Chp 26 (Takut)

7 3 0
                                    

"Kamu kenapa?" Lita menggunakan bahasa isyarat kepada Daraz. "Aku takut." Daraz berucap sambil bergetar. Lita yang sangat paham benar kekhawatiran Daraz dengan segera mengangguk lalu ia memeluk Daraz lebih erat lagi.

"Aku juga takut Raz, aku takut kalau aku gabisa sama kamu lagi." Lita berucap. Ia sungguh takut juga. Kini mereka memiliki ketakutan yang sama, semuanya kini terasa nyata. Hal yang mungkin terasa seperti mimpi dan karangan tiba tiba terjadi dikehidupan Lita sendiri.

Semua begitu mendadak, ia akan mempersiapkannya. Meski kini keadaan Daraz terasa sulit, belum tentu nanti Lita tidak merasakan sulit ketika Daraz sudah tak bersamanya lagi. Ia pasti merasakan sesuatu yang kebih sulit.

"Kamu tidur ya, besok kita akan mengalami kesulitan dihari esok. Sesulitan hari ini cukup untuk hari ini, kesulitan hari esok akan tercipta untuk esok." Lita membiarkan tangan Daraz terkalung di pinggangnya. Daraz menganguk dan kembali tidur.

Sebenarnya Lita bisa saja tidur dikasur rumah sakit Daraz itu, namun ia akan merasa tak enak dan tak sopan dengan mama. Oleh dari itu ia memilih untuk tidur dibawah saja dengan mama. Lagi pula ia tidak akan selamanya bersama mama juga, maka dari itu Lita tak menyia-nyiakan kesempatan ini.

__ __ __

Suhu ketika semakin pagi malah manjadi sangat dingin. Lita bahkan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Tanpa disadari mama juga begitu, mama menutupi seluruh bagian tubuhnya yang terasa dingin, bahkan sampai dikepalanya.

Lita tersenyum menatap Daraz dan mama yang tidur dengan tenang seperti ini. Ia masih kesal soal pemikiran satu minggu sialan itu. Ia reflek bangun untuk duduk dan menggerutu. "Dokter apaan si." Kekesalan Lita tak dapat ditutupi, ia pasti kesal akan pernyataan dokter. "Mama juga percaya lagi sama dokternya. Tapi gatau ya.." Lita mengusak rambutnya kasar.

Entah kebiasaan dari mana, Lita suka ngomel dan ngomong ngomong sendiri. Bahkan tetangganya sering menganggapnya gila karena kalau berjalan sering sekali ngomong sendiri. Meski begitu ia tetap santai saja sih karena memang ia tidak terlalu memikirkan omongan orang.

Lita mendadak berfikir soal kembang api. Dimanakah itu akan dinyalakan? Masa dinyalakan didepan rumah sakit? Kan bahaya dong sama pasien yang punya serangan jantung atau jantung jantung yang lain. Bahkan itu juga akan membahayakan bayi bayi yang baru dilahirkan disana.

"Dimana ya anjirr." Lita berfikir keras, karena kalau membawa Daraz pergi jauh, ia akan kehilangan infusnya, dan bisa saja keadaan Daraz menjadi lebih buruk lagi. Lita sudah muak untuk memikirkan kembang api. Tapi satu hal yang tidak ia tau, Daraz sudah siap untuk mati. Ia sudah yakin akan semuanya. Karena mengantuk, Lita akhirnya merebahkan dirinya lalu benar benar tidur.

REINCARNATION [END] - ThessaloniansTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang