Nine | COMPLICATED

21 1 0
                                    


Ditemani setumpuk kertas laporan di tangan, Kiran berdiri di depan gedung  fakultasnya sembari sesekali mengecek jam di ponselnya.

"Lama banget deh" Kiran berdecak, mengipasi wajahnya yang terasa terbakar. Ingatkan Kiran untuk memarahi Kevin telah membuatnya lama menunggu.

Kemarin Kevin mengajaknya untuk membeli kebutuhan kucing mereka yang tinggal sedikit sekaligus mencari ruko katanya. Kiran awalnya menolak, karena kemarin kuliahnya padat. Kevin pun mengubahnya menjadi hari ini, jadi Kiran mengiyakan. Namun sampai lima belas menit Kiran menunggu, batang hidung cowok itu belum saja terlihat.

"Sendiri aja?"

Segepok laporan hampir saja mendarat di wajah pria dihadapan Kiran yang nongol tiba-tiba. Setelah menguasai diri, mengangguk kecil Kiran menjawab.

Mendapati kedatangan manusia satu itu, Kiran berulang kali menyumpahi Kevin yang tak kunjung datang. Cowok yang kini mengenakan jas lab itu bagaikan jailangkung bagi Kiran, datang tak diundang.

"Mau pulang ya?" Kiran mengangguk, terlalu malas berbicara.

Bukannya jera tak ditanggapi, cowok gondrong itu malah berkata, "yaudah gue temenin ya"

"Eh, gak usah bang!" Tolak Kiran malas. Cewek itu malah ingin kakak tingkatnya itu untuk segera angkat kaki dari sekitarnya.

"Kenapa?"

"Eum, ngerepotin Bang Andi nanti" Sebenarnya bukan kata ini yang ingin ia ucapkan melainkan "gue risih anjir" Tapi apalah daya, Kiran terlalu takut membuat orang lain tersinggung.

Seperti yang diduga, cowok itu menggeleng dan tanpa seizin Kiran mengelus rambut cewek itu yang kali ini tergerai. "Nggak, gue gak repot kok"

Walau merasa tak nyaman, Kiran mengangguk saja. Menjauhi diri dari jangkauan Andi yang ternyata sadar dan malah semakin dekat padanya. Sehingga Kiran diam di tempat berpijaknya.

Kadang Kiran iri dengan Tasya dan Resya yang bisa dengan lantangnya menolak bila tidak merasa nyaman. Bahkan ia bisa membayangkan kedua temannya bila mendapati situasi seperti sekarang ini.

Dengan wajah jutek dan nada ketus tak tertandingi, Tasya akan menjawab, "tapi, gue yang repot lo disini"

Resya lain lagi, temannya itu akan mengangguk mempersilahkan lalu mulai mengeluarkan ucapan menohoknya. "Saking gak ada bermanfaat ya hidup lo, lo sampai mau nemenin gue ya bang?

"Lo kenapa senyum-senyum?" Kiran mendongak, melihat Andi "lo pasti suka kan gue temenin?"

"Eh nggak!" Kiran menggeleng keras, enak saja pikirnya. Jangankan senyum, Kiran malah enek hanya dengan mendengar suaranya.

Andi malah terkekeh, mendekat pada Kiran yang membuat gadis itu mundur tak kuasa menyiksa diri dengan bau badan Andi yang tak sedap. "Gak usah malu Ran, gue gak pa pa kok temenin lo. Seumur hidup pun gue sanggup"

"Owh thanks banget bang, tapi Kiran gak perlu semua itu. Tenang udah ada gue"

Diam-diam Kiran bisa bernafas lega mendengar suara Kevin yang kini menjauhi Andi darinya. Walau tak mengerti, Kiran diam saja saat Kevin menarik pinggangnya mendekat.

"Lo siapa?" Andi menatap Kevin dengan pandangan tak suka. "Masih tanya bang, aduh parah sih" Kata Kevin santai, bahkan terlalu santai bagi Kiran. Apalagi mendengar ucapan selanjutnya.

"Apa perlu gue cium Kiran sekarang juga biar lo tahu gue siapanya Kiran?"

Mata sipit Kiran kontan melotot menatap Kevin yang masih menanggapi Andi yang sudah berapi-api. "Cih, jangan ngaku-ngaku lo, setahu gue Kiran jomblo"

Kevin menggeleng, tanpa melepaskan tangannya pada pinggang Kiran. "Itu setahu lo, tapi faktanya?" Kevin terkekeh, lalu pandangannya yang sudah berubah lembut jatuh pada Kiran.

"Sayang, kamu masuk mobil duluan ya. Aku mau ngobrol dulu sebentar" Tak mengerti dengan apa yang akan dilakukan Kevin, Kiran manut saja. Meraih kunci mobil cowok itu yang diulurkan padanya.

Dari bangku di sebelah kemudi, Kiran melihat bagaimana santainya Kevin menanggapi Andi yang sudah marah, terlihat dari wajahnya yang mengeras. Tak lama kemudian, Kevin sudah duduk di sebelahnya.

"Lo ngomong apaan tadi?"

"Suruh dia jangan ganggu lo" Kevin menjawab sembari memakai seat belt nya. "Tapi dia gak juga luluh, walau gue udah jelasin kalau gue pacar lo"

"Kenapa harus bilang kita pacaran?" Tanya Kiran ketika mobil mulai berjalan. Tanpa diduga Kevin malah bertanya, "kenapa? Nggak suka?"

"Ck, bukan begitu ta-"

"Jadi, lo suka sama gue?"

Kiran seketika gelagapan. Suka sama Kevin? Ia tak tahu. Ia juga bingung dengan dirinya. Akhir-akhir ini memang Kevin sering kali membuat jantungnya berdetak kencang. Entah hanya duduk berdampingan begini atau ketika cowok itu iseng mengeluarkan gombalannya. Kiran tak tahu, ini terlalu dini untuk menyimpulkan bahwa ia suka pada Kevin. Kalau ia tak suka pada Kevin, lalu kenapa ia selalu merasa gugup berduaan dengan Kevin?

"Elah muka lo tegang banget. Becanda gue"

Sudah dibawa terbang tinggi lalu dijatuhkan ke jurang bertebing. Sakit itulah yang dirasakan Kiran. Apalagi mendengar tawa tak bersalah Kevin. Kiran seketika merutuki diri, mana mungkin Kevin suka padanya bila Resya masih menjadi ratu dihati cowok itu. Dan Kiran akui, ia cemburu.

Sudah ditahap cemburu begini, bukankah itu artinya Kiran sudah jatuh hati? Oke, sekarang Kiran mengaku ia kini terjebak friendzone dengan pacar temannya. Mengetahui hal itu, rasanya Kiran ingin memutar lagu Cinta Dan Rahasia milik Glenn Fredly ft Yura Yunita, untuk menggambarkan dirinya yang kini menyimpan rasa pada pacar temannya.

"Gue sengaja ngaku pacar lo supaya dia gak ganggu lo" Jelas Kevin tanpa diminta. "Kalau dia masih ganggu gue?"

Kevivin melirik Kiran kemudian menjawab, "bilang kalau lo gak suka" Kevin menghentikan laju mobil ketika traffic light berwarna merah menyapa mereka.

"Ran," Kiran menoleh merasakan bahunya disentuh. Gadis berambut panjang itu terpaku melihat dekatnya wajah Kevin dan dirinya yang hanya beberapa inci "kalau lo gak nyaman, bilang, Ran. Lo gak harus bilang dengan ketus seperti Tasya atau sindir mereka dengan cara Resya. Lo bisa bilang baik-baik. Gue yakin mereka pasti ngerti kok"

"Kalau mereka gak ngerti dan terus terusan buat gue gak nyaman, gimana?" Kevin terkekeh merasa gemas melihat mata sipit itu yang mencoba terbuka lebar. "Yaudah tendang aja tulang keringnya, dijamin mereka gak ganggu lo lagi"

Kiran mendelik mendengar tawa Kevin, "gak ganggu gue emang iya, benci gue juga iya" Kevin semakin mengeraskan tawa, kembali duduk seperti semula diikuti oleh Kiran.

"Intinya, jangan terlalu pikiran perasaan orang lain, pikirin perasaan lo juga. Sesekali egois itu perlu" Lanjut Kevin dengan serius lalu mengalihkan fokus pada jalanan di depannya tanpa menyadari Kiran tengah menatapnya dalam.

"Benar gue boleh egois kan , Vin?"

"Iya"

"Walau gue menyakiti perasaan orang lain?" Kevin mengangguk melihat ke arah Kiran sejenak, "dia juga udah nyakitin lo, yaudah sekarang gilirannya. Impas kan?"

Benarkah? Walau ia harus menyakiti perasaan sahabatnya?

COMPLICATED (Spin Off Nona judes!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang