Bab 1 - Awal Pertemuan Kita

226 41 0
                                    

Halo, balik lagi nih!
Kali ini jumlah katanya lumayan banyak, jadi kalian bisa puas-puasin ngebucin Madd! ( ◜‿◝ )♡

Oya, jangan lupa vote dan komen!

Thank you.

Happy reading!

"OI, ADA MURID BARU!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"OI, ADA MURID BARU!"

Aku sedang men-drible bola, akan mencetak three point dengan gaya paling elegan ketika Anton berseru ke lapangan. Sehingga teman-temanku yang ada di tribun sontak mendekati cowok berisik itu. Sudah jadi kebiasaan bagi geng kami—Pokable alias cipok-able—menjadikan Anton sebagai pusat informasi karena cowok itu paling tidak ada image tenang sama sekali. Informasi tambahan, tonjok aja Geri dan Anton yang udah ngasih nama geng kami seperti itu, benar-benar tidak mencerminkan anak sekolahan sama sekali, 'kan?

"Kalau batang skip dulu," titah Geri sembari meninggalkan perhatiannya padaku menuju tepi lapangan.

"Nggak, anjir. Dia cewek pendek. Warna kulitnya putih. Pake pita di rambutnya. Suaranya kayak cewek-cewek Jepang!"

"Waduh, maksud lo artis bokep?" selidik Hazel tanpa filter, membuat semua teman-temanku tertawa.

Aku tidak menyadari ternyata aku juga mengikuti mereka. Cowok kalau berbicara tentang perempuan selalu jadi obrolan paling seru. Bola yang tadi akan aku lempar juga entah di mana sekarang.

"Berarti dia cantik?"

Anton mengangguk antusias, tidak lama setelahnya dia memasang ekspresi seakan ingin muntah. "Tapi sayang, dia tepos."

Kami semua terbahak. Yap, ukuran dada perempuan entah kenapa selalu jadi bahan lelucon, padahal menurutku itu sama dengan pelecehan. Aku juga refleks tertawa, sembari mengambil botol air mineral di dalam coolbox yang dibawa Anton dari kantin. Cowok itu punya jiwa setia kawan yang tinggi, dia tidak akan pernah menolak ketika kami meminta bantuan.

"Tapi yang bikin gue kesel itu, dia pendiam banget! Kayak nggak mau berinteraksi sama orang lain! Padahal banyak yang nyapa dia tadi di sepanjang koridor!"

"Biasanya kalau pendiam gampang disetel ulang sih," tutur Virza sambil tersenyum miring. "Nanti gue coba mepetin ah, siapa tau dia bakal jadi pacar gue yang kedua."

Kepala Virza jadi pukulan bersama. Aku juga melakukannya. Player cap kodok.

"Et, kayaknya lo nggak bakal bisa gaet dia deh, soalnya dia pendiam, beda dari mantan-mantan lo yang selalu heboh pas ngeliat lo main bola." Anton tiba-tiba menatapku yang duduk paling jauh di antara mereka, di salah satu anak tribun. Matanya memicing.

"Kenapa?"

"Uda Madd diam-diam hokinya lancar terus, bikin gue curiga apa jangan-jangan lo main pelet?!"

How Madd Lost His LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang