebaiknya Ibu tidur, aku akan meminta pelayan untuk merawatnya."

Nyonya Shao menggelengkan kepala. "Ibu akan tidur setelah memastikan kalian berdua makan. Ayo, ibu temani kalian makan." Ia menoleh, menatap pintu kamar Mu Dan yang tertutup. "Pelayan masih belum selesai mengobati luka-luka Nona Mu Dan. Mereka pasti akan segera melapor jika sudah selesai."

"Maaf merepotkan Anda, Nyonya!" Suara Lan Zhi sedikit bergetar. Tenggorokannya tercekat. Ia tidak bisa makan banyak karena mengkhawatirkan kondisi Mu Dan juka kedua adik laki-lakinya yang lain.

.

.

.

TBC

TAMAT - Our Love Story 18+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang