Bab 05. Di Bawah Tetesan Hujan Part. 2

1.8K 351 29
                                    

Dilarang menjiplak, menyalin dan mempublikasikan karya-karya saya tanpa izin penulis.

.

.

.

Selamat siang,PDF Forget Me Not ready akhir minggu ini ya. Diusahakan lebih cepat. Yang masih mau ikut PO bisa DM saya.PO Our Love Story sudah dibuka, sd tanggal 12 Agustus 2023. Diperkirakan ready sekitar tgl 16 Agustus 2023. Harga khusus PO 40 rb ya, harga asli 50rb. Yang minat, bisa isi form pemesanan di profile wattpad saya. 

Untuk yang mau versi cetak Our Love Story bisa DM di wattpad atau ig ya. Harga 135 rb diluar ongkir dari Bandung. Saya cetak 10 pcs saja. Yg pesan buku, akan dapet bonus pdf juga, saya kirim dimuka sembari nunggu buku selesai cetak ya. Thank you. ^^

.

.

.

Bab 05. Di Bawah Tetesan Hujan Part. 2

.

.

.

Happy reading!

.

.

.

Dalam keheningan yang mencekam, Zan terdiam. Tubuh yang biasanya bergerak lincah kini seolah terpaku. Di hadapannya, di bawah rinai hujan, sang adik yang terkenal lemah kini tengah bertarung. Ya, Mu Dan tengah bertarung. Seganas singa lapar, selincah kucing liar.

Sejak kapan adik perempuannya memiliki keterampilan bela diri? Sejak kapan?

Napas Zan tercekat saat sebuah tendangan mendarat keras di perut Mu Dan. Terbebas dari keterkejutannya, Zan segera berlari, menghadang pria bertubuh besar yang hendak melayangkan tendangan lain kepada Mu Dan yang tersungkur di atas tanah berlumpur.

"Berani sekali kau menyakiti adikku!" Zan berteriak sembari menangkis tendangan keras lawan sementara tangan kanannya melayangkan satu pukulan cepat yang berhasil ditangkis mudah oleh lawannya.

Pria bertubuh besar di hadapan mereka jelas bukan tandingan Zan. Dengan mudahnya pria itu melayangkan pukulan demi pukulan ke tubuh dan wajah Zan hingga babak belur.

Di sisi lain, Leo masih belum bisa bergerak. Tendangan sang lawan membuatnya nyaris muntah darah. Berbeda dengan tubuh aslinya, tubuh Mu Dan terlalu lemah untuk menerima serangan sedahsyat itu.

Brengsek, andai saja Leo berada di tubuh aslinya, dia pasti bisa mengandalkan pukulan dan tendangan juga, bukan hanya mengandalkan pedang di tangan.

"Kau juga akan mati di tanganku!" Pria bertubuh besar itu berkata tanpa jeda. Tangan besarnya terus melayangkan pukulan demi pukulan ke tubuh lawan hingga Zan tersungkur. Luka di kening dan sudut mulutnya menjadi saksi kerasnya setiap pukulan yang dia terima.

Zan melindungi wajah dengan kedua tangannya. Tubuh pria itu terpelanting jauh saat sebuah tendangan mengenai perut hingga dia terbatuk hebat memuntahkan darah segar.

Mengerang, Zan menggigit bagian dalam mulutnya untuk enahan rasa sakit. Pikirannya bercabang. Keselamatan adiknya membuat Zan ketakutan.

Dengan gerakan pelan mata Zan berusaha mencari keberadaan Mu Dan yang terlihat berlutut dengan satu kaki. Pedang di tangan wanita itu menancap di atas tanah untuk membantunya menopang tubuh. Saat ini posisi adiknya terlalu dekat dengan musuh. Zan benar-benar kalut.

"Lari!" Itu bukan perintah, tapi sebuah permintaan yang meluncur tulus dari mulut Zan yang nyaris tidak sadarkan diri. Yang lebih tua tahu jika dia tidak bisa melindungi adiknya saat ini, hingga lari adalah jalan terbaik untuk Mu Dan agar selamat.

TAMAT - Our Love Story 18+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang