Mungkin aku lupa ngasih tau, kalau cerita ini hanya berupa novelet (lebih panjang dari cerpen dan lebih singkat dari novel) jadi, sepertinya dua bab lagi cerita ini akan berakhir.
Terima kasih banyak kepada kalian yang sempat-sempatnya membaca cerita ini.
Aku senang jika pesan-pesan di cerita ini bisa tersampaikan dengan baik.
Mari kita nantikan Kodanya!
Happy reading~
*
Selama dua hari Hanni tidak ada kabar, begitupula Ayah—yang katanya sedang sibuk mengisi pengajian di Padang.
Aku cemas, karena pernikahan ini memang diusung dengan sangat apik. Para warga berbondong-bondong membantu keluargaku dalam menyiapkan pesta pernikahan. Bunda dan Ayah telah merogoh kocek fantastis untuk ini, karena menurut mereka pernikahan harus menjadi sebuah kenangan indah yang tak akan terlupakan.
Aku mengurus sendiri berkas-berkas yang diperlukan ke kantor KUA. Untung saja ada sepupuku, Fahri, yang mau menolongku mondar-mandir selama lima hari ini. Dia berharap aku benar-benar berjodoh dengan Hanni karena memang kabar miring tentang Hanni telah bersiliweran. Bagaimana latar belakang gadis itu yang tidak memiliki suku apalagi orangtua yang jelas membuat telingaku berdenging. Namun, aku tidak ingin ambil pusing. Pernikahan sejatinya adalah saling mengikrarkan janji, walaupun dalam adat dan agama background pasangan harus terang. Saat ini yang aku inginkan adalah melegalkan Hanni menjadi istriku terlepas kesalahan yang telah aku perbuat.
Ketika orangtua angkat Hanni ke sini, mereka juga telah menyelesaikan beberapa susunan pernikahan di Minangkabau; marasek, utusan keluarga perempuan mendatangi pihak laki-laki untuk silaturahmi. Setelah itu, maminang dan babimbiang tando, antara dua keluarga menentukan tanggal pernikahan sesuai kesepakatan awal. Dan, mahanta siriah, bertujuan memastikan pernikahan, yang dilakukan oleh kedua niniak mamak—saudara pihak ibu. Tiga syarat itu telah dipenuhi. Bunda tidak menyangka bahwa ternyata niniak mamak dari orangtua angkat Hanni bermukim di Koto Pulai sehingga semuanya di hari itu jadi instan.
Kehadiran Ayah diperlukan saat-saat seperti ini. Para niniak mamak tanpa sengaja menguarkan keburukkan Ayah—selain beristri dua, ternyata Ayah dulu seorang preman di Bandung. Dia berkali-kali melakukan pelecehan terhadap beberapa gadis di sana. Mereka marah tentu saja, jadi di saat mepet tidak ada istilahnya saling menjaga aib. Begitulah hidup di ranah Minang. Kamu harus kuat mendengar keluargamu sendiri dikucilkan.
Proses masak makanan sedang berlangsung. Segalanya serba sat-set. Aku tahu ini tidak akan efektif, tapi karena keluargaku di sini terpandang jadi mereka meminta bantuan dari kampung lain seperti mendapatkan kayu bakar, kelapa untuk pembuatan santan, beras ketan, dan se-blindvan bahan masakan yang disurukkan ke dalam gudang di samping rumah. Hari ini juga akan berlangsung pemotongan sapi.
KAMU SEDANG MEMBACA
How Madd Lost His Love
Teen Fiction(RELIGI - ROMANCE) Hidup Maddrian adalah krat-krat berisi botol wine yang usang setelah Hanni meninggalkannya. #WritingProjectAE4