Chp 1 (Khawatir)

24 7 0
                                    

Daraz berhenti mengejar Lita, ia terengah engah karena kekasihnya itu terus-terusan mengajaknya untuk bermain kejar-kejaran. Daraz melihat Lita yang mulai diam karena melihatnya terengah.

Tak tau apa yang terjadi, Daraz mendadak jatuh dan membiarkan dirinya begitu saja. Lita yang sedang tertawa tadi mendadak langsung merubah ekspresinya. Ia berhenti tersenyum dan mengerutkan keningnya.

Ia berlari menuju Daraz dan berteriak minta tolong. Pikirannya kini berlarian kemana mana, ia takut Daraz akan kenapa napa. "Tolongg!!!" Lita benar benar tak sanggup lagi berteriak, dadanya sakit.

Para siswa yang berada disana dengan segera menghampiri Lita dan Daraz yang sedang terkapar disana. Mereka mengangkat Daraz dengan suka rela menuju ke UKS.

"Makasi ya," Lita berucap. Para siswa dan siswi semua menganguk, kini merek sudah tidak kepo dan kembali melakukan aktivitasnya. Sudah beberapa menit berlalu namun guru kesehatan tak kunjung datang, Lita jadi takut akan keadaan Daraz.

Akhirnya yang ditunggu tunggu tiba, guru kesehatan datang sambil membawa minyak kayu putih dan teh hangat, ia juga melihat Lita yang sejak tadi mengusap dada Daraz yang bidang.

"Permisi, saya akan memeriksa sedikit," Lita mengangguk dan membiarkan guru kesehatan memeriksa keadaan Daraz.

Lita disana tertunduk karena Daraz sudah beberapa hari begini, hanya saja Daraz tak mau berbicara akan kesehatannya, ia selalu bicara jika dirinya baik-baik saja dan sedang tidak sakit.

"Kamu kenapa Raz..," Lita sangat kacau, ia ingin marah dan berteriak, tapi ia tau keadaannya sangat jauh dari yang namanya permukiman kosong. Semuanya adalah bangunan yang ramai, ia semakin takut untuk berteriak.

Ia akhirnya memendam semuanya dan menyimpannya sampai kembali lagi kepada Tuhan. "Daraz kamu kenapa..," Lita kini memejamkan matanya, ia seperti tak punya orang tua, tapi ia bahagia akan hidupnya yang sekarang.

Ia bahagia karena Daraz, ia tak akan sanggup melakukan segalanya tanpa Daraz, namun mengapa Daraz mendadak mudah sakit seperti ini. Ia sekarang semakin takut untuk jauh dari Daraz.

Rasanya seperi ia akan kehilangan Daraz, tapi Lita benar benar tak mau, ia tak suka akan pikirannya yang sekarang ini, dia sangat ingin mengobrak ngabrik apapun yang ada dihadapannya sekarang.

Clik

Lamunannya seketika kacau saat guru kesehatan menjetikkan jarinya, ia melihat Lita yang sudah diam sejak tadi karena keadaan Daraz.

"Halloo, saya ngomong sama kamu loh," Guru kesehatan sepertinya sedikit kesal karena Lita tidak mendengarkannya akibat shock.

"Daraz gapapa, hanya kecapean, lain kali bisa istirahat lebih lama aja ya," ucap guru kesehatan. Lita mengangguk karena memang ia juga salah sehabis mengajak Daraz bermain lari-larian.

"T-terimakasih bu," Lita berterimakasih lalu menghampiri Daraz. Ia melihat wajah Daraz yang masih hangat. Daraz adalah seorang yang tak bisa bicara karena pita suaranya rusak. Ia tak dapat berbicara dengan baik tentang dirinya sendiri. Ini semakin membuat Lita takut dan terlarut larut dalam kesedihan.

REINCARNATION [END] - ThessaloniansTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang