Bab 9 - Sayang

77 24 0
                                    

Part ini lucu banget sih wkwk
Madd ini tipe boy crush yang labil. Gampang banget lemah sama senyuman cewek.

Dahlah, happy reading!

Dahlah, happy reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*

SMA Tirtayasa dihebohkan oleh sebuah berita panas yang telah menyebar ke seantero Jakarta.

Seorang atlet kebanggaan menolak semua hasil kelulusan SNMPTN dan SBMPTN-yang merupakan impian banyak orang. Tidak hanya itu, sang pemuda juga menolak mentah-mentah beasiswa ke Kairo dari pemerintah. Sudah menjadi rahasia umum jika beasiswa atau kesempatan itu ditolak, maka sekolah akan di-blacklist hingga dua sampai lima tahun ke depan. Artinya, perguruan tinggi tidak akan memberikan kesempatan kepada sekolah itu untuk mendapatkan slot penerimaan mahasiswa baru. Aku sudah tahu kabar itu jauh sebelum aku berada di kelas paling akhir.

Kabar itu sampai ke seluruh penghuni media sosial, membuat namaku benar-benar tercoreng. Media sosialku juga penuh cacian dan maki sejak tadi pagi. Speechless rasanya, karena dari dulu aku tidak pernah di-bully seperti itu. Sejak kemarin malam, atas saran Bang Langit dan teman-teman Pokable-yang sudah kuberitahu-semua akun media sosialku sengaja aku nonaktifkan demi kenyamanan proses belajarku untuk mengikuti ujian mandiri minggu depan.

"Kating bangsat. Nggak mikirin adik kelasnya. Nyesel gue pernah ngasih dia hadiah ke dalam lokernya."

"Itulah definisi cowok sok pinter, sok ganteng, sok tajir. Semua kesempatan kuliah ditolak. Sumpah, geram banget rasanya! Bunuh aja dia bisa gaksi?"

"Woi, Maddrian Dewangga, minta maap kek lo sialan! Jangan sok nggak bersalah ya lo! Sini temuin gue di sekolah, jangan beraninya sembunyi di balik ketek emak lo!"

"Najis, ternyata orang baik otaknya di dengkul. Kosong banget!"

"Eh, apa jangan-jangan dia udah ngehamilin Hanni? Makanya dia fokus cari uang buat biaya kehamilan ceweknya itu?"

Aku mengepalkan tangan. Komentar yang baru saja aku baca di blog sekolah membuatku naik darah. Bagaimana tidak, aku juga merasa bersalah dengan semua ini. Andai malam itu aku ke Kairo, pasti tidak ada orang yang akan membenciku.

Hanni, aku sepertinya akan gila sekarang. Dulu, waktu aku terpuruk kamu selalu menemaniku, memberikan kalimat-kalimat semangat. Bahkan setelah aku menjadi pelari terburuk dengan alasan Bunda jatuh sakit, kamu berhasil memotivasiku agar kembali hidup. Namun, sekarang aku kebingungan cari rumah untuk berteduh.

Hanni, kamu di mana sayang?

Sebuah chat masuk ke dalam ponselku saat aku mempelajari pembahasan kromosom makhluk hidup dari YouTube.

Danielle
Apakah kamu baik-baik aja?

Aku tersenyum miring. Gadis baik inilah yang pertama kali menanyakan kabarku. Padahal aku berharap dari kamu, Hanni.

How Madd Lost His LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang