Thirty three | COMPLICATED

4 0 0
                                    

Kiran menepuk bahu cowok di sampingnya yang terlihat frustasi. Rambut Kevin yang memang sudah mulai panjang kini makin panjang dan awut-awutan. Lingkar matanya pun menghitam, jelas terlihat orang yang kurang tidur.

"Setiap gue lihat Mama, perasaan bersalah itu terasa. Gue mau jujur tapi gue gak mau Mama sakit kalo dengar kabar ini"

Mendengar tangisan Kevin, Kiran segera memeluk cowok itu yang terlihat rapuh. Tak ada yang bersuara hanya tangisan Kevin yang terdengar di mobil yang kini berada di parkiran mall.

Tadi, mereka berencana untuk membelikan kado untuk Sita seperti yang mereka janjikan tiga hari lalu. Namun baru saja akan turun, Kevin terlihat melamun. Dan berakhirlah mereka dengan Kevin yang menangis.

"Gue gak guna jadi anak Ran. Gue gagal jadi Kakak yang lindungi adik-adik gue. Gue pasti kecewain Papa Edo"

"Ssst, apa sih lo. Ngelantur gini" Omel Kiran, menghapus air matanya yang ikut tumpah mendengar ucapan penuh kesedihan dari mulut Kevin.

"Lo lebih baik jangan kasi tahu nyokap lo. Kita harus temuin solusinya dulu, Vin"

"Solusi?" Tangan lentik Kiran segera menghapus air mata yang menghiasi wajah Kevin lalu gadis itu mengangguk.

"Iya"

Kevin menegakkan tubuh, siap mendengarkan rencana Kiran yang bisa saja menjadi jalan keluar atas kerumitan yang ia hadapi. "Gimana kalau kita ngobrol dulu sama Bu Velli?"

"Ran, kesalahan Gino fatal. Gue bahkan ingat betul keputusan Bu Ranty kemarin sama dengan peraturan sekolah"

"Iya gue tahu karena itu gue mau hukuman Gino dirubah menjadi dipindahkan dari sekolah bukan dikeluarin, Vin. Gina pun gak adil kalau dikeluarin dari sekolah seperti kata orang tua murid itu kemarin"

"Sebagai mantan waketos lo pasti tahu banget nasib siswa atau siswi yang keluar dari SMA Harapan bakalan susah diterima di sekolah lain. Reputasi mereka dipastikan jelek, Kevin."

Kevin diam, tak menjawab. Kiran pun melanjutkan. "Gina Gino pintar, Vin, lo tega lihat dua adik lo putus sekolah?"

"Walaupun terbilang siswa siswi baru, adek-adek lo udah berhasil menangin beberapa perlombaan dan itu pasti berdampak ke nama baik sekolah. Tasya pun dulu setiap tahun pasti pulang bawa piala. Dan lo, gue tahu selama jadi waketos lo gak pernah ambil gaji lo"

Di sekolah mereka, siapapun yang menjadi Ketua Osis dan Wakil Ketua Osis akan mendapatkan gaji. Karena itulah Kevin mencalonkan diri. Tapi, ia tak mengambil gajinya karena hidupnya sudah ditanggung Tantenya. Jadi, ia biarkan saja.

Melihat Kevin yang tak bergeming, Kiran menarik tangan cowok itu membuat Kevin menoleh ke arahnya. "Pliss Vin, mau ya temui dan ngobrol sama bu Velli?"

"Ran, percuma. Pasti gak akan berhasil" Kevin mengusap wajahnya dengan tangannya yang bebas. "Kita belum coba, Kevin"

"Sekali ini aja turuti permintaan gue" Pinta Kiran mengelus tangan Kevin yang masih digenggamnya. "Demi adek-adek lo, Vin"

Kevin mengangguk Kiran refleks memeluknya dan menggumamkan terima kasih tepat di telinga Kevin yang membuat cowok itu merinding. Segera melajukan mobilnya, Kevin tetap diam tak membahas perlakuan Kiran yang membuat jantungnya jumpalitan.

Tiba di tempat mereka pernah menimba ilmu, Kiran terus menggenggam tangan Kevin. Ia bahkan tak peduli dengan tatapan Bu Ranty yang sesekali melihat ke arah tangan mereka yang tak terlepas.

"Kalian pacaran?" Tanya Bu Fanni yang rupanya juga melirik tangan mereka. "Ya, bu" Jawab Kiran lantang.

"Udah move on kamu dari Gibran?" Ledek bu Fanni mengingat anak muridnya itu mencintai salah satu muridnya yang terkenal pintar. "Iya dong bu, yakali aku pacaran kalau belum move on"

COMPLICATED (Spin Off Nona judes!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang