Fifteen |COMPLICATED

11 0 0
                                    

"Kang!"

Gerobak bubur ayam itu berhenti, si pedagang menerima mangkuk yang disodorkan pelanggannya itu.

Menunggu pesanannya siap, Resya mengedarkan pandangan ke sekeliling. Menyapa para tetangganya yang tengah sibuk dengan kegiatan masing-masing. Entah sibuk dengan anak-anak mereka yang akan berangkat sekolah. Mengantarkan para suami yang hendak bekerja. Dan ada juga yang baru memanaskan motornya.

"Oh iya, Mas Arjuna mana, Mbak? Tumben saya gak lihat tadi" Saking sering dagangannya dibeli bahkan hampir setiap hari oleh suami istri itu, membuat Kang Asep kenal dengan Resya dan Arjuna. Kalau bukan Arjuna yang membeli, pasti Resya yang menanti di depan kontrakan.

Sebelum menjawab, Resya menutup mulut karena lagi-lagi menguap. "Tadi bangun kesiangan, jadi gak sempet lari pagi"

"Pantas gak ketemu" Ucap Kang Asep sambil memberikan mangkuk berisi bubur ayam yang telah diraciknya. "Hehe iya, diperiksa dulu Kang uangnya"

"Ah gak perlu, masa Mbak Resya tipu saya" Kata Kang Asep setelah menerima uang yang disodorkan Resya. "Cek dulu Kang, saya juga mau ngetest Kang Asep masih inget gak cara bedain uang palsu sama yang asli"

Kang Asep pun pasrah mengikuti kemauan Resya. Mengecek lembar demi lembar uang sesuai ajaran Resya beberapa hari lalu ketika ia hampir saja tertipu salah satu pembeli.

"Aman Mbak!"

"Kalau gitu saya masuk dulu, Kang. Mari" Mang Asep mengangguk, tersenyum ramah. Ia kemudian menggeleng pelan, mendapati tak ada seorang pun menyapa balik sapaan Resya. Padahal tadi ia mendengar para tetangga saling tanya walau sekedar basa-basi.

"Mbak Resya baik begitu masih aja banyak orang yang gak suka" Herannya kemudian menjalankan gerobaknya hendak berkeliling.

Setelah masuk Resya meletakkan mangkuk berisi bubur itu di atas karpet kemudian berlalu ke dapur membawa roti, selai coklat dan dua gelas air minum. Tak lama Arjuna yang sudah rapi dengan baju kerjanya keluar dari kamar.

"Thanks" Resya mengangguk sembari mengoleskan selai coklat pada roti di tangannya.

Arjuna meneliti penampilan istrinya. Rambut digulung asal, masih memakai piyama dan jangan lupakan wajah bantal gadis itu terlihat jelas. "Masih ngantuk?"

Resya dengan cepat mengangguk "masih, sumpah jam tiga subuh aku bisa tidur. Aku iri deh sama kamu yang bisa-bisanya tidur pas ada keributan begitu"

Kekehan pelan keluar dari mulut Arjuna. Tangannya yang memegang sendok nampak mengetat, mencoba menahan diri agar ia tak mengacak rambut istrinya yang kini mengerucutkan bibir seperti Donald Duck yang tergambar dipiyama gadis itu.

"Kenapa? Tetangga ribut lagi?" Lagi dan lagi Arjuna harus menahan diri ketika matanya melihat pipi chubby istrinya bergoyang nampak menggemaskan ketika Resya mengangguk.

"Iya, kali ini dua-duanya Mas!" Tunjuk Resya ke arah kanan dan kiri. "Bu Emi berantem sama suaminya, terus Bu Sari gak bisa nenangin anaknya yang nangis?"

"Hm, benar banget!" Seru Resya. Bukan sekali dua kali memang keduanya mendengar keributan dari tetangga kanan kirinya yang sering terjadi ketika menjelang tidur. Namun tadi malam untuk pertama kalinya, keributan itu terjadi secara bersamaan dan karena itulah Resya yang tak tahu apa-apa kena imbasnya.

"Kayaknya kalau ada gempa bumi pun tidur kamu bakal tetap nyenyak" Lanjut Resya kemudian menyeruput tehnya.

Berbanding terbalik dengan Resya yang tidak bisa tidur bila mendengar sesuatu, Arjuna lain lagi. Pria itu nampak pulas seakan pertikaian yang terjadi bagai musik pengantar tidur ditelinganya.

COMPLICATED (Spin Off Nona judes!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang