Thirty One |COMPLICATED

4 0 0
                                    

Sejuk dan heningnya ruang UKS menjadi perpaduan yang pas untuk mengantarkannya menyelami mimpi yang indah. Apalagi terbebas dari ocehan Bu Wiwik, guru fisikinya yang kerap membuat pening menambah kenikmatan tidur kali ini.

Gina yang sudah memejamkan mata kembali duduk. Tangannya mengeluarkan ponsel di saku roknya lalu membuka sebuah aplikasi pesan singkat.

"Ini anak kenapa sih? Chat gue dari Sebelum Masehi gak dibales-bales"

Pesan yang dikirimkan Gina saat istirahat makan siang belum juga dibalas Gino.

"Di rumah juga sibuk banget belajar sampai nyapa pun gak pernah" Mengingat ia tak menemukan kembarannya itu di kantin membuat Gina cemas. "Dia udah makan gak, ya?"

Sejujurnya Gina heran betul dengan Gino. Biasanya kakak jarak lima menitnya itu tak pernah absent untuk makan. Gina tahu betul, Gino tak bisa jauh dari makanan. Namun akhir-akhir ini ia jarang melihat Gino makan.

"Ah, pasti dia udah makan. Itu Gino, Na manusia yang gak bakal tahan kalau gak makan"

Mengusir rasa khawatirnya, Gina mengatur bantal dan hendak tidur. Baru saja memejamkan mata, lagi-lagi ia terusik oleh tawa seseorang yang amat mengganggunya.

Dengan sekali geser, tirai yang memisahkan ranjangnya dengan ranjang di sisi kanannya pun terisingkap. Mendengar suara tawa lebay itu saja Gina dapat mengetahui siapa cewek yang tengah tidur dengan memunggunginya itu.

"Ck, bisa diam gak?"

Berhasil, tawa itu sirna. Berganti dengan suara ranjang yang berdecit karena kini cewek itu tengah duduk menatap malas Gina yang dilihatnya bagai parasit.

"Loh siapa lo? Terserah gue dong mau ngapain kan gue anak donatur disini. Sedangkan lo?" Gadis berambut sebahu itu menatap Gina dengan tatapan mengejek dari ujung kaki sampai ujung kepala. "Gue gak perlu jelasin kan lo sekarang hampir bangkrut? Eh, sorry keceplosan"

Tak mau berdebat dengan mahluk sok cantik di depannya Gina berkata, "tolong suara lo kecilin, gue mau tidur"

"Kalo gue gak mau?" Gerakan Gina yang akan menutup tirai pun terhenti. Ia membalikan badan, memilih berdiri di hadapan gadis yang kini tersenyum senang. Ia pikir berhasil memancing Gina.

"Silahkan, gue bisa tutup telinga gue kan, Markisa?" Balas Gina tersenyum miring mamasang earphone dan mendengarkan lagu yang pasti suaranya jauh lebih merdu dari suara Marisa yang sering ia pelesetkan menjadi Markisa.

Tanpa sepengetahuan Gina yang tidur terlentang. Marisa turun dari ranjang, menghampiri meja dokter jaga yang tadi izin ke luar, membawa gunting dan langsung menggunting kabel earphone Gina.

"Ups, sorry. Gue sengaja. Nanti deh gue ganti sama yang lebih mahal, gimana?" Kekeh Marisa tak peduli dengan raut datar Gina yang kini melemparkan earphone nya ke wajah Marisa yang memekik.

"Eh lo gila ya?!" Serunya yang dijawab tenang oleh Gina. "Ups, sorry gue gak sengaja" Tirunya persis dengan gerak tubuh Marisa yang menatap mulut sok anggun.

Kedua mata Marisa melotot, ia segera menghampiri Gina yang santai saja. "Lo udah buat gue marah, maka jangan salahin gue kalau kebusukan kembaran lo kebongkar"

"Bongkar aja, toh my twince gak punya borok" Melihat Gina yang sama sekali tak mengindahkan ancamannya Marisa geram sendiri. "Oke, lo kayaknya perlu lihat"

Marisa meletakkan ponselnya di atas ranjang, tepat di dekat wajah Gina. Mendapati Gina langsung terduduk dengan ponsel Marisa. Melihat itu, Marisa tersenyum miring segera merebut ponselnya dari tangan Gina lalu menjeda video yang diputar.

COMPLICATED (Spin Off Nona judes!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang