Chp 30 (Kematian Daraz)

8 2 0
                                    

Daraz Pov

Akhirnya, aku bisa menunjukkan keadaanku yang sebenarnya. Keadaan dimana aku sudah lelah dan tidak dapat melakukan apapun lagi. Akhirnya aku dapat melihat raut wajah yang sangat aku benci, yaitu raut wajah sedih. Raut wajah itu mulai terukir di wajah Lita yang begitu cantik.

Dia tak boleh memilikinya. Karena itu milikku, biar aku yang merasakannya, jangan dia. Aku sangat bingung hari ini. Setiap kedipan mata, rasanya aku hampir mati. Aku merasa tubuhku akan mati saat aku sudah mengedipkan mataku lagi. Aku percaya semua yang terjadi adalah pilihan Tuhan. Aku akan mati, dan aku percaya itu.

Daraz Pov End

Lita terus menatapku. Ia ingin mendengar permintaan 'terakhirku'. "Jadi apa? Coba sebutkan. Aku akan mendengarnya." Lita menjawab. "Tolong jangan jatuh cinta dengan siapapun lagi." Daraz bergerak. Lita di sana diam terpaku. Terkesan egois, tapi Lita paham benar perasaan Daraz.

Mereka kini seolah melupakan kehadiran mama dan kembang api. Mereka seperti sedang berbicara empat mata. Lita mengangguk yakin sambil tersenyum. "Iya Raz, pasti!" Lita berucap. Ia kini meneteskan air matanya.

Daraz mengangkat tangannya, ia akan mengusap air mata Lita untuk yang ke terakhir kalinya. "Bernyanyilah." Daraz menepuk pundak Lita dan memintanya menyanyi. Lita menggeleng, ia tidak sanggup untuk bernyanyi. "Kamu pasti bisa! Hapus air matamu, jangan menangis lagi." Daraz berucap kepada Lita dalam gerakkannya.

Persetan soal air mata, Lita tak memghapusnya. Ia kini menyanyi dengan sesegukan. Ia tak bisa bernyanyi dengan indah kalau keadaannya begini. Suaranya saja sudah bindeng dengan ingus.

Through the highs and the lows, we keep together you and me 'till we're old. ~

I'm ready for the highs and lows ~
I'm ready for the highs and lows ~

For the highs and lows ~

Always, always ~

Say it will be you and me 'till the old day ~

We will be always, always ~

Through the highs and lows we'll be always ~

Daraz kini benar benar menikmati nyanyian Lita. Ia sampai lupa akan saatnya mati. Daraz kini mencium pipi mama Di saat saat terakhirnya. Tak lupa akan Lita. Di detik terakhirnya, ia menyandarkan kepalanya di bahu Lita dengan posisi berhadapan. Ia tak bergerak lagi. Nafasnya berhenti berhembus. Lita kini menangis. Begitu pula mama.

"Darazz!!" Teriak Lita. Bahkan mama yang sudah mempersiapkan diri sejak pagi saja masih tak percaya akan apa yang terjadi saat ini. "Daraz!!! Aku janji aku gaakan naruh cintaku ke siapa pun lagi selain kamu!" Lita berjanji akan ucapannya.

Kini ia berhenti menangis, ia lelah untuk menangis. Lagi pula Daraz juga tak akan pernah bangun hanya dengan tangisan. Mama dan Lita bergegas membawa Daraz menuju rumah sakit untuk diletakkan di kamar mayat.

REINCARNATION [END] - ThessaloniansTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang