Chp 22 (Kabar Buruk)

6 3 0
                                    

Mama tersenyum dengan iba, anaknya ini ternyata telah berani jatuh cinta, ia telah berani dalam berkomitmen, semua ini begitu luar biasa bagi mama. Anak yang sejak dulu diam dan tak peduli sekitar tiba tiba menjadi seseorang yang jatuh cinta.

"Mama pasti berikan kepada Lita nanti." Ucapnya pelan. Daraz mengangguk dan ia kini bermain dengan tangannya, ia duduk disana dan memilih untuk menonton televisi. Semua yang ada disana begitu mengingatkannya akan Lita. Lita dan dirinya sering menonton anime, sehingga ini menjadi salah satu memori untuk keduanya.

"Mama nanti kabarin ya kalau Lita uda balik." Mama berucap kepada Daraz yang sekarang menatapnya. "Mama, makasi ya ma." Daraz berterimakasih dengan tangannya. Mama menyentuh tangan Daraz lalu mengangguk.

__ __ __

"Buset, rumah gelap banget kaya goa." Lita menyalakan flash hpnya karena keadaan rumahnya sangat gelap. Wajar saja, lampu jalan saja berasal dari listrik rumahnya, kalau saklar lampu jalan di rumahnya mati, pasti lampu jalannya juga akan gelap.

"Nah gini kan enak." Lita mengusap usap tangannya yang lumayan kotor, ia harus cuci tangan sekarang. "Sabun gueh mana ya." Lita mencari kesana kemari, bagaimana sabunnya bisa hilang dari tempatnya. Cukup mengerikan.

"Ih, ngeri, mendingan aku cepetan deh nyapunya terus balik lagi kerumah sakit." Lita mempercepat gerakan menyapunya, rumahnya seketika menjadi horror ketika ditinggal sebentar. Hitungannya itu baru setengah hari, namun sudah kotor begitu.

Lita merapikan tempat tidurnya, pakaiannya, mandi dan ia juga mengganti bajunya untuk menginap di rumah sakit. Karena sudah cantik, ia pergi ke rumah sakit. Namun saat hendak memesan maxim, Lita mendapat pesan dari mama.

"Sayang kamu cepetan kesini sayang, Daraz sekarat, tiba tiba Daraz sesak nafas." Begitulah isi pesannya. Lita yang membaca pesan itu seketika terkejut. Dadanya terasa sesak dan pikirannya berlarian kemana mana. Apakah Daraz akan pergi sekarang?"

Lita kemudian menyingkirkan segala pikiran buruknya dan berlari ke halte bus didekat rumahnya, ia benar benar kacau sekarang, ia hanya berharap agar ia tidak terlambat. "Tuhan tolong, kita belum sempat nyalain kembang api.." Lita mengeluarkan semua kesedihannya dengan menangis dibus.

Ia masih tak percaya jika ia akan kehilangan Daraz. "Daraz tolong bertahan sebentar.." Tepat setelah Lita berucap, ia mendapat telfon dari mama. Dengan takut dan tangan yang bergetar, ia mengangkat telfonnya.

"Lita sayang.. Daraz, dia uda mendingan.." Mendengar kalimat ini Lita membuang nafasnya dengan terengah engah, ia sedikit merasa tenang karena Tuhan mendengar doanya. "Makasi Tuhan." Lita berucap sambil tersenyum, namun tetap saja. Air mata tak luput diwajahnya.

Lita segera membayar biaya bus kemudian turun dan lari terburu buru, ia keluar dari bus lalu menuju ke ruangan Daraz sekarang. "Mama!" Lita berteriak memeluk mama, mereka kini saling menggenggam tangan dan berdoa.

"Ayo kita ke rooftop rumah sakit dan doa sama sama disana, ini masih ada waktu." Mama mengajak Lita untuk pergi ke rooftop. Lita mengangguk dan kini mereka berlari menuju tangga untuk naik ke rooftop.

REINCARNATION [END] - ThessaloniansTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang