Halo, aku harap kamu masih bisa membaca part ini dan part selanjutnya!
Terima kasih selalu bersamaku sejak awal.
Hope you happy to reading book!
*
Kakak ... maafkan aku.
Aku terpaksa membuat harapan pada kita, sebab ayah kita bermohon agar fakta menyakitkan ini disembunyikan saja seolah tidak ada yang salah. Seakan pernikahan sedarah ini tidak dibenci oleh Allah. Dia dan Bunda telah mengetahui bahwa umurmu tidak akan bertahan lama. Dokter dari rumah sakit telah mengatakan pada mereka bahwa kamu benar-benar harus dioperasi. Pun di saat aku meneleponmu, Bunda telah berkata bahwa malamnya kamu berulangkali menjatuhkan gelas di dapur, tapi kamu tidak sadar itu. Tubuhmu banjir peluh, matamu merah, kamu juga kejang-kejang. Mereka semua tahu, tapi mereka tidak ingin mengusikmu karena kamu pasti akan semakin menyalahkan dirimu.
Kami telah mengikhlaskan kepergianmu. Dalam mekanisme kehidupan, mengikhlaskan adalah cara terbaik untuk menerima segala kepahitan yang kita alami. Apalagi sesuatu yang berhubungan dengan medis. Seorang dokter sejatinya telah mengingatkan apa yang terbaik untuk pasien, tapi karena kamulah pasiennya, terpaksa kami bungkam.
Saat itu aku yang bertugas mewawancaraimu. Anggota klub jurnalistik mempunyai kewajiban melakukan tanya-jawab dengan murid sekolah, bermaksud agar papan informasi selalu berisi tulisan-tulisan, terlebih saat itu baru saja selesai pertandingan dengan skala besar. Awalnya banyak sekali orang yang mengira kamu jadi pemenang, tapi ternyata sebaliknya. Harapan mereka kamu patahkan seketika.
Aku melihatmu berjalan dari lapangan menuju tribun. Banyak sekali orang yang mengutarakan kebencian padamu, tapi kamu hanya tersenyum kemudian sedikit tertunduk, memohon maaf. Orang-orang kecewa, kamu malah tampak tenang. Namun, aku tahu, sosok berbaju cokelat yang wajahnya merah karena telah terbakar sinar matahari itu sedang mengalami kehancuran yang cukup kuat di dalam dirinya.
Tidak ada yang sudi mendekatimu selain aku—yang bahkan juga terpaksa melakukannya untuk sebuah kewajiban ekstrakurikuler.
Kamu menenggak air putih dan aku menghambat sinar matahari yang menimpa wajahmu. Di saat yang sama aku masih ragu karena sejatinya aku takut kena sembur. Kamu menatap mataku lalu memindai apa yang ada di tanganku; alat perekam, mikrofon, dan sebuah notes.
"Ngapain?" tanyamu dingin. "Aneh banget, kenapa nggak ngumpul di sana?"
"Aku ke sini mau mewawancaraimu."
Kamu terkekeh. "Mau sekalian ngejek maksudnya?"
Aku cepat menggeleng.
"Ya terus apa yang mau lo cari dari pelari tolol kayak gue?!" Nada suaramu meninggi. Aku cukup kaget, karena dengan itu semua masalah di matamu bisa terbaca jelas. "Sekarang gue mohon, pergi, tinggalin gue sendiri!"
"Aku ingin tahu, kenapa kamu bisa dinamakan pelari nomor satu di sekolah ini. Sama sekali aku nggak minat menyinggung apa yang terjadi hari ini, karena kegagalan itu kunci dari kesuksesan."
Kamu tertawa sumbang. "Lo beneran nggak ngerti ya bahasa manusia?"
"Bahkan Allah sendiri mengatakan, ‘Janganlah kamu (merasa) lemah dan jangan (pula) bersedih hati, padahal kamu paling tinggi (derajatnya) jika kamu orang-orang mukmin.’ Sesuai yang tertera dalam surah Ali Imran ayat 139. Lantas, kenapa kamu masih murung kayak gini?" Aku tahu, kamu memiliki sumber pengetahuan agama yang kuat, makanya aku sengaja melibatkan Al-Qur'an di saat seperti itu.
Kamu menatapku lama sebelum kamu menyuruhku duduk di sebelahmu, lalu membolehkan aku bertanya segala hal tentang alasan kenapa kamu memilih klub atletik daripada klub lain. Kamu menjawab bahwa ketika berlari ada perasaan senang di hatimu—lepas, lebih damai, lalu dapat meningkatkan mood.
"Ketika berolahraga, tubuh akan melepas hormon endorfin. Hormon ini diproduksi oleh kelenjar pituitari serta sistem saraf pusat yang berfungsi untuk mengurangi persepsi rasa sakit dan memicu perasaan positif. Selain itu, olahraga juga dapat melepaskan hormon serotonin. Sama seperti endorfin, hormon serotonin juga berperan dalam mengelola suasana hati. Jadi, aktifnya kedua hormon ini setelah olahraga bisa meningkatkan suasana hati, serta meredakan rasa cemas dan stres. Rutin berolahraga bahkan disebut sebagai terapi alami bagi orang yang memiliki masalah mental, seperti gangguan kecemasan, PTSD, dan depresi. Ini dibuktikan oleh beragam penelitian yang menyatakan rutin berolahraga selama 30 menit dalam sehari bisa memperbaiki mood penderita depresi."
Itulah penjelasan ketika aku bertanya, "Kenapa berlari bisa membuat kamu lebih bahagia?"
Kamu hanyalah butuh kebahagiaan. Bunda selalu mengekang kamu untuk menjadi apa yang dia inginkan. Ketika kamu melakukannya, tuntutan itu selalu bertambah seakan tidak ada akhirnya. Kamu juga rela melupakan cita-citamu menjadi gitaris musik.
Begitu pula dengan ayah kita yang tidak memberikan kasih sayang setimpal padamu. Dia selalu menuntut kamu agar menjadi buya. Padahal sejak kecil kamu tidak pernah memiliki kenangan indah bersamanya. Namun, malah dia tega memukul kepalamu sampai ada pendarahan dalam sel otakmu.
Kak Maddrian, dia sudah mendapatkan ganjaran yang pas. Ayah mengaku kalah di mata hukum. Ayah kita menyesal di titik ini. Bahkan air matanya terus mengalir sejak pertama kali tubuhmu limbung.
Maaf, Kak.
Ketika tubuhmu masuk ke liang lahat, aku tidak kuasa untuk tidak menangis. Ekspresi senyummu menjelaskan ketenangan. Aku melihat kedamaian dari kelopak matamu yang terpejam. Wajahmu berseri-seri, membuatku yakin bahwa Allah telah menerima taubat nasuhamu.
Kak ... sekali lagi maaf, aku tidak bisa menjaga anak kita. Aku terjatuh saat pulang dari Bukit Tangah. Aku ceroboh. Aku tidak bisa mengabulkan permintaanmu yang tertulis di surat indah darimu. Namun Kak, satu yang pasti kalian akan bertemu di surga. Aku yakin, kamu bisa menjaganya sebagaimana keinginanmu itu.
Terima kasih, Kak. Aku tidak akan pernah menjadi sosok yang tidak kamu kenal. Di sini, aku akan menjalani hari-hari dengan senyuman, sesuai syari'at Islam agar kamu selalu tersenyum saat melihatku.
Sekali lagi, maafkan kami, Kak.
Allahhummaghfir lahu warhamhu wa'aafihi wa'fuanhu. []
KAMU SEDANG MEMBACA
How Madd Lost His Love
Teen Fiction(RELIGI - ROMANCE) Hidup Maddrian adalah krat-krat berisi botol wine yang usang setelah Hanni meninggalkannya. #WritingProjectAE4