Bab 15 - Rencana Pernikahan

79 18 0
                                    

Makin seru sih menurutku WKWK

Di part ini sayang Madd ke Hanni bukan maen!

Cus baca aja, happy reading~

Cus baca aja, happy reading~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*

Aku baru sadar bahwa Ayah Madd itu Pak Ali. Ini benar-benar plot twist.

Waktu kali pertama orangtua angkatku pergi ke kediaman Madd dengan maksud ingin mensucikan diriku yang penuh dosa, aku terkejut saat melihat Pak Ali yang jelas sekali baru saja melukai Madd dengan kekerasan fisik. Tentu, ada banyak pertanyaan yang sampai saat ini mengganggu pikiranku, terlebih setelah Pak Ali izin berbicara denganku setelah diskusi hari itu selesai. Dia membawaku ke belakang rumah yang dipenuhi dengan tanaman hias.

"Kamu pacarnya Madd?"

Aku mengangguk. "Iya, Pak. Kami sudah bersama sejak aku jadi murid baru di sekolah yang Bapak rekomendasikan."

Pak Ali terlihat berpikir keras. Kerutan di dahinya begitu khas, apalagi jambang yang melekat di kulit putihnya, membuat stereotipe orang melihatnya sebagai seorang ulama bertambah pekat.

"Jauhi Madd, Hanni." Pak Ali tampak tidak yakin dengan ucapannya. "Kamu tidak akan bisa bersama dengannya. Walaupun hukuman itu telah kalian jalankan dan kalian bersanding di pelaminan, Allah hanya akan murka pada kalian."

Aku mengernyitkan dahi. Aku tidak mengerti ucapannya. "Memang apa yang salah, Pak?"

Pak Ali mengembuskan napas keras. Sorotan matanya jadi gamang, seakan memang ada bahaya yang terjadi jika aku dan Madd bersama. "Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah. Di dalam adat Minangkabau, ada beberapa larangan, termasuk untuk tidak menikah—"

Pak Ali belum selesai menyelesaikan kalimatnya karena Madd tiba-tiba datang dengan luka-luka di bibirnya itu, menelisik raut Pak Ali. "Sedang membicarakan apa, Yah? Keliatannya serius banget."

Pak Ali melihatku dengan Madd bergantian, dia sampai mengusap kepalanya-persis seperti Madd jika frustasi, kemudian dia memilih mundur, meninggalkan kami setelah mengucapkan salam.

Sejak saat itu, aku selalu penasaran apa kelanjutan kalimat Pak Ali.

Memangnya apa yang salah jika aku menikah dengan Madd?

***

Setelah diskusi itu berlangsung, acara makan-makan berjalan khidmat. Kelebihan Bunda sejak dulu adalah, beliau selalu royal terhadap tamu. Walaupun dulu aku sering tidak diperlakukan baik dengannya, tapi dia selalu menanyakan apakah aku sudah makan atau belum, lantas jika aku menjawab belum, maka dia segera memanaskan sambal lalu menyuruh aku dan Madd makan berdua di ruang makan.

Sama seperti saat itu. Bahkan Bunda sampai memesan sambal dari rumah makan yang ada di jalan raya besar dengan sangat banyak hanya untuk agar kami pulang dengan perut yang kenyang.

How Madd Lost His LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang