Twelve | COMPLICATED

17 1 0
                                    

Tatapan penuntut umum yang ditemuinya pada saat sidang tak pernah membuatnya merasa terintimidasi hingga ia terkecoh dalam membela kliennya. Namun sekarang jangankan membela klien, membela dirinya saja Arjuna tak bisa. Pria di hadapannya itu berhasil mengintimidasinya dengan tatapan dalam penuh selidik.

"Mm.. Opa-"

"Apa gak ada tempat lain?" Dari tatapannya saja sudah berhasil membuat lidahnya kelu, apalagi mendengar suara tegasnya yang mampu menghentikan ucapan Arjuna.

"Sampai kalian harus menggunakan ruangan orang lain?"

Suryo menatap penuh selidik cucu dan cucu menantunya yang duduk berdampingan di depannya.

"Ini bukan seperti yang Opa pikirkan"

Suryo menatap cucu menantunya yang baru saja berbicara. Tanpa adanya perubahan ekspresi, pria tua itu membalas. "Emang kamu tahu apa yang saya pikirkan?"

Arjuna dan Resya saling lirik. Jelas mereka tahu apa yang berada di pikiran tetua keluarga Genino itu. Namun, Arjuna memilih bungkam. Kakek dari istrinya itu terkenal keras kepala sama dengan Resya yang kini menggenggam tangannya kuat.

"Asik berduaan, sampai teman dilupain" Sindir sang Kakek, sembari meletakkan tas dan ponsel Resya di atas meja. "Opa ketemu Tiara?"

"Dia udah pulang" Jawab Opa sudah tahu apa yang sedang dipikirkan cucu termudanya itu. Resya kembali duduk tanpa meraih barang-barang miliknya.

Saat Suryo sedang asik dengan tablet di tangannya, Arjuna dan Resya segera mendekat. "Keluar yuk" Ajak Resya berbisik pelan.

"Res," Tegur Arjuna, berbisik juga. "Kenapa? Aku bosen disini"

"Gak sopan" Resya dan Arjuna langsung bungkam, kena sindir dari Suryo. "Kalian boleh keluar" Suruh sang Kakek. Tanpa mau berbasa-basi, Resya segera melangkah keluar namun Arjuna meraih tangannya.

"Salim, ayo" Resya dengan ogah-ogahan mencium tangan Kakeknya, kemudian pergi tanpa mau menunggu suaminya yang kini heran dengan ucapan Suryo "anak itu gak ada sopan santunnya"

Walau tak mengerti, Arjuna segera melakukan hal yang sama. Dengan menenteng kemejanya yang masih basah, Arjuna mengejar Resya yang berdiri di pinggir jalan.

"Adrobella!"

"Apa sih?!" Seru Resya melepaskan dengan kasar tangan Arjuna yang mencekal lengannya "Aku mau pulang"

"Aku antar" Resya menggeleng, "gak usah" Ketusnya kemudian meninggalkan Arjuna yang terpaku.

Sebenarnya ada apa dengan sepasang cucu dan kakek itu?

🍰


Seperti yang tertulis diberbagai artikel, makanan manis memang paling ampuh mengembalikan mood. Hal itu juga berlaku bagi Resya. Lihat saja, dengan ice cream vanilla di tangannya, mood gadis itu yang tadinya memburuk karena kakeknya kini sudah membaik.

Dengan sesekali melompat kecil, Resya menyusuri gang yang terlihat menyeramkan pada malam hari karena tak diterangi lampu satu pun. Sedangkan saat ini gang itu nampak hidup, dihujami oleh sinar matahari yang terasa lebih menyengat.

Melihat pemandangan di depannya, Resya serasa de javu. Anak-anak tetangganya yang bermain bola seakan membawa Resya pada moment pertama kali ia menginjakkan kaki disana.

Berbeda dengan dirinya yang dulu marah-marah pada anak-anak itu, Resya memilih untuk menonton. Mendudukkan dirinya di sebuah tempat seperti gazebo namun tanpa atap. Dapat Resya lihat ibu-ibu yang kerap kali nongkrong disana sembari bergosip, kini berpindah tempat, menjadikan teras tetangga yang berada tepat di sebelah kontrakannya. Bila Resya masuk ke kontrakannya, dipastikan ia akan menjadi bahan gosip ibu-ibu itu.

Buku sketsa yang selalu menghuni tasnya, Resya keluarkan. Tangannya mulai menggoreskan pensil pada kertas kosong dan menjadikan anak-anak yang tengah bermain bola sebagai muse nya.

"Mau beli apa ya, Bu?"

Kepala Resya menoleh ke samping kanan yang ternyata terdapat anak-anak perempuan tengah bermain masak-masakan sekaligus berdagang.

"Kalian beli dimana?" Resya menunjuk wajan, panci dan tungku yang terbuat dari tanah itu. Saking penasarannya, Resya ikut berjongkok mengikuti keempat anak itu.

"Di pasar dibeliin ibu" Jawab salah satu anak setelah melihat Resya dengan bingung. "Wiih keren, gue mau juga"

"Oh ya kalian mau ice cream?" Tawar Resya melihat makanan beku itu tersisa empat di kantung belanjaan, "mauu!"

"Nih ambil lagi!" Resya yang tadinya fokus melihat mainan anak-anak itu menjadi mendongak terkejut saat perempuan berdaster mengembalikan ice creamnya.

Tanpa memberitahu alasannya, perempuan itu mengajak keempat anak itu menjauhi Resya, tak lupa membawa mainannya.

"Ibuuu aku mau ice cream!" Tangis anak berambut kriting pada wanita itu yang rupanya tak peduli. "Nanti kita beli. Jangan terima apapun yang dikasi orang asing, oke?"

Mendengar itu Resya mendengus. Nasihat seperti itu memang sering ia dengar bahkan ia setuju agar anak-anak tak sembarang menerima pemberian orang asing. Tapi, hey Resya adalah tetangga mereka. Kalau mau berbuat buruk pun, Resya tak akan terang-terangan seperti tadi.

"Dibaikin salah, apalagi gue jahat coba" Dumelnya kesal, berjalan menuju kontrakannya. Sebelum benar-benar masuk, Resya menoleh kemudian meletakkan kresek ice cream itu di teras tetangga, "dimakan aja, saya gak kasi racun juga"

Para tetangga yang melihat Resya langsung masuk saling pandang, "lihat, gak ada sopan santunnya emang" Mulai salah satu ibu-ibu sembil mengambil pemberian Resya kemudian memberikannya pada anak-anak.

"Sial banget ibunya punya anak kayak gitu" Ibu berhijab hitam ikut nimbrung "Bukan ibunya aja, Mas Arjuna juga"

"Benar, Mas Arjuna tuh cocoknya sama Mbak Nadia, udah baik, cantik, sabar. Apa kurangnya coba?!" Tambah wanita berambut sebahu itu sembari menoleh ke arah kontrakan Resya dan Arjuna.

"Pasti itu cewek yang jadi orang ketiga diantara Mas Arjuna sama Mbak Nadia" Ibu-ibu dengan gelang emas di tangan kiri dan kanannya tiba-tiba nenarik kesimpulan, "kalau dipikir-pikir benar juga."

"Kalau dibandingin sama Mbak Nadia mah jauh, ya Ibu-ibu" Para ibu-ibu mengangguk setuju. "Kayak langit sama tanah"

"Yang tanah siapa?" Tanya perempuan yang tadi melarang anaknya bermain dengan Resya. "Ya pasti lah.. " Mata ibu berkerudung biru tersebut mengarah ke kontrakan Resya, lalu terdengar lah suara tawa keenam ibu-ibu itu.

Melihat Arjuna yang baru melepas helmnya, suara tawa ibu-ibu tadi terhenti. "Eh Mas Arjuna, baru pulang?"

"Iya bu, mari" Pamit Arjuna yang diangguki oleh ibu-ibu yang langsung melanjutkan gosipnya setelah melihat Arjuna masuk. "Tuh lihat suaminya sopaaan banget, tapi kok istrinya kurang ajar banget"

Helaan nafas keluar dari mulut Arjuna, dari balik pintu suara tetangga nya terdengar keras. Ia tahu, istrinya lah yang menjadi bahan omongan.

"Assalamu'alaikum, Res?!"

Mendapati istrinya tengah duduk di atas kasur dengan telinga disumpal headphone, Arjuna merasa lega. "Eh, udah pulang?"

Arjuna segera menempelkan tangannya pada tangan Resya yang hendak melepas headphone yang dipakai istrinya itu.

"Biarin,"

Dalam keadaan mendongak, Resya mengerjapkan kedua matanya mencoba membaca gerak bibir Arjuna. "Jangan dilepas" Suruh Arjuna dengan gerak bibir lebih pelan.

Tersenyum simpul, Resya mengangguk. Tangannya terangkat, menautkan kelingkingnya yang kecil dengan kelingking Arjuna yang terulur padanya.

Walau sudah berjanji begitu, Arjuna tetap di posisinya. Berdiri dengan memegang headphone Resya yang kini membalas tatapannya.

Memastikan agar istrinya tak mendengar perkataan menyakitkan para tetangga.

COMPLICATED (Spin Off Nona judes!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang